Menjadi seorang petani tentu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Apalagi bagi seorang pemuda yang sejak kelas 2 SMA sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain dirinya sendiri. Akan tetapi, berkat semangat seorang Lee Seokmin yang tidak pernah padam, ilmu yang ia dapat sejak kecil saat pertama kali diperkenalkan dengan proses penanaman ginseng oleh kedua orangtuanya, berhasil terus dimanfaatkan.
Kebun di belakang rumah peninggalan Nyonya dan Tuan Lee itu berhasil dikelola oleh putra semata wayang mereka sedemikian rupa. Hingga sekarang. Hingga detik ini. Dan yang lebih bagusnya lagi, kebun yang tidak seberapa luasnya itu malah dapat menghidupi seorang Lee Seokmin.
Selama belasan tahun, semenjak ditinggalkan oleh kedua orangtuanya ke Surga, kegiatan harian Seokmin tidak pernah berubah. Dari pagi hingga pagi lagi, kehidupan Seokmin tidak pernah jauh dari tanaman herbal kebanggaan Korea Selatan. Ginseng. Tapi tentu saat masih SMA semua pekerjaannya disesuaikan dengan jadwal belajar.
Pada pagi-pagi buta, Seokmin sudah disibukkan dengan menanam ginseng baru untuk menggantikan ginseng yang sebelumnya telah ia panen kemarin sore. Setelahnya, ia mengolah ginseng hasil panen kemarin menjadi minuman segar yang sangat baik untuk kesehatan.
Tentu bukan resep ciptaan Seokmin sendiri. Seokmin telah mempelajarinya sekian lama, sejak ia masih berstatus sebagai anak kecil yang hanya bisa merengek ketika minta dibelikan mainan. Resep minuman ginseng tersebut adalah sebuah resep keluarga. Turun temurun. Terbiasa melihat kedua orangtuanya mengolah ginseng, tanpa harus mencatat bagaimana proses pengolahannya pun, Seokmin berhasil membuatnya sendiri tanpa mengubah rasa asli dan kualitas.
Kegiatan rutin Seokmin tidak berhenti sampai di situ. Berhasil membuat puluhan liter minuman ginseng, Seokmin memasukkan seluruhnya ke dalam kemasan botol berbagai ukuran dan menyimpannya dalam lemari es. Karena berdasarkan pengakuan pelanggan, minuman ginseng ini menjadi puluhan kali lipat lebih enak dan segar jika dihidangkan dalam keadaan dingin.
Menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri adalah kegiatan selanjutnya. Akan tetapi, mulai hari ini, ia harus mulai terbiasa memasak untuk 2 porsi berkat kehadiran seorang Hong Jisoo.
Hentikan kisah sosok Lee Seokmin sampai di sini. Kembali ke kehidupannya sekarang. Bagaimana cara mereka berdua beradaptasi atas kehadiran orang lain?
Jisoo terbangun saat Seokmin sedang mengasah cangkul yang selalu menjadi teman setianya saat berkebun di halaman belakang rumah. Suara gaduhnya memang sudah terdengar sejak beberapa menit lalu. Membangunkan Jisoo, namun ia merasa masih sangat mengantuk hingga tidak sanggup walau sekadar membuka mata. Butuh banyak waktu untuk memaksakan diri bangkit dari alas tidur tipis milik Seokmin.
Sebelum ikut tinggal bersama Seokmin, Jisoo memang terbiasa bangun pagi. Tapi karena tadi malam ia sangat sulit tertidur, hingga dampaknya pagi ini pun rasanya Jisoo juga sangat sulit membuka mata. Jisoo belum terbiasa dengan keadaan di rumah Seokmin. Belum terbiasa dengan kamar kecil tanpa ranjang, televisi, apalagi kamar mandi. Bahkan tadi malam Jisoo sempat merengek pada Seokmin untuk minta ditemani ke kamar mandi. Jisoo ingin pipis. Tapi terlalu takut karena sekali lagi, kamar mandi di rumah ini berada di luar.
Membuka pintu menuju halaman belakang, Jisoo langsung menemukan keberadaan Seokmin. Tengah duduk di teras sambil mengasah cangkul. Tidak jauh dari kedua kakinya yang menjuntai ke tanah, ada bibit-bibit ginseng dalam karung berukuran sedang.
Jisoo duduk di samping Seokmin. Merenggangkan otot-ototnya sejenak. Menguap lebar. Tarik napas panjang, hembuskan perlahan. Satu poin yang paling Jisoo senangi terhadap desa ini. Udaranya sangat segar. Sungguh berbanding terbalik dengan keadaan udara di kota.
"Apa ada yang bisa aku bantu?" Jisoo coba menawarkan jasa.
Seokmin telah selesai dengan cangkulnya. Turun ke tanah. Mengangkat cangkul dan karung dalam sekali gendongan. "Diam saja di situ. Jangan melakukan apa-apa. Yang ada pekerjaanku semakin banyak karena kamu hobinya mengacau."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Without A Palace (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] 2 bulan, bukan waktu yang lama. Bagi kedua orangtua Jisoo, 2 bulan adalah penentuan masa depan putri semata wayang mereka. Sedangkan bagi Jisoo, 2 bulan adalah masa-masa penyesuaian diri dalam kehidupan baru. Bukan berarti pa...