Chapter-6

23 15 0
                                    

Reynaldo Pov

"Kenapa kita harus pindah sih, mah? Padahal Aldo udah betah banget di sini!" Gerutu gue karena kesal dengan keputusan kedua orang tua gue yang memaksa harus pindah dan meninggalkan rumah yang sudah ditempati sejak gue masih bayi.

Mama tersenyum sambil mengelus kepala gue, "Papa mu ada proyek besar disana,sayang. Jadi, mau tidak mau kita harus ikut pindah. Kamu kan tahu papa mu itu tidak bisa jauh-jauh dari kita."

"Ya tapikan aku harus meninggalkan teman-teman ku, sekolah dan kehidupan ku di sini!, Mama tahu kan kalau aku sulit beradaptasi dengan lingkungan baru ku?"

"Itu tantangan baru untuk mu. Papa yakin kamu bakal betah disana. Papa juga sudah mendaftarkan kamu di sekolah favorit di kota itu. Jadi papa harap kamu mau ikut pindah bersama kami" Itu suara papa. Entah sejak kapan beliau sudah duduk disamping gue.

Gue hanya menundukan kepala. Sungguh Gue sangat kesal dengan keputusan papa yang memberi tahu kepindahan kami secara mendadak, dan apa katanya? Bahkan beliau sudah mendaftarkan gue sekolah disana.

"Bagaimana jika Aldo tetap tinggal disini? Aldo sudah besar dan bisa menjaga diri" Ucap gue berusaha membujuk kedua orang tua gue. Jujur saja, gue berat jika harus meninggalkan kota ini apalagi sekolah dan teman-teman gue. Gue tak yakin bisa mendapatkan sahabat ataupun teman seperti teman-teman di sini.

"Al, Kamu ini anak kami satu-satunya. Mama gak bisa biarin kamu hidup sendirian disini, nak. Mama gak bakal bisa tenang. Kamu pun tentu tahu alasannya. Jadi plis ikut kami ya,". Gue menatap kearah mama. Terlihat mata teduh itu mulai berkaca-kaca. Huft gue paling lemah jika sudah melihat mata bidadari yang sudah membawa gue kedunia ini.

Gue menghela nafas panjang, " oke" hanya satu kata itu yang gue keluarkan, dan terdengar jelas desahan nafas lega dari kedua orang tua gue.

Selamat tinggal Jakarta
-----------------------------------------------------------

Dua hari kemudian gue dan keluarga benar-benar pindah meninggalkan kota metropolitan ini. Gue kira kedua orang tua gue hanya main-main, ternyata tidak.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mobil kami memasuki kawasan perumahan yang bisa dibilang cukup elite. Suasana di sini cukup nyaman dan tenang, hmm sepertinya gue menyukai tempat baru ini.

Mobil yang di kendarai papa pun berhenti setelah memasuki pekarangan yang cukup luas dan gue yakin rumah ini yang akan kami tempati. Rumah yang bisa dibilang cukup besar dengan gaya yang sederhana namun terkesan mewah. Kulihat sekeliling di rumah banyak ditanami bunga dan beberapa pohon rindang.

"Kita sudah sampai. Dan ini rumah baru kita" ujar papa setelah memarkirkan mobil.

"Gimana Al, kamu suka?" Aksi gue meneliti sekeliling buyar ketika mama melontarkan pertanyaan itu.

"Suka apa?"

"Ya suka tempatnya, suasananya, lingkungan nya, rumah nya"

"Oh-- sepertinya begitu" jawab gue seadanya sambil terus memandangi halaman rumah ini

"Kamu masih kesel sama mama dan papa?"

Ya sepertinya begitu. Bagaimana tidak? Kepindahan ini sangat mendadak dan gue baru dikasih tahu 2 hari sebelum hari kepindahan kami.

"Maafin kami ya. Ini yang terbaik untuk kita semua. Lagian papa yakin kamu bakal betah tinggal disini. Dan suasananya juga bagus untuk kesehatan kamu" ujar papa. Gue hanya berguman pelan. Memang sih, suasana di sini tidak sepadat dan seramai di Jakarta dulu.

"Bisa kita masuk sekarang, pa?" Tubuh gue udah lelah dan gue cukup penasaran dengan isi rumah ini.

Papa pun membukakan pintu.
"Kamar kamu ada dilantai dua ya, nanti kamu naik lalu belok kearah kanan, kamar pertama dan itulah kamar kamu". Gue pun mengangguk dan meraih tas gendong berisi barang-barang kecil yang gue punya, lalu segera naik menuju kamar.

Sesuai instruksi papa, gue membuka pintu kamar itu. Kamar yang sesuai dengan selera gue karena warna dominan hitam putih dan dekorasi yang sesuai. Uh..! Papa emang mengerti kebutuhan anak semata wayangnya ini.

Gue pun menyalakan AC dan merebahkan tubuh di kasur king size yang ada hingga gue pun tertidur lelap.

Gue terbangun karena mama membangunkan dan nyuruh gue untuk mandi. Gue melihat beliau sedang memasukan baju-baju gue ke lemari. Dan disana juga ada barang-barang gue yang sudah tersusun rapih ditempat nya masing-masing. Gue pun berjalan memasuki kamar mandi dan segera menyelesaikan ritual mandi .

Sehabis sholat, gue pun turun ke lantai satu, dan disana ada papa sedang menonton TV sedangkan mama sedang sibuk berkutat di dapur dengan mbok Jum, pembantu kami untuk menyiapkan makan malam.

Gue duduk di samping papa yang sedang asik menyaksikan salahsatu channel TV, "Pa, jadi--Aldo sekolah dimana?" Papa menoleh ke arah gue dan tersenyum

"SMA Angkasa. Kamu mulai sekolah besok." Ucap papa. Gue menaikan sebelah alis, dan meminta penjelasan lebih. Lalu bagaimana dengan seragam ku, Buku-buku dan keperluan lainnya?

Seolah mengerti papa kembali bersuara, " kamu tenang aja, papa dan mama udah siapin semuanya. Seragam baru kamu ada dilemari baju mu. kemeja putih celana hitam, plus dasi dan almamater biru. Coba nanti kamu cek ya. Papa yakin, kamu bakal suka dengan sekolah baru mu itu"

What the--- ternyata papa dan mama benar-benar telah menyiapkan semuanya matang-matang. Obrolan kami pun terhenti ketika teriakan Mama untuk menyuruh kami ke meja makan.

Selesai makan, gue kembali kemar, gue berjalan ke arah balkon kamar. Gue melihat suasana perumahan ini cukup damai dan sejuk. Pandangan gue terarah pada rumah disamping rumah ini. Disana terlihat seorang gadis yang sepertinya seumuran gue tengah merentangkan kedua tangannya dengan mata terpejam.

"Hai!!" Gue pun menyapanya. Dia terlihat sedikit terkejut dan menoleh kearah ku. Kulihat garis bingung dikeningnya lalu menunjuk dirinya sendiri seolah berkata "aku?"

Gue paham kemudian terkekeh seraya mengangguk, " kau sedang apa?" Tanya gue sok kenal. Tapi bodoamat lah toh sepertinya gue harus mulai mencari teman disini.

Dia hanya memberi gelengan kepala sebagai jawaban. Dia masih terlihat bingung. Ah bego! Gue kan penghuni baru disini. Pasti dia gak ngenalin gue. Gue pun berinisiatif memperkenalkan diri terlibih dahulu.

"Kenalin Nama gue Reynaldo Bintang Maldeeva. Gue tetangga baru lo!" Ucap gue setengah berteriak. Dia pun mengangguk dan saat hendak membuka suara, dia malah berlari masuk ke kamarnya.

Ah gadis yang manis!

Gue harap dia satu sekolah sama gue. Gue pun masuk kembali ke kamar. Karena penasaran, gue membuka lemari dan mencari seragam sekolah itu. Dan yap! Sepertinya ini dia. Setelah kemeja dengan celana hitam plus jas almamater biru dan ada logo khas sekolah disebelah kiri. Dan juga dasi hitam. Seperti kata papa, dari seragamnya saja, sudah terlihat kalau ini memang sekolah yang cukup elite.

Kemudian gue beranjak mempersiapkan keperluan sekolah gue, lalu segera tidur.

Marhaban ya Ramadhan guys😊♥️
Jangan lupa vote dan comen yo

ALmandaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang