12. Terjadi

10 1 0
                                    

Matahari pagi ini semakin bersinar terik. Sinarnya yang panas membuat keringat di wajah Zia semakin bercucuran.

"Aduhhh panas banget sih," gerutu salah satu kakak kelas Zia yang juga dihukum karena terlambat.

"Ngeluh mulu gak mungkin bikin hukuman cepet selesai." Mulut Saga memang susah dikontrol. Dia tidak akan pandang usia ketika nyinyir.

Kakak kelas dengan make up tebal itu hanya menatap Saga sebal sambil menggerutu dalam hati. Entah kenapa melihat tatapan menyebalkan Saga, membuat kakak kelas itu bungkam seketika.

"Loh, Zia, Saga, kalian dihukum?" tanya Zidan yang kebetulan lewat bersama Elfan.

"Kagak! Gue lagi boker berjamaah!" sambar Saga.

"Idih! Ogah banget boker bareng ama lo!" cibir Zia sambil menatap Saga tajam.

"Heh Maemunah! Siapa juga yang mau boker ama lo?!" Lagi-lagi, perdebatan tak bisa dihindari oleh keduanya. Bahkan untuk hal kecil seperti ini saja, mereka akan adu mulut sampai jangka waktu yang tak bisa ditentukan.

"Lo tuh em—"

"Berisik!" Elfan memotong ucapan Zia dengan nada tajamnya.

Keduanya langsung bungkam seketika. Atmosfer di antara mereka langsung terasa berbeda.

"Udah-udah ayo buruan ketemu Pak Indra, ntar keburu diomelin lagi," ujar Zidan lalu segera menarik paksa tangan Elfan.

***

Bel istirahat berbunyi. Hal itu membuat Zia dan Saga lega karena hukumannya pagi ini telah usai. Keduanya berjalan beriringan menuju kantin karena tenggorokannya terasa kering.

Sial. Lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak pada keduanya. Suasana kantin sangat ramai dan pasti akan memakan waktu yang sangat lama untuk membeli sebuah minuman.

"Ini kantin apa konsernya Ariana Grande, rame banget dah," gerutu Saga.

"Iya kan gue Arina Grandenya," ucap Zia mulai ngelantur.

"Dasar halu! Sejak kapan Ariana Grande punya muka butek kek lo!" sembur Saga.

"Sekate-kate lo ya! Mulut lo tuh emang kagak ada ahlaknya ye! Nyi—" Belum selesai Zia melanjutkan omelannya pada Saga, ada sebuah minuman botol dingin yang sengaja ditempelkan seseorang di pipinya.

"Bisa gak adu bacotnya ditunda bentar? Gue tau kalian lagi haus. Nih gue bawain minuman." Zidan melempar satu botol lainnya pada Saga. Dengan sigap, Saga segera menerima botol itu sambil tersenyum. Sepasang kawah kecil di pipinya langsung mencuat dan hal itu membuat siapapun yang melihat akan berdecak kagum.

"Cha!" Ara, Lio, Lia, dan Ibnu datang menghampiri Zia.

"Kenapa?" tanya Zia pada teman-temannya.

"Buruan ke kelas. Catetan banyak banget noh di papan tulis. Kata Bu Nurul, abis ini ulangan, dan kalo catetan lo gak lengkap gak bakal bisa ikut ulangan." Penjelasan Ara sontak membuat Zia melebarkan matanya. Bel masuk sebentar lagi. Mana mungkin Zia sempat mencatat catatan yang katanya banyak itu.

"Ya udah gue ke kelas sekarang!" pamit Zia sambil berlalu tergesa-gesa meninggalkan kantin.

***

Kring!!! Kring!!!

Bel pulang sekolah berbunyi. Hal itu membuat semua murid Pelita Harapan menghembuskan napas lega. Tak terkecuali Zia yang jarinya sudah keriting gara-gara mencatat begitu banyak catatan. Belum lagi dia harus mengikuti ulangan yang membuat otak kentangnya menangis.

"Akhirnya ...," gumam Zia lega.

"Zi, buruan deh lo ngelaksanain hukuman lo. Biar cepet selesai terus kita bisa cepet ke rumah gue," ujar Ara sambil membereskan barang-barangnya yang berserakan.

CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang