[Short Part]
Rintik hujan malam ini seolah sedang mewakilkan perasaan seorang gadis yang kini sedang duduk di sofa favoritnya sambil memeluk boneka beruang, meminum secangkir cokelat hangat yang ia buat sendiri beberapa menit lalu.
Dirinya kini sedang bernostalgia. Ia ingat sekali dirinya yang dahulu seperti wanita paling sengsara karena memiliki rasa yang tidak bisa disuarakan. Iluvia tak pernah menyangka sebelumnya kalau ia akan berada di titik dimana yang selalu ada di dalam doanya benar-benar dikabulkan.
Sudah berjalan 3 tahun dan rasa itu masih tetap sama, bahkan bertambah setiap kali ia menatap mata indah milik kekasihnya. Semesta memang terkadang suka bercanda, gadis yang dulunya selalu menahan bahkan sampai raganya tak kuat lagi kini sedang bahagia setengah mati.
Gadis cantik itu ingat sekali saat dirinya kala itu sedang berada di ambang nestapa. Kalau dipikir-pikir hebat sekali ia beserta raganya; dipaksa mencintai dengan bisu- pernah, dibanting oleh keadaan bahkan sampai dibunuh oleh perasaan juga pernah. Pahitnya urusan cinta, ia sudah khatam.
Iluvia tersenyum lebar saat ingatannya kini terbengkala di hari dimana itu adalah salah satu hari terbahagia yang pernah seseorang berikan padanya. Hari jadinya; dimana semesta, langit, dan hujan yang jatuh ke bumi seolah sama-sama sepakat untuk membiarkan dirinya bahagia sampai ia lupa rasanya terluka.
Hari yang begitu hebat karena dengan sekejap mata semua penderitaanya seketika berubah menjadi seperti surga dadakan. Hebat, kuasa Tuhan memang sudah seharusnya tak lagi diragukan.
Dering telepon membuatnya kembali ke alam sadar. Iluvia segera mengangkat panggilan itu yang dari siapa lagi kalau bukan pacarnya.
Sebelum mengangkat panggilan telepon itu, ia menarik ujung bibirnya sedikit untuk kemudian memejamkan kedua matanya. "Hallo, pacar?"
Arkan bersua dari sana, terkekeh sedikit saat mendengar kekasihnya itu selalu memanggil dirinya dengan sebutan 'pacar'.
"Lagi ngapain?"
"Lagi teleponan sama lo lah, gimana sih."
"Maksud gue selain itu, selain lagi teleponan sama gue lo lagi ngapain?"
"Oh, lagi duduk aja. Lo lagi dimana, Kan?"
"Habis nemenin Brisia gue, nganterin dia ke apotek."
Seketika raut wajah Iluvia berubah menjadi datar. Ia menarik napasnya sedikit, berusaha untuk bersikap biasa saja. "Dia sakit?"
"Ambunya,"
"Lo udah kenal dia banget kayaknya ya, Kan." ketahuan sekali bahwa Iluvia sedang cemburu sekarang.
Arkan terkekeh, "tapi kayaknya gue harus pergi sekarang deh, nungguin tuan rumah gak keluar-keluar."
"Maksudnya?"
"Lihat diluar ada siapa,"
Iluvia beranjak dari duduknya, berjalan menuju gorden kamarnya untuk kemudian ia melihat Arkan yang sedang duduk di atas motornya, melambaikan tangan ke arahnya. "Hei, ngapain lo disitu? Ini udah malem."
"Mau ngasih makanan aja sih, tapi kalau lo nggak mau gakpapa kok. Gue bawa balik aja."
"Ih apaan sih lo, tunggu sebentar!"
Gadis itu memutuskan sambungan teleponnya, berjalan dengan sedikit buru-buru menuju luar. Setelah berhadapan dengan Arkan, gadis itu malah mencubit lengan kekasihnya dengan begitu gemas.
"Udah malem, bukannya pulang!"
Arkan terkekeh, ia mengelus puncak kepala gadisnya. "Gue kalau semenit aja gak ketemu lo, rasanya kayak mau mati tau nggak."
Iluvia berdengik ngeri, "ih, alay lo!"
"Serius gueee,"
"Yaudah, lo kesini mau apa? Katanya ada makanan? Mana?" tutur Iluvia.
Arkan langsung memberi sebungkus makanan yang isinya adalah dimsum. "Habis makan ini jangan lupa sikat gigi lagi, jangan langsung tidur!"
Iluvia mengerucutkan bibirnya. "Iya, bawel! Terus kenapa lo gak masuk?"
"Gue cuma bentar doang kok, mau langsung. Yaudah kalau gitu gue balik ya?"
Iluvia menahan tangan Arkan yang baru saja ingin menyalakan mesin motornya. "Kan, lo—ngapain tadi sama Brisia?"
Arkan mengulas senyumnya. Gemas sekali rasanya melihat Iluvia saat sedang cemburu seperti ini. "Sayang, gue cuma anterin dia kok ke apotek, gue cuma bantuin dia aja."
"Memangnya harus sama lo? Ojek online masih banyak kali jam segini mah." yap, sifat protektifnya gadis pencinta hujan ini mulai terlihat sepertinya.
"Iluvia, cantik, kenapa sih? Kan gue udah cerita sama lo di tempat makan tadi, Brisia lagi butuh temen." ujar Arkan kemudian ia menggenggam tangan Iluvia dengan erat, "percaya sama gue, gak akan ada orang lain di antara lo dan gue. Ya?"
Iluvia memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "Iya, Kan, gue percaya."
••••
Hi, happy new year 2021! I hope this year will be better than the previous year and healthier for all of us! aamiin.
Guys btw, apa kabar? Kangen nggak sama Arkan-Iluvia? Sorry bgt aku udah gak pernah up karena jujur akhir-akhir ini aku lagi sering bgt writer's block, ini pun aku upload dikit bgt ya krn aku sedang writer's block. Aku upload ini hanya untuk mengobati rasa kgn kalian aja, maaf kalau aku udah bikin kalian nunggu... Jangan bosen ya gais sm aku, doain aku biar ga writer's block mulu hehehe:( aku sayang kalian!💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita, Hujan, dan Kenangan. (Squel AKdH)
Novela Juvenil[Sebelum baca squel ini, diharapkan untuk baca terlebih dahulu AKdH1 -- FULL AKdH1 ADA DI DREAME] --------------------------------------------------------------------- Kata orang, cinta yang didapatkan dengan penuh perjuangan dan pengorbanan akan ja...