Awal mula

26.1K 1K 3
                                    

Setelah kepergian Kevin aku pun sudah mulai seperti biasa tanpa ada beban sedikit pun untuk memikirkannya yang jauh di Belanda. kini aku hanya terfokus pada tugasku untuk membantu Sky berkenalan dengan Revan. dengan siasat yang kuambil yaitu dekati Revan, akhirnya membuahkan hasil kini aku akrab dengannya dan ia mulai banyak bercerita mengenai hak pribadinya yang menurutku sangat bermanfaat untuk kuberitahukan pada Sky.

"Sky, nih gue punya info buat lo soal Revan nih mau denger gak?" pancingku.

"emmm kayanya gue udah gak suka deh sama dia. secara sekarang gue lagi deket sama cowo lain jadi gue udah gak ngarepin Revan" balas Sky yang buat terkejut.

ya memang, mungkin karena Sky tidak pernah bisa berkenalan langsung dengan Revan jadi ia memutuskan untuk menerima lelaki yang mendekatinya saat ini dimana lelaki itu juga satu sekolah dengan kami dan hanya berebda kelas saja.

"gue pikir dan gue liat ya, Revan kayanya cocok deh sama lo Fin" ucap Ozzie seketika yang sempat membuatku terkejut dan menelan ludahku sendiri.

suasana mengening dan akhirnya "iya sih lo aja mending yang sama Revan sayang juga kan udah susah payah deketin Revan buat bantu Sky eh si Sky malah ama yang lain mending lo ambil aja Revan" ucap Sandra penuh keganasan yang kuartikan ia sangat bersemangat.

aku dapat melihat ekspresi Lizzies yang tampaknya menyuruhku untuk membuka hati kepada Revan karena bisa membuatku lupa akan kenangan dengan Kevin tapi aku mencoba untuk tidak jadikan ini kesempatan karena memang aku tidak merasakan suka pada Revan. Mungkin aku hanya akan menjadi teman dekat Revan bukan untuk lebih.

***

Dua minggu berlalu dari kejadian Sky yang sudah memutuskan tidak menyukai Revan lagi, entah apa yang terjadi selama ini hingga akhirnya membuat aku dan Revan menjadi dekat bahkan seperti "pacaran" walau begitu aku tau kita tak ada apa - apa dan kita hanyalah sahabat tapi pandangan dari semua orang berbeda disaat aku merasa ini biasa tapi mereka menganggap aku dan Revan sangat romantis. terlebih lagi bukan hanya perempuan satu kelas yang sangat ingin dijadikan pacar seorang Revan
Widjaya Pratama tapi juga teman - teman di kelas ku banyak yang naskir secara diam - diam dan menurutku ini konyol jika harus mengetahui fakta seorang lelaki idiot yang super gila dan juga sangat menyebalkan yaaa... walau perhatian ini ternyata mempunyai banyak fans tapi aku tidak termasuk kedalamnya.

Saat ini pelajaran bahasa indonesia yang mengharuskan kita membuat project yaitu drama perkelompok yang akan di selenggarakan di depan kelas untuk ditampilkan 2 minggu lagi. kini bu Arin telah membagi kelompok dan pas sekali aku harus sekelompok dengan Revan si idiot ini

"yes sekelompok lagi deh kita haha" ucap Revan penuh kejahilan seraya melemparkan potongan kertas padaku.

"ye bosen kali gue harus sekelompok sama lo !" balasku jutek karena ulahnya yang melempariku kertas itu.

jujur, selama aku kenal Revan, dia memang lelaki yang paling dekat denganku saat ini termasuk juga sahabat karibnya Tristan ya mereka satu meja jadi sangat dekat dan kebetulan aku akrab juga dengan Tristan, berbeda dengan Revan yang hanya dekat denganku mungkin karena kita sering chatan dan ngobrol lalu obrolan kita nyambung jadi hanya aku yang dia andalkan di kelas dan perlakuan Revan terhadapku membuat iri para perempuan yang naksir diam - diam dikelasku. Tetapi sejauh ini tentu aku masih biasa saja masih sebatas teman menurutku. Dan juga aku hanya ingin menghabiskan sisa waktu di masa SMAku dengan memberikan kenangan yang akan kuingat nanti jika ditanyakan untuk masalah percintaan aku masih bersikap biasa saja belum ada yang bisa menarik perasaanku.

"eh kita latihan mau kapan nih?" sela Kikan.

"besok yuk? kan besok minggu tuh jadi bebas kan?" usul Tristan

*****
Hari minggu yang cerah ini membawaku untuk berdiam diri dirumah Kikan, menikmati cahaya dari matahari yang belum terlalu tinggi sehingga panasnya belum menyengat. memang kita sudah merencanakan untuk latihan dan membuat naskah drama di rumah Kikan. saat semua sudah berkumpul kita pun mengerjakan tugas membuat naskah dan selesainya kita coba mempraktekan setiap babak dalam naskah yang telah dibuat.

"woi buru latihan lagi jangan santai doang dong" bentak Tristan

"bawel lo ah ini kan lagi adegan lo sendiri. napa lo yang protes sih!" balas Kikan sewot.

Aku dan Revan hanya tertawa melihat kelakuan Tristan dan Kikan. memang akhir - akhir ini Kikan adalah teman perempuan di kelasku yang sedang dekat denganku dan kami berdua sering pergi ke kantin bareng,
yaaa...semacam sahabat diluar Lizzies. setelah beberapa lama kita semua istirahat di lantai tiga rumah Kikan yang memang out door di temani gorengan dan es jeruk yang segar melepas lelah akibat latihan tadi.

aku duduk menghadap pemandangan gunung indah dengan rumah - rumah di sekitarnya terlihat sangat indah. "pemandangannya indah ya" ucap Revan yang membuat aku tersadar ia ada disampingku.

"heum"balasku tanpa menoleh ke arahnya. "pernah gak sih lo ada keinginan nikmatin langit sore yang indah kaya gini bareng orang yang lo sayang?" tanya Revan.

"mungkin, tapi belom saatnya gue nemu orang itu ya belom waktunya mungkin" balasku dengan sedikit melirik ke arahnya.

"gue selalu harap bisa dapet waktu kaya kita sekarang...... Hemm sama orang yang gue sayang tentunya"ucapnya dengan memberikan senyuman dan tatapan yang entah kenapa buatku sedikit terhanyut. Ah tidak mungkin. Ya ini hanya karna aku terhanyut suasana. Mungkin yang ada di benakku adalah Kevin tapi yang kulihat di realita adalah Revan. Tapi aku berusaha menstabilkan wajahku jangan sampai ia merasa aku terhanyut dengan suasana seperti ini bersamanya pula.

bisa - bisa Revan merasa aku menyukainya, padahal aku sendiri tidak tau apa yang kurasakan namun ini tatapan terdekat kami berdua dan serasa intense.

"Fin lo tau gak?" tanyanya seketika membuyarkan pikiran otakku yang tidak karuan.

"apa?" tanyaku, "mata lo bagus ya" ucapnya tersenyum dan segera melirik ke arah pemandangan lagi.

Aku terdiam dan matahari turun perlahan sejenak suasana menjingga langit bisa kita nikmati tentu bersama suara ricuh dari Tristan dan Kikan yang selalu berseteru.

Kami pulang malam, aku pun diantarkan oleh Revan yang bersedia bahkan menawarkanku untuk pulang bersamanya. Aku mengiyakan ajakannya dan kami pulang bersama. Dalam perjalanan banyak pembahasan yang ia ceritakan dan juga tiada hentinya ia memberikan cerita lucu yang membuatku tertawa, di keadaan dan suasana seperti itu ia bisa merubah pemikiranku bahwa Revan bukanlah orang yang kukenal awal sebagai orang songong, tidak ramah dan semena - mena tetapi ia adalah Revan yang pemalu. Malu mengakui bahwa dia pribadi yang menyenangkan.

"lo kenapa sih kalo awal gue belom kenal kaya songong gitu?" tanyaku sesaat ia selesai menceritakan sebuah lelucon.

"songong ya gue? Haha" tanyanya balik yang malah membuatku memukul punggungnya pelan "ih balik nanya masa?!" ia tertawa, "ya gue emang orang yang susah akrab sama orang baru. Dan gue bukan tipikal orang yang deket sama temen perempuan" jelasnya.

"tapi kok lo bisa asik aja main sama gue atau Kikan?" tanyaku, "ya karena gue mau buka diri, temen gue yang deket di kelas itu perempuannua cuma lo doang. Dan Kikan pun kita baru deket gara - gara sekelompok. Gatau gue tuh gak begitu mau berbaur sama perempuan. Ribet" jelasnya.

"sialan! Gue gak ribet ah haha" ledekku.

"iya lo gak ribet tapi ntar ada deh ujung hal yang bakal ribet dan bakal kita hadapin" ucapnya.

"iya kita mau UN makanya ribet pusing haha" balasku.

"bukan itu doang, tapi nanti bakal ada yang lebih ribet dari UN Fin, kita" ucapnya.

Aku tidak begitu memperdulikan Ucapannya memang iya selama ini banyak perkataannya yang tidak begitu kumengerti. Mungkin karena aku bukanlah orang yang teliti dan terlalu memikirkan ucapan yang kuanggap tidak penting.

Revan mengantarku sampai depan rumah, aku bersalaman dengannya dan melepas helm yang ia pinjamkan. Ia berpamit pulang lalu muncullah suara klakson dari motornya beriringan dengan kepergiannya yang berlalu dalam gelap dan dinginnya malam ini

Sebatas Angan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang