14. BINTANG JATUH

3.8K 253 45
                                    

14. BINTANG JATUH.

"Disudut mana lagi aku dapat menemuimu?
Pada senyum yang jarang, atau pada mata yang tak saling pandang?
Benar, aku hanya mampu menjumpai mu di gawai yang aku pegang,"

— Senja Hafzalifia Syaharan

****

Hari hari terus berlalu, sampai tiba waktunya anak anak ekskul Pramuka SMA Nusa bakti akan melaksanakan acara persami.

Sabtu siang ini jam 2 adalah acara pembukaan dimulai. Sekarang masih jam dua belas, Senja dan Alaska sedang sama sama membereskan barang barang dan peralatan yang perlu di bawa.

"Neng Senja, Itu bekal nya sudah Mbok taruh di meja makan. Mau Mbok bawakan?" Ucap Mbok Iroh. Senja tersenyum sambil menggeleng.

"Gak usah, Mbok. Senja aja yang ambil. Makasih ya, Mbok," Ujar Senja dengan ramah. Gadis itu selalu menebar senyum di setiap ucapannya.

"Siap, neng. Kalo gitu, Mbok ke belakang dulu ya,"

Punggung Mbok Iroh mulai menjauh, Senja pun berjalan menuju meja makan. Ada dua kotak bekal disana. Untuknya dan untuk Alaska.

Kebetulan Senja sudah selesai membereskan barang barang, Ia duduk di bangku meja makan sambil menatap ke arah kotak bekal.

"Pengen belajar masak," Gumam Senja tanpa sadar. Senja membayangkan dirinya yang pernah masak nasi tapi gosong. Senja tertawa miris. Bagaimana mau jadi istri yang baik kalau masak nasi saja tidak bisa.

"Pulang persami belajar masak," Ucap Senja dengan penuh tekad. Ia bertekad untuk belajar masak selepas pulang persami. Ia juga tidak boleh terus bergantung pada Mbok Iroh.

"Bekel gue mana?" Tanya Alaska yang membuyarkan lamunan Senja. Senja terkesiap, lalu ia mengambil kotak bekal berwarna biru laut itu pada Alaska.

"Kita berangkat bareng?" Tanya Senja pada Alaska.

"Eh gausah gausah. Senja tau kok jawaban kak Alaska. Senja turunin di halte lagi aja. Kumpul di sekolah kan?" Tambah Senja saat menyadari perubahan raut wajah Alaska yang sulit di jelaskan. Meski dengan berat hati Senja mengatakan seperti itu, tapi tak apa.

"Bawaan lo banyak. Ikut sampe sekolah," Cetus Alaska yang membuat Senja tak berkedip beberapa detik.

"Nanti kalo pada liat gimana? Kalo ketauan gimana? Senja sih gapapa. Masalahnya kan Kak Alaska nanti yang repot. Kak Alaska yang gamau di omongin orang orang," Celoteh Senja. Alaska mengangkat sebelah alisnya. Ia baru tahu, kalau Senja sebenarnya anak yang cerewet.

Alaska bisa menangkap raut wajah kecewa dari wajah Senja. Melihatnya Alaska jadi tidak tega.

"Terserah lo sih. Yang penting gue udah nawarin," Ucap Alaska lalu beranjak meninggalkan Senja. Namun dengan cepat cewek itu mencekal pergelangan tangan Alaska.

"Iya iya ikut, hehehe," Alaska menatap kearah pergelangan tangannya yang di pegang oleh Senja. Senja langsung melepasnya.

"Ma-maaf. Refleks,"

Alaska berdehem sebagai tanda jawaban lalu ia melangkah kembali ke kamar sambil membawa kotak bekalnya, meninggalkan Senja yang mematung di tempat dengan debar jantungnya yang menggila.

****

Alaska berjalan sendirian menuju kelas tempat semuanya kumpul. Disana sudah banyak yang datang. Alaska pun ikut bergabung dengan yang lain.

"Udah kumpul semua?" Tanya Alaska.

"Senja sama Lintang belum," Jawab salah satu dari mereka.

Kebetulan, tadi di depan gerbang yang sepi ada Lintang juga yang baru datang. Senja meminta izin untuk masuk bersama Lintang supaya tidak terlalu mencurigakan.

SENJALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang