Hostages 3

85 5 1
                                    

3 April, 2020

10.00 PM

Para perampok menetapkan jam malam, seluruh sandera harus tidur pada pukul 10 malam. Para sandera sebelumnya sudah dibagikan sleeping bag yang juga berwarna merah. Catherine dalam hati berpikir 'ada apa sih hubungannya warna merah sama rampok-rampok budugan ini, sampe sleeping bag aja merah'.

Untuk sesaat semua terasa tenang, semua sandera tertidur kecuali Catherine yang merasa bersalah karena dia yang menyeret Deera ke situasi terkutuk ini. Walau Catherine tau kalau para rampok ini tidak akan menyakiti mereka selama mereka menurut, tapi Catherine masih merasa bersalah, karena dia tau kalau Deera itu panikan.

Catherine menghadapkan badannya ke kanan, menghadap ke arah tangga utama museum. Dia masih terlarut dalam pikirannya. Ditemani oleh suara dengkuran yang dikeluarkan oleh beberapa sandera. Semua begitu hening hingga Catherine mendengar suara derap sepatu beberapa orang, Catherine segara menutup matanya pura-pura tertidur.

Namun Catherine terkejut ketika badanya terasa terangkat ke udara, mulutnya dibekap mencegah Catherine untuk berteriak. Helsinki mengangkat Catherine lalu memaksanya jalan, Catherine memberontak, namun Melbourne datang dan menodongkan pistol di perut bagian samping Catherine. Dengan terpaksa Catherine mengikuti perintah mereka untuk berjalan.

Nairobi lalu menggantikan Helsinki untuk menjaga para sandera, Deera yang terbangun tidak sengaja melihat sahabatnya diboyong, merasa panik dalam diam dan meneteskan air mata.

...

Mereka ngarahin gua ke suatu ruangan di lantai 2. Begitu masuk, keliatan ada 1 sofa merah panjang dan 1 sofa merah kecil mengelilingi meja katu berbentuk persegi panjang. Melbourne melangkah lebih dulu menggeser dinding yang ternyata sliding door menuju sebuah ruangan lain, yang terlihat seperti ruangan direktur museum.

Helsinki ngelempar gua dengan mudah, membuat lutut gua (lagi-lagi) membentur lantai dengan kencang "alah anjing! Apaan sih dorong-dorng!", seru gua marah sambil duduk. Tanpa sepatah kata Helsinki dan Melbourne pergi dan menutup dan ngunci lagi sliding door itu.

Gua yang lagi duduk langsung gulung bagian celana dari cover all gua sampai atas lutuk kanan dan kiri gua buat meriksa lutut gua yang kerasa sakit. Pas digulung bener aja, kedua lutut gua biru setelah dua kali jadi korban dorongan 'alah anjing', kata gua dalam hati dan langsung berdiri mengamati ruangan itu.

Ruangan itu cukup luas untuk sebuah kantor yang hanya dipakai satu orang. Terdapat sebuah meja khas kantor dari kayu jati yang diisi computer dan ada banyak tumpukan kertas dengan papan nama atas nama Moon Tae-Joo. Kursi meja itu juga terlihat mewah dengan balutan kulit berwarna hitam. Ruangan itu juga dipenuhi oleh rak buku, juga terdapat bendera Kore Selatan di pintu masuk ruangan.

Satu hal yang menarik perhatian gua, lukisan seorang wanita yang mengenakan hanbok berwarna biru yang lebut dan pink sakura dari jauh yang sedang menaiki tangga menuju kuil, di belakang meja kerja itu. Gua cuman senyum kecil mengingat sesuatu hal.

Gua mendekati lukisan itu untuk mengamatinya lebih lanjut. Ketika gua udah ada di bawah lukisan itu, gua mendengar sliding door nya kembali dibuka, gua langsung nengok. Berlin masuk tanpa nutup pintu itu lagi.

Gua cuman ngeliatin, dia jalan menuju meja minuman dan menuang whiskey ke dua buah gelas minum. Dia jalan kea rah gua sambil bawa 2 gelas itu dan nawarin gua. Gua nerima dan minum itu, "it's a one fine whiskey", kata gua sambil liat gelas berisi whiskey itu.

Gua duduk di meja yang berada di bawah lukisan dan naro gelas itu di samping kanan gua. Berlin berdiri di sebelah kanan gua dengan jarak setengah meter dari gua dan ngeliatin lukisan "it's a good painting isn't it?", 'ini lukisan yang bagus bukan?', kata dia lalu menyesap minuman itu lagi.

HOSTAGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang