s

470 25 0
                                    

Cerita kami berakhir di sini.

Dengan Yoongi merokok gulma, setelah tembakau, setelah sigaret. Dan sekali dalam beberapa saat memanjakan dalam rasa menjijikkan dari bir. Segalanya demi Taehyung.

Punggungnya mendarat pada batu nisan yang mengukir nama Taehyung, bunga-bunga terkulai yang pernah mekar dalam kehidupan sekarang jatuh tersendiri pada sentuhan membakar milik Yoongi saat dia meniup lagi dan lagi dari asap beracunnya.

Kali ini tidak ada rasa manis dan nada lembut dari biola yang bermain dalam telinganya. Itu merupakan permainan piano yang dalam dan menyedihkan yang sekarang telah mengambil sorotan pada biola dan menangis dalam penderitaan dan menyanyikan lagu untuk Yoongi.

Yoongi menagis lebih keras, tidak ada suara yang meninggalkannya, hanya seorang laki-laki muda yang sudah membunuh dirinya sendiri dan mereka yang dia cintai.

Kecuali, ketika semua orang terbungkus dalam sebuah peti mati di dalam tanah, mati dan berakar. Yoongi masih berjalan, jantungnya masih berdetak, dan pikirannya masih di dalam sebuah kabut dari pernapasan.

Yoongi hidup, namun tidak dengan cara metafora. Di dalam Yoongi mati, dan siapapun dapat melihat itu dalam kehadirannya.

Dia mengingat pernah membaca bahwa semua yang kamu lihat akan mati. Semua yang kamu sentuh, yang kamu cintai, yang kamu dengar, dan semua itu akan mati suatu hari. Ditinggalkan untuk melupakan, sebuah memori yang tidak lama ada.

Untuk Yoongi, segala yang dia sentuh terbakar, dan dia mengabaikan tangisan-tangisan itu. Membuat apinya lebih kuat, berkata bahwa itu akan membuat mereka merasa hidup.

Rembulan jatuh atau bangkit, Yoongi tidak bisa membedakannya. Dunia hanya terus berputar dalam lingkaran selagi dia menangisi Taehyung, memanggil untuk kekasihnya yang mati.

Rokoknya terbakar dan Yoongi membuat satu yang lain, membawanya pada bibirnya dengan tangan yang bergetar dan mengambil tarikan napas cepat dari udara.

Yoongi dilukiskan dengan warna abu-abu, satu-satunya hal yang menjaganya hidup adalah gulma di dalam sakunya yang dia hisap setiap hari. Dan mimpinya dipenuhi bintang-bintang yang meledak dan menjadi sebuah bola kosong tidak berarti.

Rokok itu jatuh dari pegangan longgar Yoongi, dan dia menutup matanya. Badannya masih berbaring di atas makam Taehyung.

Dia tidak yakin jika api di dalam matanya adalah apa yang dia ciptakan membunuh, jika itu adalah hantu dari sebuah bintang yang meledak, atau jika itu adalah suatu yang terus tumbuh setiap hari yang tidak meniup.

Bagaimanapun,

Yoongi melihat bintang-bintang.

Bintang yang terbakar dan meledak. Yang mati seperti semua yang dia lihat dan sentuh.

Dan hanya satu yang hidup.

(END)

(I'm sorry.)

єχρℓσѕισηTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang