Jangan lupa tinggalkan jejak
Warning typo dimana mana
#enjoy to read my story.
Di tempat lain dan di waktu yang sama seorang wanita paruh baya sedang mencoba menghubungi seseorang.
"Hallo." Ucap wanita itu memulai pembicaraan.
"....."
"....."
"....."
"Pokoknya saya mau kamu cari tahu tentang gadis itu." Ucap wanita itu.
Tut tut tut.
Wanita paruh baya itu mengakhiri panggilan nya sepihak.
Semoga aku gak salah lagi. Batin wanita itu.
****
Pagi ini Mayora sedang membolos di warung Mang Asep. Para anggota Mayora sedang berkumpul membahas tawuran melawan SMA Briliant.
Bukan semata mata ingin mencari sensasi, Mayora melakukan ini karena mendapatkan kabar bahwa salah satu siswi SMA Tunas Bangsa mendapatkan pelecehan dari sekumpulan siswa dari SMA Briliant.
Sekumpulan siswa SMA Briliant yang di maksud adalah The Ghoza, yakni musuh bebuyutan Mayora, oleh karena itu bukan siswa SMA Tunas Bangsa saja, melainkan dari sekolah lain pun ikut serta yang memang termasuk anggota Mayora.
'Tempur teroos sampai upin dan upin punya anak!' Begitulah slogan konyol Mayora.
Semua kebutuhan yang di perlukan pun sudah cukup. Mereka segera menaiki motornya masing masing.
Deruman bising knalpot terdengar risih di telinga masyarakat yang sedang berlalu lalang. Namun, Mayora tidak memperdulikan nya.
Sesampainya di gerbang SMA Briliant mereka segera turun dari motornya masing masing, "Keluar lo Sandi bajingan!" Teriak Nathan sangar.
Karena The Ghoza tak kunjung keluar, akhirnya Mayora menggoyang goyangkan pagar besi yang menjulang tinggi. Sebagian juga ada yang melempar batu batu kecil.
Tak hentinya umpatan kasar keluar dari mulut mereka, karena The Ghoza tak memperlihatkan batang hidungnya.
Akhirnya yang di tunggu tunggu oleh Mayora pun datang.
"Ck! Gue kira lo bakal diam terus di dalam kandang." Ucap Nathan.
"Gue bukan pengecut." Tegas Sandi.
Nathan terkekeh. Ia mendekat kan wajahnya pada wajah Sandi, "Masa? Kalau bukan pengecut apa dong, yang melakukan pelecehan pada seorang siswi, dan yang lebih parahnya main nya keroyokan. Banci!" Ucap Nathan tepat di di depan wajah Sandi.
Sandi yang terbawa emosi pun segera menonjok Nathan terlebih dahulu yang berakibat sobeknya pada ujung bibir Nathan.
Nathan memegang ujung bibirnya yang sobek. Terlihat darah menempel pada jarinya, yang berarti ujung bibirnya itu mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
óleyst saga
Teen Fiction"Ck, simpel. Gue gak mau masa depan gue dimiliki sama orang lain." Sheren mengernyit bingung, "Maksudnya?" Nathan melirik ke arah Sheren, ia membenarkan duduknya agar lebih nyaman, ia menatap Sheren lekat seraya tersenyum manis. Memancarkan ketulu...