"Aku tersiksa, Soo. Aku kehilangan napas begitu kamu pergi. Jangankan setelah pergi. Saat kamu bilang sudah menemukan cara membatalkan pernikahan kita saja rasanya sudah sangat menyakitkan. Tapi aku sadar. Seorang princess seperti kamu memang sudah seharusnya bertemu dengan seorang pangeran dan tinggal di istana yang mewah. Kalau di negeri dongeng, aku hanya seorang pemuda yang bertahan hidup dengan mencari kayu bakar di hutan. Kehidupan kita terlalu berlawanan. Bertolak belakang. Aku tidak bisa menampik itu. Kamu puas?"
Detik pertama, mata Jisoo berkaca-kaca. Menyentuh 10 detik, setetes air mata berhasil menetes di pipinya. 20 detik, Jisoo menjatuhkan tubuh ke tanah. Menangis terisak. Tidak sanggup menahannya lagi. Membuat Seokmin panik luar biasa. Berusaha membawa gadis Hong itu agar masuk ke dalam mobil. Khawatir ada orang yang melihat kejadian ini lalu menjadi pemberitaan di media massa. Tapi Jisoo malah melakukan pemberontakan.
"Kenapa tidak mengaku saja sejak awal?" tanya Jisoo, di sela-sela tangisannya. Terus menepis tangan Seokmin yang berusaha menariknya. "Kamu tahu bagaimana bimbangnya aku memilih antara kamu dan Hansol? Sejak masih di rumahmu aku berusaha memancingmu. Aku sampai nekat bertanya apakah aku telah menyakitimu atau tidak. Tapi kamu malah mengalihkan topik. Kamu terlihat baik-baik saja saat aku bilang Hansol akan melamarku. Karena sikapmu itu aku jadi berusaha meyakinkan diri kalau Hansol memang yang terbaik."
Seokmin tidak mengerti. Setelah dijelaskan pun pemuda Lee itu malah hanya mengerutkan kening. Hendak bertanya agar semuanya lebih jelas, namun Jisoo belum juga menghentikan tangisan. Nanti dulu. Tunda sebentar. Biarkan Jisoo tenang terlebih dulu. Langkah terakhir, Seokmin hanya duduk tepat di samping Jisoo. Menarik kepala Jisoo agar mau bersandar di bahunya.
"Kenapa bisa seperti ini?" tanya Jisoo. Pelan. Cendrung berbisik. Masih sedikit terisak.
"Salahku."
"Aku juga salah. Aku sudah menyakiti 2 orang pria sekaligus."
Seokmin tertawa. Baginya, Jisoo adalah wanita yang kejam. "Lebih dari itu. Aku yakin semua pria yang menjadi peserta dalam sayembara cinta kemarin sakit hati karena kamu malah menunjuk orang yang tidak mendaftarkan diri."
Ucapan Seokmin membuat Jisoo tergelak. Ingin tertawa. Ucapan Seokmin benar. Tanpa sadar Jisoo telah menyakiti banyak pihak. Mungkin ini adalah karma atas kejahatannya. "Bagaimana caranya aku memperbaiki semuanya? Aku merasa sangat bersalah kepada Hansol. Dia datang ke Korea untuk melamarku. Bukan untuk melepasku."
"Melepasmu?" tanya Seokmin. Berusaha menoleh. Namun Jisoo masih nampak enggan menjauh dari pundak kirinya.
Jisoo mengangguk. Menutup mata. Terlalu banyak menangis membuat kepalanya sedikit pusing. "Sekarang status kami hanya sebagai sahabat. Kami sepakat membatalkan pertunangan. Dia sudah tahu kalau aku menyukaimu."
"A-aku?" Seokmin terkejut setengah mati. Berucap setengah berteriak. Saking nyaringnya, suara Seokmin berhasil membuat Jisoo menegakkan badan. Sekali lagi, Seokmin tidak mengerti dengan ucapan Jisoo saat menangis tadi. Jadi... Apakah ini yang Jisoo maksud? "Kamu menyukaiku? Sungguh? Aku tidak salah dengar, kan? Soo, apa kamu sedang khilaf?"
Jisoo kesal. Spontan melepas sepatu berhak miliknya. Mengambil ancang-ancang hendak memukul. Sudah cukup Jisoo mengaku satu kali. Ia tidak akan mau mengaku untuk yang kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess Without A Palace (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] 2 bulan, bukan waktu yang lama. Bagi kedua orangtua Jisoo, 2 bulan adalah penentuan masa depan putri semata wayang mereka. Sedangkan bagi Jisoo, 2 bulan adalah masa-masa penyesuaian diri dalam kehidupan baru. Bukan berarti pa...