4 April, 2020
10.12 PM
Deera's POV
Kepala gua sakit banget pas gua bangun, 'gua dimana?' gua berusaha bangun buat duduk tapi kepala gua berat banget dan gua rasanya jadi mual makanya gak jadi. Tenggorokan gua rasanya kering banget, pengelihatan gua kunang-kunang. Gua denger suara pintu dibuka dan langkah kaki, gua cuman tiduran lemes.
"eh, jangan banyak gerak dulu", kata orang yang masuk, gua tau suara itu, suara orang yang nenangin gua semalem, suara Melbourne. Suaranya lembut banget, gua cuman diem.
"air...", kata gua lemes, Melbourne langsung ngambilin botol minum dan bukain itu buat gua. Dia bantu gua buat bangun dan bantuin gua minum. Gua haus banget, sampe botol 600 ml gua sisain 1/3 botolnya, itu banyak buat gua yang jarang minum.
Gua tiduran lagi karena pusing banget. "pusing ya?", tanya Melbourne setelah naro botol minum tadi. Gua cuman ngangguk lemes. "dari sekala 1 sampai 10 seberapa sakit?", kata Melbourne sambil ngecek infus gua. "8", kata gua singkat "mual", lanjut gua. "kalo mau muntah bilang aja", Melbourne ngomong sambil ngececk detak jantung gua.
"infusnya gak bahaya buat ibu hamil kan?" kata gua panik karena inget tentang kehamilan gua. Melbourne natap mata gua serius "kamu Hamil?", gua ngangguk pelan, malu. "kenapa gak bilang pas kemaren ditanya siapa yang punya masalah Kesehatan?", tanya Melbourne dengan nada rada marah.
"kan itu bukan masalah Kesehatan", kata gua polos. Melbourne ngehembus nafas panjang "tapi kalo kamu bilang kan kita bakal jagain kamu lebih", kata Melbourne dengan sabra. "gak apa-apa kok, aku emang niatnya mau gugurin", kata gua pasrah. Raut muka Melbourne berubah sendu.
"gak mau mikir-mikir lagi?", tanya Melbourne, gua diem mikir. Gua sebenernya emang belum tau pasti mau gugurin apa gak. Satu sisi gua gak tega, tapi di sisi lain gua takut buat ngebesarin anak ini sendirian.
"aku takut kalo harus ngebesarin anak ini sendiri" gua akhirnya ngomong. Melbourne masih ngeliatin gua dan senyum tipis, "pasti ada jalan buat ngebesarin anak", kata Melbourne lembut.
Entah kenapa denger orang ini ngomong tuh ngademin hati banget, gua langsung nurut buat mikirin tentang nasib bayi ini. Gua juga tenang begitu dia ngucap kata-kata barusan.
Pintu kebuka lagi, lalu Nairobi masuk "Stockholm needs you in the sick people room", 'Stockholm butuh lu di ruang orang sakit', kata dia ke Melbourne. Melbourne ngangguk dan bilang "saya pergi dulu", dia senyum dan ninggalin gua berdua sama Nairobi.
"you're pregnant aren't you?", 'lu hamil kan?', kata dia tiba-tiba nanya, gua kaget 'emang semencolok itu ya?' piker gua dalam hati. "how'd you know?", 'kok lu tau', tanya gua.
"honey I'm a woman too, and I've been on yout shoes before", 'aku juga perempuan sayang, aku juga dulu kayak kamu', jawab dia ngedeketin gua. Gua cuman senyum getir.
"let me guess, he doesn't want this baby?", 'gua tebak, dia gak mau bayinya?', kata dia duduk di bangku Melbourne tadi. Gua cuman ngangguk sedih.
"let me tell you, you don't need him, you can do it all by yourself, that man yeah, he's just a fool that ignore you and this baby", 'gua kasih tau ya, lu gak butuh dia, lu bisa lakuin ini sendiri, laki-laki itu ya, dia bego ninggalin lu dan bayi ini', kata dia nyemangatin gua sambil megang tangan gua. Gua bisa ngerasain ketulusan dia, gua ngangguk dengan mata berkaca-kaca.
Gua akhirnya ngobrol sama Nairobi. Dia baik ternyata punya naluri ke ibuan, gua nyaman nyeritain semua hubungan gua sama Taeyong ke dia. Sampe gua inget Catherine dan gua berhenti cerita.
"what's wrong?", tanya Nairobi. "last night, they took my friend", 'semalam, mereka bawa temen ku', kata gua sedih. Nairobi keliatan bingung dan kesel entah kenapa. "she's alright, I assure you", 'dia baik-baik aja, aku jaminn', kata dia berusaha nenangin gua. Gua cuman nganggul-nganggik berisaha tenang.
Baru tenang beberapa detik, pintu dibuka lagi, dan yang masuk kali ini adalah Berlin. Pemimpin dari perampok ini, orang yang paling ditakutin sama para sandera.
Berlin sama Nairobi ngobrol pake bahasa Spanyol. Nairobi keliatan kesel dan Berlin keliatan nyantai banget.
"I'm here just to see our sleeping beauty", 'gua kesini cuman mau liat sleeping beauty kita', kata Berlin jalan ke arah gua. "how you doing?" kata Berlin terus megang pipi gua tapi langsung gua tepis.
"this weak person still have little power", 'orang lemah ini masih punya sedikit kekuatan', kata Berlin ngeliatin gua sambil senyum nyebelin. Rasanya pengen gua guyur make autan nih orang. Sebel gua.
Berlin masih berdiri, ngeliatin gua datar. "I'm just here to see your condition don't be so serious, your friend keep asking about you", 'saya disini cuman mau liat kondisi anda, teman anda nanyain terus', kata dia jalan-jalan gak jelas.
Boleh jujur, Berlin ini sangat elegan, karismatik, tapi dia terlalu bengis untuk jadi manusia. "why don't she come here by her self?", 'kenapa dia gak kesini sendiri aja?', tanya gua buang muka gua.
"let's just say, I give her a little break in my room", 'bisa dibilang, saya ngasih dia istirahat di ruangan saya', gua melotot kaget, entah apa yg dia maksud istirahat tapi gua gak tenang dengernya. Apalagi liat gaya Berlin yang modelnya Don Juan banget.
Gak cuman gua yang kaget, bahkan Nairobi pun kayaknya kaget denger ucapan Berlin. Mereka rebut depan gua, dan gua cuman bisa nangis mikirin Catherine.
Gua nangis sampe pengelihatan gua blur, gua cuman bisa denger suara, dan gua denger suara pintu kebuka. "please finish your business outside, this patient need lots of rest", 'tolong selesain urusan kalian di luar, pasien ini butuh banyak istirahat', kata orang yang baru masuk dan gua tau itu suara Melbourne.
Gua pun denger mereka keluar. Terus gua liat Melbourne duduk di kursi tadi "shhh... don't cry I'm here, they're gone", 'shhh... jangan nangis, aku disini, mereka udah pergi', gua berusaha tenang dari tangisan gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSTAGES
Fanfiction"so, tell me, what a painting thief doing in a room full of painting in the middle of the day and without mask?", "oh, I will answer that once you tell me what is the most wanted man in the world doing in a room full of security camera?" Catherine a...