Bonus foto Nathan di multimedia nihh
Jangan lupa tekan ⭐
Warning typo bertebaran
Kalau ada typo tolong tandai ya guys#enjoy to read my story.
Malam ini seperti bisa Mayora sedang berkumpul di Warmasep. Tampak raut wajah serius di setiap wajah mereka masing masing.
"Untuk lo David bawa mobil lo takut nanti ada yang tumbang kita langsung bawa ke rumah sakit pake mobil lo." suruh Nathan.
"Dan untuk kalian semua simpan pisau lipat di saku kalian, siapa tau mereka bawa senjata dan berbuat licik pada kita." tegas Nathan lagi sang ketua.
"Oke sebelum memulai peperangan, mari kita berdoa menurut kepercayaan masing masing. Berdoa dipersilahkan." Walau akan melakukan tawuran pun mereka semua tidak lupa dengannya yang namanya doa.
Selepas berdoa mereka semua segera menaiki motor mereka masing masing. Dengan jaket kebanggaan Mayora yang melekat pada tubuhnya, mereka mengendarai motor dengan begitu kencang. Bendera berlogo Mayora pun mereka kibarkan di udara.
Dengan mengendarai motor cb 100 glatik tahun 75 pemberian sang Ayah, Nathan dengan sengaja menggerung motornya saat lampu merah. Motor cb 100 glatik ini adalah motor kesayangan ayah Nathan pada masanya menjabat sebagai ketua geng motor pada tahun 90'an.
Mayora sudah sampai di depan markas The Ghoza. Di dalam markas The Ghoza tidak hanya anggota the Ghoza saja, melainkan anggota the fheon's yang sudah di bubarkan dan bersatu dengan the Ghoza pun ada di markas ini.
"Keluar lo bangsat!" teriak Nathan tegas, kesabarannya habis.
Dengan santainya The Ghoza keluar dari markasnya. Sandi tersenyum penuh arti pada Nathan. "Ada apa ini?"
"Halah gak usah sok gatau deh, apa maksud lo ngehajar salah satu siswa sekolah gue sampe dia koma, bangsat." Nathan menatap Sandi tajam, dadanya naik turun begitu cepat. Nathan sangat marah ketika mendengar bahwa salah satu siswa adik kelasnya koma karena di keroyok oleh The Ghoza.
Alfa, pria yang sedang berbaring di rumah sakit tak berdaya akibat di keroyok oleh The Ghoza. Alfa ini adalah gebetannya Alexa yaitu adik kandung Nathan.
Sandi terkekeh, "Salah dia gak ngasih kita duit." ucap Sandi santai.
"Lo miskin? Butuh duit? Berapa?" tanya Nathan memburu.
Sandi mendekat ke arah Nathan, lalu menunjuk Nathan dengan jarinya. "Jaga ucapan lo. Asal lo tau gue gak miskin."
Nathan menepis jari Sandi yang menunjuknya, "Gak usah tunjuk tunjuk."
Sandi menjauh dari Nathan, "Lo liat, liat sekeliling gue, gue punya segalanya." ucap Sandi seraya merentangkan tangannya.
"Bacot." Nathan segera memukul Sandi. Sandi yang tersungkur pun hanya terkekeh dengan ujung bibirnya yang sudah berdarah karena sobek.
"Serang!" pekik Sandi.
Bugh...
Nathan menonjok Sandi lagi.
Bugh...
Cairan kental berwarna merah dengan bau amis khasnya itu keluar dari pelipis Nathan akibat pukulan Sandi.
Saat sedang sedang fokus menonjok Sandi, matannya tak sengaja menangkap sepasang remaja yang melewatinya. Sheren dan Raka, mereka sedang berboncengan di atas motor. Dan jangan lupakan Sheren dan Raka yang tertawa bahagia.
Mata Nathan menajam, kedua tangannya mengepal erat, tidak lama ia berteriak dengan mata merah serta nafasnya yang memburu. "Aaarrggghhg!"
Ia kembali memukul Sandi bertubi-tubi, marahnya ia salurkan pada memukul Sandi.
Sandi tergeletak lemas di aspal, Nathan menatap Sandi tajam, tangannya masih ia kepalkan. Sampai--
KAMU SEDANG MEMBACA
óleyst saga
Teen Fiction"Ck, simpel. Gue gak mau masa depan gue dimiliki sama orang lain." Sheren mengernyit bingung, "Maksudnya?" Nathan melirik ke arah Sheren, ia membenarkan duduknya agar lebih nyaman, ia menatap Sheren lekat seraya tersenyum manis. Memancarkan ketulu...