2

6.5K 554 29
                                    


Bikin cerita ini awalnya karna lucu aja ngeliat moment2 mereka 

trus banyak ff tentang blackvelvet juga

jad suka khayal sendiri, trus mikir kenapa ga dibagikan aja khayalan gua ke orang orang

Yaudah muncul deh nih tulisan



2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222







"Bangun yu, nanti kalian telat sekolah" ucap Jennie sambil menepuk pelan pipi kedua adiknya

"Hoamm, pagi kakk" ucap Rose sambil mengucap matanya

"Astaga kak jam berapa?!" ucap Lisa panik

"Kebiasaan banget pagi pagi, mandi dulu sana nanti kakak tunggu diluar" ucap Jennie pada kedua adiknya

"Siap kakak" ucap Lisa dengan tangan hormat kepada kakaknya

"Ada ada aja" ucap Jennie sedikit terkekeh


Lisa dan Rose pun mengiyakan perkataan sang kakak dan bergegas untuk pergi ke sekolah. Tak beberapa lama, Rose dan Lisa keluar dari kamar dengan seragam sekolah mereka. Mereka pun sarapan bersama dengan roti seadanya.

"Kakak ada kuliah hari ini?" tanya Rose pada kakaknya

"Ada nanti, kenapa Rosie?" tanya Jennie balik

"Engga gapapa kak, jangan lupa makan yaa kak" balas Rose

"Iya tenang aja" ucap Jennie

"Kita duluan yaa kak" ucap Rose dan Lisa bersamaan diiringi kecupan dikedua pipi kakaknya.

Seperti itulah kebiasaan mereka di pagi hari. Jennie yang membangunkan kedua adiknya, sarapan menggunakan bahan seadanya, Rose dan Lisa yang berangkat sekolah, Jennie yang juga berangkat karena kuliah paginya.



Rose dan Lisa bersekolah disebuah sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Sekolah mereka bukanlah seperti sekolah asrama atau elit lainnya. Sebuah sekolah tua yang sudah berdiri dari dulu dipinggiran kota Seoul.  

Rose merupakan salah satu dari murid murid teladan lainnya. Menjaga agar dirinya selalu berada di peringkat satu sekolahnya. Sedangkan Lisa juga tidak bisa dikatakan bodoh. Dia akan selalu mendapat nilai seratus meski tidak belajar sama sekali. Terkadang orang orang iri kepada dua kakak beradik itu.  Mereka berdua mempunyai daya tarik mereka masing masing. Mereka selalu bersama seperti kembar yang tidak bisa dipisah. 

Jennie di lain sisi merupakan mahasiswa peraih beasiswa di kampusnya. Memang hal itu sedikit meringankan beban tanggungan hidup dirinya, namun tetap saja dia harus mengurus urusannya yang lain. Jennie akan selalu mengambil kelas pagi di kampusnya. Dikarenakan sepulang dari kampus, wanita itu harus mengurus dua pekerjaan sambilannya. Pekerjaan sambilan pertamanya adalah sebagai pegawai di sebuah cafe, dan disusul oleh pekerjaan malamnya. Tidak tidak, Jennie tidak menjajakan tubuhnya untuk para pria hidung belang. Dia hanya sebagai penghibur di sebuah club di Seoul. Menari, yaa dia menari disana. Tarian yang ditarikannya cukup seksual karena menjadi daya tarik club itu. Jennie tau bahwa orang orang memandang rendah pekerjaan satunya itu. Dia pun tak peduli, karena bayaran di tempat itu cukup untuk menghidupinya dan kedua adiknya. Baginya cukup dia tidak semurahan itu untuk menjajakan tubuhnya begitu saja.  Dia juga akan pulang larut malam dan mendapati kedua adiknya sudah nyaman tertidur di bawah selimut. 

Tak jarang Jennie menangis di tengah malam, miris dengan keadaannya sendiri. Ditinggal ibunya di usia muda alias masih sekolah, membuatnya menjadi tulang punggung keluarga kini. Kedua orang tua mereka bercerai saat mereka masih kecil. Ibunya membawa serta Jennie dan kedua adiknya untuk tinggal bersama. Seluruh kontak ayahnya pun diputuskan secara sepihak. Jennie bahkan samar samar mengingat wajah ayahnya. Namun Jennie mengingat bahwa dulu dia tidak hanya dengan Rose dan Lisa saja. Dia sembilan bersaudara. Namun takdir memisahkan mereka semua hingga kini Jennie hanya bersama Rose dan Lisa. 

Ingin rasanya Jennie berhenti kuliah agar dapat mengambil pekerjaan paruh waktu lebih banyak untuk sekolah kedua adiknya. Namun Rose dan Lisa akan selalu mengomelinya dan merajuk mengatakan jika kakaknya putus sekolah, maka mereka berdua juga akan melakukan hal yang sama. Jennie pun hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan kedua adiknya itu. Sampai kapanpun kedua adiknya adalah prioritas utamanya, dia tidak tertarik dengan kisah asmara yang menurutnya menghabiskan banyak waktu. Dia hanya ingin kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan kedua adiknya.






Seulgi pergi menuju ruangan kakaknya sambil membawa kotak makanan yang sudah dia pesan sedari tadi.

"Kak jangan lupa makan siang" ucap Seulgi sambil memberikan kotak makan itu kepada kakaknya.

"Iya sebentar lagi, kakak harus tanda tangan kerjasama dana sosial yang kita berikan ke kampus dipinggir kota itu" ucap Irene

"Oh iya, mau kapan kak kunjungan kesana?" tanya Seulgi 

"Kayaknya lusa kita bisa" ucap Irene

"Okedeh nanti aku kasih tau Wendy buat ngatur jadwal kakak" ucap Seulgi

Irene pun mengangguk dan merentangkan tangannya yang pegal sehabis menandatangani banyak berkas. Irene pun memandang foto yang terpajang di meja kerjanya. foto sembilan orang anak kecil yang terlihat senang sambil bermain. Memandang wajah tiga orang yang dia cari hingga sekarang. Itu alasannya terus maju sampai saat ini. Irene berjanji pada almarhum ayahnya sendiri dan pada dirinya sendiri bahwa dia akan menyatukan keluarga mereka kembali.

"Udah kak jangan diliatin mulu, kita pasti ketemu mereka kok" ucap Seulgi sambil mendekati kakaknya yang merasa sedih

"Kakak harap juga gitu, mereka udah makan belum yaa?" tanya Irene sedih dan dihadiahi pelukan dari adik pertamanya.











Dapet ga feel nya?

Engga yaa?

Yah yaudah nanti semoga selanjutnya dapet

Makasih udah mau mampir











Killing Me [Blackvelvet]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang