07

33 9 0
                                    

     "Gua jumpa kalian betiga tadi, jadi gua mintalah mereka untuk bawa lo kesini." Jawab Muthia sambil membawakan daging untuk Vania.

"ohh. Gua kira apaan juga tadi." Ucap Vania lega.

 Vania beranjak dari kasurnya dan menatap jendela kaca. "Kenapa lo harus buat diatas gunung gini nih rumah?"Tanya Vania

"Iya, gua suka banget pegunungan. Dan ini adalah tempat pertama yang gue temui saat spawn didunia minecraft." Jawab Muthia sambil mengambil beberapa besi untuk dimasak.

 Vania termenung jauh menatap hamparan langit luas. Ia merasa ini adalah tempat yang paling cocok untuknya. "Kapan lagi gua bisa ngerasa seperti ini, selain disini?"  Tanya Vania dalam hati.

"eh van, lu kenal cowok itu ya?" Tanya Muthia sambil membuat armor dari besi.

"Cowok yang mana?" Tanya Vania berbalik menatap Muthia yang juga sedang menatapnya.

"itu tu loh, yang pake baju biru itu." Jawab Muthia yang melanjutkan membuat barang barang lain.

"Oh dia. Gak seberapa kenal sih." Jawab Vania sambil tersenyum.

"Dia orangnya jutek banget kan?" Tanya Muthia dengan kesal.

"Iya, kesel gua kadang kadang."Jawab Vania.

"Kok lu bisa kenal ama dia?" Tanya muthia lagi.

"Banyak tanya ah lu mut!" Kesal Vania yang menjatuhkan badannya kekasur.

   Vania mengingat kembali kenangan ketika baru pertama kali bertemu dengan Teguh. Lucu.





  "Woy Van.. Van... lu kenapa tidur sambil senyum senyum?"

Vania membuka matanya ketika mendengar suara itu. Suara Rezon.

"Cuma mimpi ya?" Tanya Vania dengan suara yang kecil namun masaih bisa didengar.

"Mimpi apaan van?" Tanya Rezon penasaran. "Lu mimpiin gua kan?" Tanya Rezon lagi.

"Ihh.. Pede amat lu." Jawab Vania yang beranjak dari grass block dan mencari makanan untuk dimakan.


  Ia menyadari sesuatu yang hilang ketika sedang memakan daging domba. Dimana Teguh? Gak muncul batang hidungnya.

"Eh Zon, Teguh ke mana?" Tanya Vania sambil memakan daging yang ia masak.

"Kenapa? Nyariin ya?" Goda Rezon. "Ih apaan sih, gua cuma aneh aja gak ada yang ngomelin gua." Jawab Vania kesal.

"Dia lagi mining di bawah." Jawab Rezon sambil memasak daging sapi.

"Yah, kenapa gak ngajak gua? Gua kan pengen banget mining!" Tanya Vania.

" Emm, lu gak ingat ya?" Tanya Rezon. "Ingat apa?" Tanya Vania bingung.

" Coba ingat ingat lagi deh pagi tadi."

   Vania mencoba mengingat. "Van, van. Gua mau mining, lu mau ikut gak?"  Ia ingat bahwa Teguh membangunkannya, tapi ia tak mau bangun. Ia merasa sangat malu.

"Gua ikut dia mining lah." Ucap Vania yang berlari ke terowongan biasa ia dan Teguh masuk.

"Tapi kan lu gak tau dimana.." Ucapan Rezon terpotong karena Vanina tak menghiraukannya. "Dia." Lanjut Rezon

  Sebenarnya, Vania takut banget mining sendirian. Tapi dia pengen banget mining sama Teguh. Entah dari kapan rasa itu ada di benakya. Rasa ingin selalu dekat dengannya. Vania udah lama didalam gua itu tapi tak menemukan si jelek itu juga.

 Ia berhenti berjalan ketika ia mendengar desis creeper yang akan meledak dibelakangnya. Ia belum sempat mengeluarkan pedangnya, creeper itu meledak. Tapi ketika creeper itu meledak, ia didorong oleh seseorang.

"Lu ngapain sih?" Tanya Teguh marah.

"Ya gua mau mining lah, gua ikut lo." Jawab Vania yang mencoba berdiri.

"Mining aja sendiri, gak usah ikut gua." Ucap Teguh singkat. Ia berbalik dan berjalan kedalam gua.

"Kenapa? Gua mau ikut lo. Jadi kalo gua dapat banyak gua bisa bagi bagi ama lo." Jawab Vania yang mengikuti teguh dari belakang.

"Ngak. Gua gak perlu semua itu." Ucap Teguh lagi.

" Kenapa?" Tanya Vania polos.

"Karna lo itu NYUSAHIN. Mending lo pergi ke atas dan cari yang lain. Lo itu pengganggu tau gak sih!" Bentak Teguh dengan suara yang besar.

  Vania terkejut. Ia dibentak? Selama ini ia tak pernah di bentak dengan sekeras ini. Matanya berkaca kaca. Ia ingin menangis, tapi ia tak ingin menunjukkan tangisannya.  Ia tersenyum kecil menahan tangisannya,

"Maaf, kalo selama ini ganggu. gue gak bakal ganggu hidup lo lagi." Ucap Vania dan pergi dari hadapan Teguh.

 Teguh terdiam melihat Vania yang berjalan menjauh. Ia merasa terlalu kasar membentaknya tadi.









   Teguh telah selesai mining dan naik keatas. Hari sudah mulai sore. Ketika ia keatas, ia hanya melihat Rezon yang sedang berusaha menghidupkan perapian untuk mereka tidur nanti. Ia berjalan menuju Rezon.

 "Mana Vania Zon?" Tanya Teguh Yang memasak hasil miningnya.

"Tu." Jawab Rezon sambil menunjuk Vania yang sedang duduk dekat sungai yang mengalir. tak jauh dari mereka.

 Teguh terdiam, ia tak tahu bahwa Vania benar benar sedih hanya karena bentakannya. Ia menyesal melakukannya tadi. " Dia kenapa?" Tanya Teguh pura pura tak tahu.

"Entah, dari tadi dia murung. Dia bilang ada orang yang bentak dia. Jadi dia murung gitu. Kalo lu mau tau Guh, Vania itu jarang banget murung ataupun marah. Dan kalo dia udah marah, jangan harap Vania bakal berteman dengan dia. Ngomong aja dia gak mau." Jawab Rezon panjang lebar. Sebenarnya Rezon udah tau yang ngebentak Vania itu Teguh.

 Teguh  benar benar menyesal. Ia tak tahu bahwa Vania seperti itu.



















The Minecraft [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang