Kebiasaan Seokmin membawa lebih sedikit botol minuman ginseng untuk dijual setiap harinya terus berlanjut. Akan tetapi, jika awalnya Seokmin melakukan hal ini demi menjaga keamanan rumahnya karena takut Jisoo melakukan hal-hal mengerikan seperti membakar, merubuhkan, atau menghancurkan rumahnya, untuk sekarang ini alasan tersebut sudah tidak berlaku lagi. Ini dikarenakan secara tidak langsung mereka telah berdamai dalam artian tidak terlalu sering bertengkar.
Seokmin sudah yakin bahwa Jisoo tidak mungkin menyiksa rumah kesayangannya itu.
Namun, untuk poin kenapa Seokmin tetap membawa sedikit minuman ginseng padahal sudah percaya dengan Jisoo, kalian dilarang bertanya. Karena Seokmin belum menemukam alasan terbarunya. Ia masih melakukannya hanya karena ingin cepat pulang.
Seperti hari ini, seluruh minuman ginseng yang Seokmin bawa telah habis terjual sebelum jarum pendek jam menyentuh angka 11. Dengan bersemangat Seokmin membersihkan lapak dagangannya, lalu membawa uang yang jumlahnya tidak seberapa itu masuk ke dalam pasar. Membeli beberapa bahan makanan mentah. Menambah persediaan makanan di dalam kulkas. Setelahnya, Seokmin keluar dari pasar dengan wajah ceria seakan telah menjadi milyarder.
Selama berjalan menyusuri pasar, Seokmin tidak bisa berhenti membayangkan hal-hal apa saja yang akan ia lakukan selama berada di rumah nantinya.
Memangnya apa yang akan Seokmin lakukan? Tidak ada, selain bertengkar kecil dengan Jisoo. Bukan bertengkar seperti awal-awal mereka tinggal serumah yang penuh dengan makian, omelan, dan sumpah serapah. Seokmin menganggapnya sebatas guyonan kecil. Jisoo-lah yang terlalu berlebihan menanggapinya. Dan sikap berlebihan Jisoo inilah yang paling Seokmin sukai. Menghentakkan kaki kencang-kencang lalu masuk ke dalam kamar. Seperti anak TK yang sedang merajuk karena tidak dibelikan mainan.
Saat masuk ke dalam pasar tadi, Seokmin banyak membeli ikan dan sayur. Keluar, ada pedagang lain yang berhasil menarik perhatian Seokmin. Pemuda berkemeja abu usang itu terdiam lama. Menimbang jumlah uang yang tersisa di dalam saku celananya. Yakin cukup, meski ragu, akhirnya Seokmin mendatanginya.
Toko yang kali ini Seokmin datangi adalah toko pakaian khusus wanita. Berbagai model pakaian wanita yang sederhana dan tanpa merk telah dipajang di sana. Seokmin sadar, pakaian yang seperti ini terlalu sederhana untuk seorang Hong Jisoo yang terbiasa dengan pakaian bermerk berharga mahal. Tapi jika dipikir-pikir lagi, gadis Hong itu pasti semakin cantik dengan pakaian sederhana ala wanita desa seperti ini. Pasti gelar kembang desa akan tersemat di belakang namanya. Hong Jisoo si kembang desa.
Jika sudah berpikir demikian, apakah itu artinya Seokmin mengakui bahwa Jisoo cantik?
Ya, tentu saja. Seokmin mengakui itu. Bahkan sejak pertama kali Jisoo mengarahkan jari telunjuknya ke arah Seokmin di hari penyelenggaraan sayembara cinta. Meski jarak mereka jauh dan Seokmin tidak bisa melihat wajah Jisoo secara jelas, aura cantiknya sudah sangat terasa. Hanya saja... Jisoo itu... Menyebalkan. Titik. Dan juga terlalu manja. Titik lagi.
Seokmin mengambil beberapa pakaian dengan warna yang berbeda untuk dibandingkan. Membayangkan bagaimana rupa Jisoo jika sedang mengenakan pakaian ini. Tanpa sadar Seokmin tersenyum. Yakin. Tidak mungkin salah lagi. Jisoo akan semakin cantik jika mengenakannya.
"Aku suka yang warna biru," seseorang membisiki Seokmin. Membuat terkejut, hingga terperanjat dari tempat. Mengelus dada. Jihoon tertawa kecil. Geleng-geleng kepala. "Padahal aku tidak berniat mengagetkanmu."
Seokmin jadi ikut tertawa karena suara tawa Jihoon yang terlalu lucu. Memperhatikan pakaian yang Jihoon maksud. "Menurutmu warna biru ini bagus? Apa tidak terlalu terang warnanya?"
"Tidak... Itu warnanya sangat bagus. Tidak terlalu terang. Yang terlalu terang itu warna kuning dan merah. Aku tidak suka," kata Jihoon, menggelengkan kepala sambil mengerucutkan bibir. Ia benar-benat tidak suka dengan warna yang mencolok. Warna kuning dan merah, contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Without A Palace (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] 2 bulan, bukan waktu yang lama. Bagi kedua orangtua Jisoo, 2 bulan adalah penentuan masa depan putri semata wayang mereka. Sedangkan bagi Jisoo, 2 bulan adalah masa-masa penyesuaian diri dalam kehidupan baru. Bukan berarti pa...