Prolog

101 23 19
                                    

Malam yang sangat sunyi. Hanya ada suara jangkrik yang mengisi. Ditemani oleh sinar rembulan yang terpancar. Dan ribuan bintang yang bertaburan.

Gadis itu meletakkan cermin yang sudah lama ia simpan di dalam lemari ke samping laci kamarnya. Dia menghela napas, lalu berdiri di depan cermin. Tiba-tiba, kepalanya terasa sangat pusing. Perutnya mual, dan pandangannya mulai buram. Sepertinya, ia akan kembali terseret ke dimensi lain.

Gadis itu memejamkan mata sambil memegangi kepalanya. Alangkah terkejutnya gadis itu ketika membuka mata. Tiba-tiba saja, dia berada di sekolah. Berada di ruang kelas X IPA 2.

Suasana kelasnya sangat ramai karena memang sedang tidak ada guru. Gadis itu sangat bingung, kenapa ia tiba-tiba berada disini? Kasus apa lagi yang akan ia lihat dan pecahkan?

Belum usai rasa terkejutnya, gadis itu melihat seorang gadis cantik dan laki-laki tampan. Gadis itu sangat mirip dengannya. Ya, itu memang dirinya. Zialetta Bianca Aurellie.

Zia bagaikan melihat adegan film secara langsung. Dengan dirinya yang menjadi salah satu tokoh dalam film tersebut.

Zia melihat bayangan dirinya yang merengek minta diantar pulang oleh laki-laki tampan di sebelahnya. Tidak salah lagi, laki-laki itu adalah Kevin. Nathaniel Kevin Alvaro. Kekasih hatinya yang sudah dua tahun meninggal. Meninggal entah karena apa. Sebab, mayat laki-laki itu ditemukan di halaman belakang rumahnya sendiri. Dengan keadaan yang sangat mengenaskan.

Saat itu Zia sangat merasa terpuruk karena kematian Kevin. Kondisi mayat kevin saat itu sangat tidak manusiawi. Tubuhnya dipenuhi luka. Baik luka lebam, maupun luka sayatan. Bibir laki-laki tampan itu robek, dan lehernya putus.

Setelah lama ia mencari tahu, mungkin saat ini adalah saat-saat yang tepat untuk mengetahui secara langsung penyebab kematian kekasih yang paling ia cintai.

Setelah sosok Zia di masa lalu sampai rumah dan melambaikan tangannya, laki-laki itu menghidupkan mesin motornya, lalu melesat pergi dengan kecepatan di atas rata-rata.

Saat sosok Kevin di masa lalu melewati jalanan yang sepi, seorang laki-laki bertopeng menghadangnya lalu menyerang Kevin dengan brutal bersama dua orang temannya.

Kevin yang saat itu kondisinya hanya sendirian, tentu kalah karena tiga orang itu memiliki badan yang kekar. Setelah Kevin pingsan, Kevin diseret menuju mobil, lalu dibawa menuju tempat yang sudah diinstruksikan oleh bos tiga orang itu.

Bos mereka juga memakai topeng yang sama. Topeng dengan lambang garuda di pojok topeng tersebut. Sepertinya, itu adalah lambang dari persatuan mereka.

Zia masih tidak percaya dengan kejadian di depannya. Ia tidak menyangka jika Kevin harus meninggal dengan cara seperti ini.

Kevin di seret menuju ruang rahasia serba hitam. Hanya ada satu lampu, yang menerangi ruangan dengan luas setara dengan satu rumah.

Laki-laki bertopeng itu menyuruh anak buahnya meninggalkan ruangan. Kini, hanya tersisa dirinya, Kevin, dan benda-benda tajam yang meronta ingin segera digunakan.

Laki-laki bertopeng itu tertawa jahat. Zia merasa kalau laki-laki itu sudah gila karena sempat-sempatnya tertawa di keadaan seperti ini.

Perlahan, Kevin mulai membuka mata. Ia melihat laki-laki bertopeng dengan aura hitam di depannya. Sejujurnya, ia ingin berontak dan menghajar laki-laki itu. Tapi apa daya, tubuhnya sudah diikat dengan rantai yang sukar dilepaskan.

Karena mulut kevin tidak ditutup, ia berteriak meminta tolong sambil memberikan sumpah serapah pada laki-laki didepannya.

Laki-laki bertopeng tampak sangat terganggu karena teriakan Kevin. Dengan gerakan cepat, ia mengambil pisau lalu merobek bibir Kevin dengan benda tajam tersebut.

Kevin meringis menahan sakit. Darah mulai bercucuran. Sekarang, jangankan teriak, bernapas pun rasanya sangat susah karena rasa sakit yang ia rasa.

"Ini baru percobaan bro," ucap laki-laki bertopeng itu dengan santai.

Zia seperti pernah mendengar suara laki-laki itu. Suaranya sangat familiar di telinganya. Tapi, dia siapa?

Tanpa basa-basi, laki-laki itu mulai menyat-nyayat tubuh Kevin dengan brutal. Darah yabg mengalir semakin banyak. Rasa sakit yang Kevin rasakan pun semakin terasa berkali-kali lipat. Tapi kemudian, rasa sakit itu menghilang. Disusul dengan nyawa Kevin yang berpisah dari raganya.

Zia tidak bisa menyaksikan kejadian di depannya. Hatinya sangat-sangat sakit. Bagaimana tidak? Bayangkan saja seorang yang sangat kau cintai harus berakhir dengan cara yang sangat keji seperti itu.

Perlahan, laki-laki bertopeng itu membuka topengnya. Perlahan tapi pasti, topeng itu terbuka. Menampilkan wajah laki-laki tampan yang sangat Zia kenali.

***

Pendek ya? Sans masih prolog kok wkwk
Jangan lupa tinggalin jejak yaaa:)

CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang