06

36 8 0
                                    

        "teguh?" Tanya vania dalam hati. Vania menatap Teguh dengan tatapan bingung.

"Apa lu lihat-lihat?" Tanya Teguh. "Kenapa? gua ganteng?" sambung Teguh.

"Ih najis sumpah!" Jawab Vania. Teguh pun duduk bersila didekat vania.Ia menghangatkan tangannya.

"Nama lu... Teguh ya?" Tanya Vania memulai obrolan.

"iye, napa?" Tanyanya. "Gak ada, gua gak sengaja kebaca gantungan kunci lo." Jawab Vania.

  Hening. Tak ada yang berani memulai pembicaraan. Gengsi lebih tepatnya.

  Sebuah suara terdengar dari semak semak. Respon Vania dan Teguh mengeluarkan pedang mereka. Mereka mulai mendekati semak semak dengan perlahan. Semakin dekat, suaranya semakin keras.

"BAAAA....." Teriak Rezon yang keluar dari semak semak.

"Yah.. gua kira apaan juga tadi." Kesal Vania.

"Eh, kok kalian masih bedua? Udah pacaran ya?" Tanya Rezon.

"Ih sok tau kali lu!" Kesal Vania yang tak suka dikatakan begitu.

"Yaelah becandanya pun." Ucap Rezon menenangkan Vania yang kesal.

"Ini udah malam kedua kan? Tinggal tiga hari aja kita disini. Gak nyadar gua udah dua hari disini, waktu cepet banget ya?" Tanya Rezon yang berbaring sambil memandang langit.

" perasaan lo doang itu." Ucap Vania yang ikut menatap langit malam.

"Iye, padahal gua masih mau lama-lama di sini." Tambah Teguh yang juga ikut ikutan berbaring.

     Mereka pun tertidur diatas grass block.













         (Pagi hari)

    Vania terbangun ditempat yang berbeda. Sebuah rumah yang cantik.

Sebuah suara terdengar sebelum ia benar benar bangun. "Eh, Van. Lu dah bangun?"

"eh, Mut. Kok gua bisa disini?" 










    Maaf ya, Author udah lama gak buat. Kemarin sempat kehilangan akun, jadi gak bisa update ceritanya.













The Minecraft [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang