•KHdK 3•

921 110 6
                                    

Iluvia merebahkan tubuhnya dikasur empuk milik kamarnya, ia terpaksa harus meninggalkan Raka yang sedang asik bermain PS dengan Alga karena moodnya yang tiba-tiba memburuk.

Gadis itu menghela napas panjang untuk kemudian meraih ponselnya yang ada dinakas. Ia membuka room chat dengan Arkan, kemudian jarinya mengetikkan sesuatu.

gue minta maaf.

Lalu, kirim!

Yap, pesan itu berhasil dikirimkan oleh kontaknya yang ia beri nama Arkan dengan sedikit hiasan buah cherry setelah huruf N.

Kemudian ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Ia segera membaca pesan itu.

Arkan🍒: gue gapapa

Iluvia menghela napasnya lagi. Ia rasa meminta maaf lewat pesan singkat kurang bisa memperbaiki hubungan dengan kekasihnya itu, baiklah jika begitu, esok ia akan membicarakan ini dengan Arkan secara serius.

"Hello, kok gak ikutan main PS?" Lia yang baru saja keluar dari kamar mandi itu bersuara. Dengan masih mengenakan kimono yang sengaja ia bawa dari rumahnya dan handuk yang memelintiri rambutnya, ia duduk disamping Iluvia sambil tersenyum penuh arti. "Hayo, ada apaan sih? Lo keliatan galau."

Iluvia terdiam, menggelengkan kepalanya.

"Gue gak percaya sih kalo lo bilang gakpapa,"

Iluvia menghela napasnya berat, "salah ya Ia kalo gue peduli sama Raka?" ujarnya.

Lia menggeleng, "nggak dong. Salahnya dimana?" jawab Lia.

"Kenapa Arkan gak suka kalo gue peduli sama Raka? Padahal kan Raka sahabat gue, Ia"

"Kalo itu sih beda lagi urusannya." Lia terkekeh.

"Beda gimana?"

"Arkan itu cemburu, itu sih kata simplenya."

"Tapi yang gue heran, kenapa dia harus cemburu sama Raka yang jelas-jelas diapun tau kalo gue sama Raka itu cuma sahabat, gak lebih dan gak akan pernah."

"Sekarang gini deh, cowok mana sih yang gak cemburu liat pacarnya itu peduli, perhatian, selain ke dia." ujar Lia yang sepertinya sudah paham sekali dengan dunia perbucinan.

"Ya cemburu juga harusnya liat-liat dong, masa iya cemburunya sama sahabat yang udah lama banget sahabatan sama gue, nggak lucu kan Ia kalo gue sama Arkan harus terus diem-dieman selama Raka ada di Indo, kan gue gak enak sama Raka."

"See? Lo lebih mementingkan perasaan Raka ketimbang pacar lo sendiri." Lia menaikkan satu alisnya.

"Loh Ia, kok lo jadi-"

"Iluvia Belvania, nih ya gue jelasin ke lo... Kita tuh sebagai pasangan harus bisa menempatkan diri dimanapun dan kepada siapapun kita bersikap. Karena yang menurut kita biasa aja itu bisa luar biasa dimata pasangan kita, kan gak semua pandangan orang sama walaupun sehati." ujar Lia begitu mendalami.

"Terus menurut lo, Arkan wajar cemburu?"

"Luv, gue gak mihak Arkan atau gimana ya, tapi gue cuma pengen kasih tau aja ke lo kalo gak selamanya orang cemburu itu berarti berlebihan. Kita ambil contoh simplenya ya, semisal Arkan perhatian banget gitu ke gue- Gue kan disini sebagai sahabatnya juga dong, nah lo bakalan cemburu gak?" Lia bertanya, namun belum sempat Iluvia menjawab gadis itu langsung melanjutkan bicaranya lagi. "Mustahil kalo lo bilang gak cemburu. Karena nyatanya kita tuh bakalan merasa dinomorduakan kalo pasangan kita itu punya perhatian lebih selain ke kita, caya deh omongan gue." lanjut Lia.

Kita, Hujan, dan Kenangan. (Squel AKdH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang