"Lo ngapain kesini?"
Sial, ini kan kamar Zidan.
"Eum ... Anu ... It—itu," jawab Zia gugup.
Ketiga laki-laki tampan itu memandang Zia dengan tatapan menyelidik. Apalagi tatapan tajam Elfan yang membuat Zia semakin terintimidasi.
"It—itu ... gu—gue." Zia masih belum menemukan jawaban yang pas. Gadis itu berkeringat dingin karena tak mampu menjawab pertanyaan mereka.
"Heh! Lo napa jadi gagap gitu? Lo habis minum baygon makanya lo jadi gagap?" tanya Saga ngawur.
"Ih enggak. Gue anu ... It—"
"Diganggu Silbi?" tanya Elfan tepat sasaran.
"Kok lo tau?" Pertanyaan bodoh. Sudah tahu Elfan indigo, masih saja bertanya.
"Etdah El, Silbi siapa? Di rumah ini nggak ada yang namanya Silbi," ujar Saga.
"Tau dah lo, ngawur aja jadi orang." Zidan turut menimpali Saga. Agaknya, dua cowok itu tidak mempercayai kata-kata Elfan.
"Tanya aja kalo nggak percaya," ketus Elfan pada kedua sahabatnya.
"Zi? Lo sebenernya kenapa?" tanya Zidan lembut.
"Gu—gue haus. Terus nyasar ke sini hehe," jawab Zia tak masuk akal.
"Heh kang halu! Lo amnesia apa gimana? Lo tadi bantuin Tante Mira masak di dapur. Masa lo tiba-tiba lupa. Gak masuk akal banget deh." Tuduhan Saga membuat Zia semakin cemas dan takut.
"Ngaku apa susahnya si," cibir Elfan.
"I—iya gue ngaku. Gue bakal jelasin. Tapi nggak sekarang. Intinya cuma satu, bener kata Elfan. Gue diganggu Silbi," jelas Zia lalu segera kabur meninggalkan kamar Zidan.
***
"Kebakaran! Kebakaran!"
Zia terlonjak kaget dan otomatis bangun dari tidurnya. Gadis itu segera berdiri dan bersiap untuk berlari, sampa akhirnya,
"Bwahahaha. Wajah lo konyol banget kalo lagi kaget." Kerjaan siapa lagi kalau bukan Saga. Sepertinya, tingkat keusilan cowok itu sudah berada di level paling tinggi.
"Lo tuh nyebelin banget sih! Bisa gak si, kalo bangunin orang tu yang halus. Pagi-pagi udah ngajak baku hantam aja." Zia ngomel tanpa henti. Pasalnya, mood Zia pagi-pagi seperti ini harus rusak karena pengacau seperti Elfan.
"Cewek bar-bar kayak lo, nggak pantes dihalusin. Emang lo siapa? Tuan putri?" Saga terus memancing amarah Zia.
Zia yang amarahnya sudah tak bisa dibendung lagi, akhirnya menarik rambut Saga dengan sekuat tenaga. Karena tenaga Zia cukup kuat, Saga sampai berteriak untuk meminta tolong.
"Berhenti woy! Sakit ini." Saga mulai merasakan pening di kepalanya.
"Nggak! Ini hukuman buat lo," tegas Zia sambil memperkuat tarikannya di rambut Saga.
"Ampun Zi! Woy Zidan! Elfan! Tolongin gue woy! Ini ada gorila ngamuk!" Perkataan Saga membuat emosi Zia semakin tersulut. Tanpa berperasaan, gadis itu semakin memperkuat tarikannya.
Elfan dan Zidan yang mendengar keributan, akhirnya datang menemui mereka. Alih-alih menyelamatkan sahabatnya, mereka justru mengompori Zia agar semakin memperkuat tarikannya.
"Terus Zi! Tarik aja yang kuat! Jangan kasih kendor!" Zidan semakin mendukung aksi Zia. Hal itu membuat Saga mengucapkan sumpah serapahnya pada Zidan. Bagaimanapun caranya, Saga harus balas dendam pada mereka.
"Eh ini ada apa ribut-ribut?" Mira datang dan menghentikan aksi tersebut.
"Ini nih Tan! Ada gorila ngamuk!" sindir Saga sambil melirik Zia sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin
Teen FictionZia menemukan sebuah cermin tua saat gadis itu tersesat di hutan. Aneh, saat ia sedang bercermin, tubuhnya bagai terseret ke dimensi lain. Dari cermin itu ia bisa menatap masa depan, atau malah terseret ke masa lampau. Dan sepertinya, cermin ini bis...