Aku tak bisa menceritakan pada siapapun, bahwa sebenarnya hadirmu membuat detak jantungku lebih cepat. Kurasa aku berpuisi sekarang.
_
Nts:
Jangan lupa tinggalkan vote dan comment ya!
Jazakallahu khairan kawan!
_
_
_
"Itu pengaruh obat dan ilusinya mulai menjadi dimatanya. Itu semua memiliki pemicunya, terkadang memang ada kasus yang seperti ini" Dokter Rahmat mulai mengutarkan pendapatnya setelah Kak Patrick menceritakan semua kejadian tentang semalam.
Aorora hanya menahan tawa renyahnya. Ingin dia berontak, mengapa semua orang tidak ada yang percaya tentang apa yang ia lihat? Mengapa semua orang mengatakan bahwa itu hanya ilusi? Lalu yang kulihat semalam itu hantu?! Iyah?!Aorora tidak gila! Makinya dalam hati.
"Itu bukan ilusi Dok. Aorora benar-benar melihatnya!"
"Kamu melihatnya seolah-olah nyata kan? Itu karena ada trauma dalam dirimu yang membuat mu ingin kembali mengulangi kenangan itu. Coba pikir kembali Ra'. Sebelum kejadian semalam, apa ada yang menyinggung soal orang tua mu?"
Aorora terdiam. Tak ingin membantah lagi ketika pikirannya tertuju pada Farhan. Apa boleh dia percaya sekarang? Lantas siapa yang harus ku percaya sekarang?!
👟👟👟
Siang ini, setelah makan siang anak-anak kumpul diruang tengah. Kertas-kertas gambar berhamburan dilantai dengan anak-anak yang sibuk dengan gambar masing-masing.
"Zweitson, kamu suka beruang?" Tanya Aorora pada Zweitson yang sedang menggambar boneka beruangnya. Zweitson hanya mengangguk, terlalu serius dengan kertas yang sedang ditekuninya sekarang.
Mata Aorora lalu beralih pada Shandy yang sedari tadi terfokus pada kertas yang dijepit di atas papan komputer miliknya. Alisnya bersambung layaknya orang yang sedang memecahkan misteri yang paling rumit didunia.
"Gambar apaan sih Bang?" Tanya Aorora yang hendak beranjak kesamping Shandy, tapi Shandy menaikkan satu tangannya, melarang Aorora untuk mendekat.
"Ini kejutan, tunggu sebentar. Tidak lama lagi selesai" Katanya "Nah lihat lah hasil karya tangan Bang Shandy. Ha ha ha" Pamernya setelah dua menit berlalu.
Shandy berdiri di sofa dengan gambarnya didepan dada layaknya seoarang amatir yang tengah menampilkan karya emasnya diatas panggung. Anak-anak menyeritkan keningnya.
"Itu apaan Bang?" Tanya Fiki menaikkan sebelah alisnya.
"Peliharaan Bang Shandy"
"Cacing pita?" Tebak Aorora.
"Enak aja, ini naga tauu " Protes Shandy.
Anak-anak geleng kepala ditempatnya. Ingin saja mereka membeludakkan tawanya, tapi mengingat Shandy yang songongnya lagi mode on terpaksa mereka menahannya.
Seseorang memberi salam dari luar, Riki yang baru saja pulang dari supermarket untuk membeli es krim yang sudah habis di kulkas. Pikiran Aorora kembali pada kejadian tadi pagi. Benar, kenapa Riki percaya?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Tidur | UN1TY [Selesai ✔]
RomancePenulis: Assa'adatul Kamilah Tentangnya yang mengajarkan kami arti Pangeran Tidur yang sesungguhnya. [Sudah Di Revisi]