5 April, 2020
08.54 PM
Deera's POV
Rasa mual gua hilang setelah muntah tadi. Melbourne masih duduk di kursi deket kasur gua sambil baca buku. Gua ddudk di kasur diem, bingung mau ngapain. Gua ngeliatin Melbourne yang masih baca buku yang judulnya
Melbourne tiba-tiba ngalihin pandangan dia ke gua terus nutup bukunya "kenapa?", kata dia. "bosen", jawab gua cengengesan, ya emang gua bosen banget, gua ngerasa badan gua tuh udah gak kenapa-kenapa.
Melbourne berdiri, naro bukunya di meja besar di bawah lukisan kuda berwarna coklat besar. "terus kamu mau ngapain?", kata Melbourne nyamperin gua. "Catherine mana?", kata gua balik nanya.
Melbourne diem gak jawab pertanyaan gua selama beberapa saat. "dia sama sandera yang lain", jawab dia dengan nada datar.
Ada rasa ragu dalam diri gua tentang pertanyaan Melbourne tadi. Gua menghela nafas panjang menundukan kepala. "kok mengheningkan cipta?", kata Melbourne sambil duduk lagi di kursi tempat dia duduk tadi.
"aku udah sehat, kapan aku bisa gabung sama sandera yang lain?", kata gua mengangkat kepala gua lagi, entah kenapa gua merasa gak tenang ada di ruang ini walaupun ada Melbourne yang selalu nenangin gua.
"nanti dulu ya, selesain infus ini dulu baru nanti gabung lagi ya", kata Melbourne ramah sambil senyum ke arah gua. Gua cuman bales senyum simpul dan ngangguk pelan.
Perasaan gua masih gak enak, mikirin Catherine yang gak jelas alasannya ditahan sama Berlin. "Melbourne..", panggil gua, gua berniat buat nanyain hal yang udah ada dipikiran gua sejak tadi.
"hmm?", jawab Melbourne makin memusatkan perhatiannya ke gua. "kenapa Berlin selalu nahan Catherine?", tanya gua mandang Melbourne sendu. Melbourne keliatan bingung mau jawab apa.
Melbourne ngebenerin posisi duduknya dan menghela nafas panjang. "perampokan ini udah direncanain hampir dari 8 bulan yang lalu", kata dia. "semua skenario dari perampokan ini udah diprediksi sama seseorang yang kita panggil professor dan Lisbon, semua kemungkinan terburuk dari rencana ini udah diprediksi", lanjut Melbourne.
"Sejak Berlin pertama kali memperkenalkan diri, dia udah ngawasin Catherine", Melbourne masih natap gua serius. "entah apa yang ada di pikiran dia, tapi dia minta aku sama Helsinki bawa Catherine ke ruangannya di malem pertama perampokan".
"Sejak saat itu rencana perampokan ini berantakan, Berlin dan anggota geng yang lain berantem terus karena Berlin nahan Catherine", Melbourne masih ngomong. "gak ada yang tahu gimana akhir dari perampokan ini, gak ada yang tahu juga alasan Berlin nahan Catherine".
Melbourne ngasih jeda agak panjang "yang aku tahu, Profesor dan Lisbon salah, mereka gak memperhitungkan segala kemungkinan dari perampokan ini", lanjut Melborne.
"Berlin nahan Catherine bukan bagian dari rencana?", tanya gua. Melbourne cuman menggelangkan kepalanya, "kamu juga bukan bagian dari rencana", kata Melbourne.
Gua memasang raut wajah bertanya-tanya. Melbourne mendekatkan mukanya ke gua dan bilang "tanpa ada rencana, aku sayang sama kamu". Melbourne lalu mencium bibir gua lembut.
...
01.00 PM
Catherine's POV
Gua duduk di sofa, masih di ruangan Moon Tae-Joo. Mencerna segala hal yang terjadi pagi tadi.
REWIND DULU
05.52 AM
"you heard her Tokyo", kata Berlin dingin. Gua masih sedikit tersedu-sedu tapi berusaha senyum buat bener-bener ngeyakinin Tokyo. Tokyo akhirnya nurunin pistolnya dan pergi ninggalin gua sama Berlin.
Suasana kembali hening setelah Tokyo menutup pintu ruangan. Suara mesin helikopter dan detak jam dinding kembali mengisi ruangan.
Berlin perlahan mendekat ke arah gua, tatapannya kali ini sendu seakan merasa bersalah. "don't you dare to come closer Berlin", 'jangan berani-berani kamu mendekat, Berlin', bentak gua sambil mundur perlahan mendekati pintu utama ruangan.
Berlin gak jawab, dia tetep jalan ke arah gua. Gua panik, langsung baik badan dan lari menuju pintu. Berlin dengan cepat juga langsung menutup kembali pintu yang gua belum sepenuhnya buka.
Gua meronta, tapi Berlin nahan badan gua dan narik gua ke sofa. Berlin dan gua duduk di sofa, Berlin masih nahan gua biar gak lari, sampe akhirnya Berlin meluk gua dan gua mukul dada Berlin pelan.
Pelukannya hangat, penuh kasih sayang. Gua berhenti mukul dan milih untuk nenangin diri. Gua bales pelukan Berlin, ruangan kembali hening. Pelukan Berlin bener-bener berasa kayak orang yang peduli, gua ngerasa nyaman dan gak mau ngelepasin pelukan dia.
"you know... I don't want to end this situation, but I got to tell you", 'kamu tahu.... saya gak mau ngelepasin pelukan ini, tapi saya harus ngasih tahu kamu', kata Berlin berbisik terus ngelepasin pelukannya.
Dia duduk tegak, tangan kirinya megang pipi kanan gua ngelus pelan terus ngelepas lagi. "I've had 5 marriage before, all of them ended up with divorce", 'saya pernah nikah 5 kali, semuanya berakhir dengan perceraian', gua yang denger udah gak kaget karena seorang Andres de Fonollosa memang mempunya reputasi tersendiri dikalangan pencuri.
Gua cuman ngangguk "5 times I believe in love, but I saw you at the exhibition, then I realize, what I had before is lust, and now that I meet you I'm fully certain that, this feeling that I have is love", '5 kali saya percaya dengan cinta, tapi saya lihat kamu di pameran dan sadar bahwa apa yang saya rasakan sebelumnya adalah nafsu, dan sekarang saya yakin apa yang saya rasakan saat lihat kamu adalah cinta', kata dia panjang lebar.
Gua cuman diem, gak tahu harus ngomong apa. Jantung gua berdetak cepat. Berlin senyum di depan gua, sedangkan gua tersipu, gua bisa nngerasain pipi gua merah. Di dalam hati gua ada pergolakan batin
Di lubuk hati paling dalam gua juga ngerasa hal yang tadinya cuman mengagumi jadi merasa nyaman dan aman. Tapi gua juga inget Doyoung, yang mungkin sekarang lagi panik sampe bikin gua masuk dalam list top priority.
Nairobi tiba-tiba masuk dan manggil Berlin tanpa peduli sama kehadiran gua. Mereka ngobrol di deket pintu lalu Nairobi keluar. Berlin masih di pintu, sebelum dia keluar dia jalan ke arah gua lagi dan out of the blue dia nyium ubun-ubun gua.
Dengan entengnya dia langsung jalan keluar dan nutup pintu itu lagi. Gua yang masih kaget cuman duduk di sofa.
REWIND END
Itu lah yang bikin gua tertegun, terdiam di ruangan ini. Sampe sekarang Berlin juga belum balik. Tadi cuman ada Denver ngasih gua makan sinag dan nungguin gua makan. Kita gak ngobrol karena gua entah kenapa gak ada mood buat ngobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSTAGES
Fanfiction"so, tell me, what a painting thief doing in a room full of painting in the middle of the day and without mask?", "oh, I will answer that once you tell me what is the most wanted man in the world doing in a room full of security camera?" Catherine a...