12. Menunggu Seseorang

1.6K 297 173
                                    

Hadap kiri, hadap kanan, telentang, tengkurap. Berbagai macam pose tidur telah Seokmin coba. Melirik jam dinding, sudah pukul 11 malam. Membuat Seokmin mendesah nyaring. Kenapa ia belum bisa tidur juga? Padahal biasanya, baru pukul 10 pun ia sudah tertidur nyenyak akibat dari pagi sampai sore harus kerja lembur bagai kuda. Entah ada hal apa yang membuat Seokmin gelisah hingga tidak bisa tidur seperti ini. Seperti ada yang menjanggal di dalam hatinya.

Coba bangkit, Seokmin membuka lemari pakaian berbahan kayu. Sudah lapuk di sana-sini. Wajar. Sama seperti perabotan kuno lainnya yang ada di rumah Seokmin, lemari ini pun hasil dari peninggalan kedua orangtuanya. Karena memang, kamar yang Seokmin tempati sekarang ini pun adalah kamar mereka. Sedangkan kamar yang sekarang ditempati oleh Jisoo adalah kamar Seokmin semasa kecil.

Apa yang Seokmin cari di dalam lemari? Sebuah guci dari tanah liat. Tentu bukan guci mewah dan mahal seperti yang terpajang di rumah Jisoo. Lagi. Guci ini adalah salah satu barang peninggalan kedua orang Seokmin, untuk mereka menyimpan uang tabungan. Cukup ditutup dengan selembar kain berwarna putih. Untuk itu, Seokmin mengikuti jejak mereka. Menyimpan uang tabungannya di dalam sana.

Ingat obrolan Seokmin dan Jisoo di halaman belakang tadi? Inilah cita-cita Seokmin yang sedikit bergeser.

Target Seokmin, sebelum bergeser, tabungan itu baru akan dibuka begitu usianya menginjak 32 tahun. Karena sekarang ia masih berumur 30 tahun, itu artinya masih ada waktu 2 tahun lagi. Setelah bergeser, Seokmin akan membuka tabungan itu di hadapan Jisoo. Entah kenapa ia merasa bahwa Jisoo harus tahu bagaimana cerahnya masa depan seorang Lee Seokmin.

Memikirkannya, membuat Seokmin tersenyum sendiri. Mengelus guci itu pelan. Mengirim kalimat penuh puja-puji untuk guci tersebut. Masa depan yang cerah, aku datang, katanya.

Apakah keresahan Seokmin berhenti setelah mengelus guci? Jawabannya adalah tidak. Hati Seokmin masih resah. Ingat dengan topik berikutnya. Jisoo sudah menemukan cara untuk membatalkan pernikahan mereka. Akan tetapi, bukankah seharusnya Seokmin ikut berbahagia?

Ya... Seokmin harus ikut berbahagia. Untuk itu, Seokmin menutup mata. Menganggukkan kepala. Membatalkan pernikahan adalah cara terbaik. Jisoo akan tersiksa jika terus hidup dengannya yang serba sederhana. Seokmin pun akan tersiksa jika terus menghadapi tingkah laku ajaib seorang Hong Jisoo. Di banyak titik, mereka terlalu banyak pertentangan.

Menutup pintu lemari, pandangan mata Seokmin langsung tertuju pada kalender yang tergantung tepat di sampingnya. Sebuah bulatan yang dibuat dengan pulpen bertintanmerah terdapat pada akhir bulan. Penanda bahwa akhir bulan lalu adalah pertama kali Jisoo datang ke rumahnya. Karena sekarang sudah hampir kembali masuk ke akhir bulan. Itu artinya Jisoo sudah hampir sebulan penuh tinggal bersama Seokmin. Wow. Seokmin berdecak kagum. Waktu sangat cepat berlalu.

Tidak juga bisa tidur, Seokmin memutuskan untuk keluar dari kamar. Berhenti di depan televisi. Duduk bersila di sana. Padahal Seokmin sengaja mengatur volume televisi sekecil mungkin agar tidak mengganggu tidur Jisoo. Tapi ternyata gadis itu pun juga ikut terbangun. Menghampiri Seokmin dengan wajah mengantuk dan rambut yang acak-acakan. Membuat Seokmin terkekeh. Biasanya wanita akan sangat jaim untuk menunjukkan wajah baru bangun tidurnya.

Tapi kalau dipikir-pikir, untuk apa merasa jaim? Jisoo selalu terlihat cantik walau dengan rambut yang sangat berantakan. Seokmin harus mengakui itu.

"Aku mimpi buruk..." Jisoo meraung pelan begitu berhasil duduk di samping Seokmin. Saking mengantuknya, sembarang saja ia menjatuhkan kepala ke atas paha Seokmin.

Seokmin hendak mengelus kepala Jisoo. Namun dibatalkan. "Mimpi apa? Kucing terjepit pintu?"

Sebuah gelengan Seokmin terima sebagai jawaban. Dengan kepala yang masih berpangku di atas paha Seokmin, Jisoo mengeluarkan suaranya pelan. Menutup mata. Suaranya semakin samar akibat terhalangi oleh kain celana pemuda berhidung bangir itu. "Aku gendong bayi. Tapi tidak tahu ayahnya siapa."

The Princess Without A Palace (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang