e

248 20 0
                                    

Yoongi membiarkan abu jatuh ke tanah selagi dia menambah kecepatan di jalanan sepi. Pohon-pohon perlahan menumbuhkan tunas dan dedaunan mereka tumbuh lagi, datang kembali pada kehidupan setelah musim dingin yang menusuk.

Taehyung menyetem stasiun berbeda di radio dan kemudian mematikannya, menyerah untuk menemukan musik yang bagus.

Yoongi tersenyum dan menatap pada profil sosok di sampingnya dan matanya menjelajahi kekasihnya. Bulan mengikuti mereka, menyinari jalan mereka dengan lampu kekuningan.

Yoongi memberikan ponselnya pada Taehyung, yang lebih muda menaikkan sebuah alis dalam pertanyaan. "Sambung itu dan rileks, Tae." Dia berkata dengan sebuah seringai remeh.

Taehyung terkekeh ringan dan tersenyum ketika dia mengenali ketukan ribuan kord dari biola dan piano kesepian yang bermain di garis besarnya.

Taehyung mengambil tegukan besar lain dari birnya, minuman pahit yang membuatnya agak tersedak. Yoongi menggulung majal lain untuk dirinya sendiri, memberikan itu pada Taehyung agar menyulutnya untuk dirinya.

"Pernahkah kau berniat berhenti merokok?" tanyanya, menggulungkan itu seperti yang Yoongi pernah ajarkan.

"Pernahkah kau berniat berhenti minum?" Yoongi balas menembak dengan gigitan tidak nyata, personalitasnya lebih santai dan tanpa perasaan dengan obat-obatan yang menyapunya keluar dari kakinya dan membuatnya melihat bintang-bintang.

Taehyung mendesah dan mengambil tegukan yang lain; dia seharusnya sudah melihat yang satu itu datang. Yoongi bisa memberitahu bahwa respon itu mengganggu Taehyung, dan dia bingung mengapa yang lebih muda tiba-tiba peduli dengan dirinya yang merokok.

Dia sudah melakukan itu sejak dia enam belas, membunuh badannya perlahan agar dia bisa hidup, tapi juga mati lebih cepat.

Yoongi dilahirkan untuk menjadi seperti ini. Menjalani kehidupannya dalam jalannya sendiri, bahkan jika yang pokok merupakan sebuah tragedi.

Yoongi tidak tahu kemana tujuan mereka berdua, semua yang dia tahu adalah bahwa dia ingin menjauh dari Daegu.

Berpura-pura bahwa pria tuanya sudah mati dan ibunya hidup dengan bahagia jauh dari seseorang yang peduli untuk beliau.

Bahwa Taehyung tidak pernah sungguh-sungguh mendapat pukulan dan sebagai gantinya dia hanya bermain terlampau kasar dengan pemuda-pemuda di sekolah.

Hanya membangun dirinya sendiri ilusi-ilusi ini yang diciptakan oleh kabut yang datang bersama ketinggian dari obat-obatan. Dunia lebih cerah, penuh dengan warna-warna yang pigmen dan menaburkan kebahagiaan artifisial untuk orang-orang penyerap diri sendiri. Milik Yoongi dengan ramai tengah dalam jalan miliknya sendiri.

Barangkali ini adalah kemana takdir yang ditulis di dalam bukunya, membuat turning point dalam ceritanya. Mereka melihat di mana ini telah membangun kehidupan palsu dan berpura-pura menjadi bahagia akan mengambil Yoongi, maka mereka membuat itu terjadi.

Membuat bintangnya meledak dan menciptakan sebuah lubang hitam. Salah satu yang menelan semua hal, meninggalkan Yoongi di belakang.

єχρℓσѕισηTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang