•KHdK 4•

1.1K 117 7
                                    

3 hari berlalu cepat rasanya. Arkan, Alga, Raka, dan Dirga baru saja menyelesaikan taruhan PS nya dengan lagi-lagi Alga sebagai pemenangnya. Memang tidak ada yang bisa mengalahkan Master Alga, serius.

"Besok gue nggak ikut tanding PS dulu ya, gue besok ada kuis terus pulang ngampus harus nugas karena dikumpul lusa. Nyiksa bener dah parah." ujar Arkan sambil mengendus kesal.

"Itulah cobaan mahasiswa." ujar Alga yang sudah dinobatkan sebagai yang paling senior diantara mereka semua.

"Iya sih iya yang udah jadi Magister ternama." Arkan mengucapkan itu sambil memasang raut wajah mengejek andalannya.

"Jelas! Panutan banget kan gue?" seperti biasa, tidak bisa dipancing sedikit. Alga langsung membangga-banggakan dirinya. Tapi memang pantas sih dirinya dibanggakan.

"Yang kuliah di Amsterdam aja bisa-bisa kalah ini mah," ujar Raka sambil menyombongkan wajahnya.

"Oh iya lupa ada yang kuliah di Negeri orang ya." Alga terkekeh.

"Iya ada yang tinggal di kerumunan bule-bule cihuy tapi masih aja jomblo gak bosen-bosen, padahal kan apa kurangnya cewek-cewek sana? Ya gak, Bang?" ujar Dirga menyenggol lengan Alga.

"Lo nggak pernah ngaca apa gak punya kaca, Dir?" ucapan Alga begitu menusuk sampai membuat Dirga terdiam dan membisu namun dihadiahi gelak tawa Arkan dan Raka.

"Nggak mampu beli kaca Bang." ujar Arkan masih dengan tawanya.

"Jahat lo semua! Teraniaya gini gue sebagai cogan." Dirga mengerucutkan bibirnya.

"Dir lo bisa gak balik sekarang? Dari pada toples keripik ini melayang ke pala lo!" Alga mengangkat toples yang berisi keripik pedas cemilan mereka selama bermain PS. "Mual gue, sial." gumam Alga.

"Anjrit gue diusir!" Dirga makin memanyunkan bibirnya.

"Dahlah balik gue, bonyok udah rewel aja. Padahal kan gue udah gede ya, masih aja dicariin kalo pulang telat dikit." Arkan beranjak dari duduk lesehannya, kemudian ia ber-tos ria dengan Alga, Raka, dan Dirga.

"Tante Irla mana Bang? Gue mau pamitan,"

"Tadi abis isya gue liat langsung tidur, kesepian dia gak ada pacarnya." jawab Alga sambil terkekeh.

"Anjrit. Yaudah nanti bilang gue balik duluan ya Bang, salam dari calon mantu gitu." ujar Arkan sambil menunjukkan deretan giginya.

"Ogah." sahut Alga terkekeh.

"Lo nggak balik? Entar emak lo nanyain gue, heboh ya!" ujar Arkan pada Dirga.

"Santai sih, gue mau numpang makan dulu disini." ujar Dirga dengan seenak jidatnya.

"Kaya ada aja yang mau ngasih lo makan disini." sahut Alga.

"Mampus." celetuk Arkan. "Gue cabut ya, jangan kangen!" teriaknya sambil kakinya berjalan menuju keluar.

Saat melintasi ruang tamu, Arkan terpaksa harus menghampiri kedua gadis yang sedang bergosip ria sambil skincare-an.

"Gue balik ya." ujar Arkan yang sontak menghentikan kegiatan mereka yang baru saja ingin mengoleskan masker pada wajah mereka.

Iluvia mendongak sebentar, kemudian pandangannya kembali ia palingkan kearah barang-barang kecantikan yang ada dihadapannya.

Memang semenjak hari itu, mereka terus perang dingin seperti ini. Padahal ketemu setiap hari. Dasar remaja labil.

"Nggak mau ikutan skincare-an sama kita?" tanya Lia seraya mengoleskan maskernya dengan kuas ditangannya.

"Nanti gue belok, panjang urusannya." Arkan terkekeh. "Balik ya." Arkan berjalan pergi keluar rumah.

Kita, Hujan, dan Kenangan. (Squel AKdH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang