9. RUANG OSIS

3.6K 214 9
                                    

VOTE HELA ATUH BRAYYY







HAPPY READING...






9. RUANG OSIS

Rangga berdiri dibarisan terdepan dengan wajah tegasnya, inti Sakta ada dibelakangnya diikuti oleh para anggota Sakta yang lain. Hari ini Benteng lagi-lagi mencari masalah dengan Sakta, secara sengaja salah satu anggota Benteng mengeroyok anggota Sakta yang baru pulang dari Warung mang Aep

"Berani juga lo datang kesini" ucap Toni—ketua Benteng.

Rangga berdecih "Sakta gak pernah takut sama apapun, lo yang seharusnya takut karena udah berurusan sama Sakta" ucap Rangga lantang dengan nada dinginnya membuat siapapun bisa merasakan auranya.

"Sakta gak ada apa-apanya dibanding Benteng" ucapan Toni membuat Rangga naik pita tidak boleh ada yang menghina Sakta

"Bacot lo digedein, aksi kagak ada" ucap Skala yang berada dibelakang Rangga

Yang lain sudah gatal ingin melayangkan tinjauan nya pada para anggota Benteng, lama dibiarkan ternyata semakin melunjak.

"Sialan lo" Toni maju ingin menghajar Skala, namun ditahan oleh Rangga.

"Lawan lo gue," ucap Rangga dia sudah siap melayangkan tinjuannya.

Dengan aba-aba kedua ketua disana, semua para anggota masing-masing saling baku hantam satu sama lain.

Sakta bukan ingin menjadi geng yang dicap buruk oleh masyarakat ataupun masuk kedalam catatan merah kepolisian, Sakta geng yang ingin menjadi sarana positif. Namun sepertinya ada saja yang mencari gara-gara dengan mereka membuat Sakta mau tidak mau harus memberikan mereka sedikit pelajaran.

"Hidup bukan cuman tentang kekuasaan aja Toni" ucap Rangga disela-sela pukulannya

"Gue gak perduli, gue mau nguasain semuanya termasuk Sakta. Ngaku kalah sama gue sekarang dan kita bisa damai" ucap Toni namun ternyata Rangga malah semakin membabi buta menghajarnya.

"Itu gak akan pernah terjadi, sampai kapanpun Sakta gak akan pernah ngaku kalah sama Benteng" dia meninju perut Toni terus-menerus membuat sang empu terbatuk.

"Jika Manusia gak pernah puas sama apa yang dia punya, kehancuran bakalan datang setelah nya" ucap Rangga. Kini Toni sudah tergeletak di tanah dengan tangan yang meremas perutnya.

Arion bisa saja menghabisi Toni sekarang, namun dia masih berakal untuk tidak melakukan hal itu.

Salah satu anggota Benteng membantu Toni untuk berdiri "Kali ini lo boleh menang, tunggu pembalasan gue nanti" ucap Toni lalu pergi dengan dipapah oleh salah satu anggotanya.

Rangga menggeleng pelan, tak ada kapok-kapoknya manusia satu itu sudah kalah berkali-kali namun masih saja mencari masalah dengan ngengnya.

•••••

Jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi namun para inti Sakta malah nongkrong di kantin, padahal jam pelajaran sedang berlangsung.

Mereka dengan santai sedang menyantap gorengan ibi kantin, enak kan masi pada anget.

"Makan aja terus, bayar kagak" ucapan menohok dari Titan membuat Skala menghentikan kegiatan makannya.

"Dibayarin Davian dong, wlee" balasnya sambil menjulurkan lidahnya mengejek.

Sebenarnya jika Skala ingin seisi kantin ini juga bisa dia beli, dia mampu bahkan sangat. Aneh sekali orang kaya bisa-bisanya Keliat miskin,

"Gue tau uang lo lebih dari cukup buat bayar tuh gorengan, tapi kenapa harus dibayain Davian?" Tanya Rangga heran bukan hal lumrah lagi jika Skala suka dengan yang berbau gratisan.

RANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang