1|• Satu

41 6 11
                                    


Haeyoo gaes....
Kita ketemu lagii yeyyy!!
Ini chapter pertama dari story Dandelion ya..,semoga kalian suka sama karya aku kali ini. Btw ini kolaborasi sama temen aku,dan kita menuangkan semua ide kita murni dari imajinasi ya..

Kalo misalkan ada persamaan cast atau nama dengan cerita lain,itu bukan disengaja..

Kita udah nentuin cast nya,cuman kalo kalian ga suka sama cast yang kita pilih kalian bisa bayangin orang yang kalian mau...

Dan untuk kata-katanya aku pake bahasa lugas,kalau ada salah kata atau yang lainnya kalian bisa kasi saran atau kritik di kolom komentar. Semua saran dan kritikan sangat diterima untuk membuat cerita ini semakin baik lagi kedepannya,dan kalau kalian suka bisa pencet tombol bintangnya.

Oh ya,kita ga maksa kalian untuk vote dan komen. Kalau kalian suka aja ya.. Tapi menghargai karya orang lain itu perlu kan?

kita bikin cerita ini awalnya karna ada sesuatu dalam diri kita yang sama. Dan ya.. Itu sifat introvert kita,jadi kita pengen bikin story yang menceritakan orang introvert yang bener-bener menyedihkan gitu loh..

Untuk kelanjutannya kalian bisa baca ya,

Sekian dulu basa-basinya,go to the story..!



Happy reading..!

Pagi ini hujan turun dengan derasnya. Air didepan rumah Alana pun menggenang naik melebihi biasanya,ini masih pagi,waktu masih menunjukan pukul enam pagi hari namun Alana sudah terbangun dan menyiapkan diri untuk pergi kesekolah.

Ia merasa miris pada hidupnya,tinggal bersama dalam satu rumah tapi tidak pernah bertatap muka,mungkin hanya seminggu sekali saat diakhir pekan dan itupun orang tuanya akan berada diruang kerja mereka berkutat dengan pekerjaan hingga lupa dunia

Sekitar setengah jam Alana memandangi dunia luar dari jendela kamarnya,memperhatikan setiap rintik air hujan yang membasahi dunia,tidak ada orang yang berlalu lalang dijalan seperti biasanya. Siapa juga yang ingin berbasah-basahan ditengah derasnya hujan. Mungkin hanya anak-anak yang tak perduli dengan sakit

Semua sudah siap,tinggal menunggu hujan reda tapi tak nampak tanda-tanda hujan akan berhenti. Alana memilih keluar dari kamarnya sambil menggendong tas merah muda kesayangannya,menuju meja makan yang terletak di lantai bawah—ingin sarapan

'Ahh! bodohnya aku lupa harus masak dulu'

Alana lupa jika ia harus menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk dirinya sendiri, tak ada seorang pun yang tertangkap indranya disini. Alana memang sudah biasa disuguhkan suasana seperti ini setiap harinya namun tetap saja terselip rasa sedih dan hampa dalam hatinya.

Setelah selesai membuat sarapan ia menyantap sarapannya di meja makan. Alana menyantap sarapannya dengan perasaan yang kosong dan hampa,orang tuanya sudah berangkat bekerja pagi-pagi sekali bahkan mungkin saja mereka rela menorobos hujan besar diluar. Apapun akan dilakukan demi pekerjaan bahkan meninggalkan anaknya sekalipun

Eii sedih sekali ya ditinggal melulu

Alana duduk dimeja makan sambil menunggu hujan mereda dengan wajah sendu miliknya,hatinya hampa ditambah rumah besar ini hanya terdapat dirinya,hujan mengguyur dengan deras diluar.

Dandelion|•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang