x

874 55 0
                                    

Cerita kita dimulai di tengah-tengah sebuah taman.

Taman di mana Yoongi tumbuh bersamanya, dipenuhi anak-anak kecil menyebalkan yang pernah menggertaknya dan mendorongnya dari set ayunan.

Yoongi tidak pernah menangis, dia akan memasang wajah berani serta menatap bocah yang mendorongnya untuk waktu yang lama, dan kemudian dia melempar sebuah pukulan. Menggetok si berengsek kecil itu dan membalik punggungnya pada bocah yang menangis keras.

Dia akan mendapat masalah untuk itu, oh dia sudah. Dia dapat mengingat dengan sebuah senyuman lembut bagaimana ibunya akan melempar satu tamparan keras di kepalanya dan memarahinya karena memukul bocah itu, selanjutnya beliau akan memasakkan makan malam favoritnya dan menyelipkan dirinya ke dalam tempat tidur.

Beliau tidak akan mengatakan apapun, tapi Yoongi tahu bahwa ibunya, walaupun begitu, senang sebab putranya membela dirinya sendiri dari anak-anak nakal. Bahkan jika itu berarti merintangi banyak korban.

Jadi, Yoongi tengah berada di taman tersebut pada hari cerita ini dimulai. Itu sekitar pukul sembilan atau mungkin pukul sepuluh, matahari sudah terbenam dan dia telah berlari pada ayunan itu lagi karena ayahnya melempar barang-barang mereka ke sekeliling rumah, memanggil nama ibunya hingga dia dilarang mengulang.

Yoongi sudah sakit dan lelah pada semua teriakan, dia ingin melakukan sesuatu untuk itu. Kapanpun ayahnya akan membuat sebuah episode seperti ini, sungguh dia akan kabur serta bersembunyi.

Hanya pikiran menghadapi ayahnya serta berseru padanya agar mendiamkan Yoongi kecil, jadi sebagai gantinya, ia memilih untuk berlari kabur ke taman di mana dia aman dan pada waktu sore ini anak-anak tidak datang untuk tinggal di sekitar dan bermain.

Kecuali hari ini, berbeda dari yang terlihat. Takdir sudah menentukan untuk menulis dalam buku kecil mereka bahwa Yoongi tidak akan mendapat kedamaian yang ia inginkan. Sebagai gantinya dia akan menambah satu teman, sekalipun seorang teman yang menyebalkan dan licik, namun tetap seorang teman pada akhirnya.

"Hei yang di sana! Namaku Kim Taehyung dan aku mendeklarasikan kamu teman terbaikku!"

Yoongi sangat tersentak dan terkejut dia membiarkan bocah yang lebih pendek dengan surai karamel berantakan menandainya bersama satu tinta hitam. Hanya sebuah titik hitam kecil yang kontras terhadap kulit pucatnya.

Laki-laki itu, yang Yoongi tidak pernah lihat sebelumnya, membuat satu suara pop dengan keras sebelum mencium Yoongi di pipi dan tersenyum kotak yang lebar.

Bagi Yoongi, pemuda kecil itu menyerupai seorang peri.

"Ew!" Yoongi berseru, "Itu menjijikkan! Kenapa kau menciumku?!"

Si bocah dengan rambut berantakan, sebagai yang sudah Yoongi juluki, berkerut dan mengerucut.

"Kamu teman terbaikku dan ibuku bilang itu adalah apa yang dilakukan teman dengan teman yang lain."

Tetapi, Yoongi tidak mengindahkan itu dan memutar matanya, mendorong bocah pendek tersebut dari dirinya di mana dia tidak akan dicium.

"Well, berhenti melakukannya. Aku bukan temanmu, dan itu bukanlah apa yang teman lakukan."

Dengan berakhirnya kalimat itu, si rambut berantakan mulai menangis, dan Yoongi berpikir itu indah.

Yoongi belum pernah melihat seseorang menangis dengan cantik sebelumnya, dua tetes yang sempurna dari air mata yang bersinar jatuh perlahan melalui wajah merah muda pemuda kecil itu.

Hal itu membuat Yoongi merasa buruk, ia tidak menyukainya. Dia tidak seharusnya merasa buruk terhadap membuat seseorang menangis.

"Mungkin kau bisa menjadi pengecualian." Dia bergumam tenang, berbalik pada sebelahnya dan menendang dedaunan serta mengotori lantai taman bermain dengan memalukan. Berubah seluruhnya menjadi malu dan merah muda selagi dia menyilangkan lengannya pada wajah dari si pemuda pendek.

Si bocah bersurai berantakan, atau Taehyung, yang seingat Yoongi adalah namanya, tersenyum lagi, "Oke! Aku baru di sini dan ibuku berkata bahwa aku perlu teman untuk tidak terus mengurung di dalam rumah setiap hari."

Yoongi menatap pada si pemuda pendek, merapikan celana sobeknya dan kaos biru bernoda miliknya. "Berapa umurmu, Tae..."

"Tae 'hyung'. Dan aku delapan tahun!" Dia memasang lima jari dari tangan kiri dan tiga di kanan, tersenyum bangga pada Yoongi.

Yoongi mengangguk, "Maka aku adalah Hyung-mu. Jadi, mulai panggil aku Yoongi Hyung."

Taehyung menganggukkan kepalanya dengan bergairah dan melompat naik, "Ibu bilang untuk tidak keluar terlalu lama sebab ayah akan marah. Jadi, sampai jumpa, Yoongi Hyung."

Sebelum Yoongi mampu sekedar berkedip, anak laki-laki tersebut sudah berlari, berubah menjadi satu bintik rona yang berterbangan dari tempat Yoongi berada.

Dia berbalik dan mulai melangkahi jalan ke rumahnya, dan bahkan tanpa menyadari senyuman gummy pada bibirnya. Dia bahkan tidak mendengar bentakan ayahnya atau permohonan dari ibunya.

єχρℓσѕισηTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang