9. Sial

18 2 0
                                    

Zia menatap malas tiga orang di depannya. Bagaimana bisa mereka bertiga bersahabat? Sungguh Zia tidak pernah menyangka sebelumnya.

Ya, teman-teman Zidan adalah Saga dan Elfan. Ternyata, mereka telah bersahabat sejak lama. Sontak Zia teringat pada perkataan Mira yang mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak yang baik.

"Baik apanya? Yang ada gue gedeg ketemu mereka berdua." Gerutu Zia dalam hati.

"Heh! Kang halu! Lo ngapain di sini?" tanya Saga sarkas.

"Emang kenapa? Masalah buat lo?" tanya Zia dengan nada sebal.

"Udah-udah, malah bertengkar. Makan tuh makanan," lerai Zidan.

Elfan hanya menatap Zia dan Saga dengan tatapan datar. Sepertinya, cowok itu pusing mendengar pertengkaran Saga dan Zia.

Makanan sudah tertata rapi di meja. Dengan secepat kilat, Saga mengambil masing-masing makanan tersebut dengan porsi yang banyak dan diletakkan di atas piringnya.

Saga mengambil makanan dengan tampang tanpa dosa. Seakan-akan ini adalah rumahnya sendiri. Sepertinya, urat malu cowok itu sudah hilang entah kemana.

"Wuihhh Tan, enak banget makanannya," ujar Saga di sela-sela makannya.

"Iya dong! Kebetulan yang kamu makan itu masakan Zia," ujar Mira sambil memandang Zia bangga.

Zia hanya tersenyum kikuk pada Mira dan menampilkan senyum terpaksanya pada Saga.

"Apa Tan? Jadi ini masakannya kang halu? Gak jadi Tan. Makanannya gak enak." Rupanya, Saga mengibarkan bendera perang pada Zia.

"Yaudah kalo gak enak gak usah makan! Ribet banget jadi orang," cibir Zia.

"Heh! Yang punya rumah aja nggak ngelarang gue makan. Napa jadi lo yang sewot?" Saga semakin menyulut amarah gadis itu.

"Udah-udah. Ribut mulu gue kawinin ntar lo berdua," ujar Zidan enteng dan mendapat hadiah pelototan tajam dari Zia dan Saga.

"Heh! mulut lo mau gue sumpel?!" ujar Saga sambil menatap Zidan tajam.

"Tau nih! La—"

"Bacot." Satu kata, tapi dapat membungkam mulut Saga, Zia, dan Zidan. Elfan menatap mereka semua malas. Dan Mira hanya tersenyum melihat kelakuan mereka.

Suasana di meja makan mendadak sunyi. Tidak ada yang berani memulai percakapan. Hanya ada suara sendok, garpu, dan piring yang saling berdenting.

Tapi tiba-tiba, Saga bersendawa dan membuat semua orang di meja makan menatapnya.

"Maaf hehe." Saga hanya nyengir tanpa dosa dan menampilkan dua kawah kecil di pipinya.

Semua orang di meja makan geleng-geleng kepala takjub karena kelakuan Saga. Bahkan Elfan yang biasanya diam, ikut geleng-geleng sambil mengerutkan dahinya.

"Yaudah kita main di kamar gue aja yuk!" ajak Zidan pada kedua sahabatnya.

Mereka bertiga pun akhirnya melenggang pergi meninggalkan meja makan.

"Tan, aku bantu beresin ya." Zia mulai mengambil piring-piring di meja dan menumpuknya menjadi satu.

"Nggak usah, biar Bi Lastri aja yang beresin. Udah malem, mending kamu tidur."

"Beneran Tan?" tanya Zia memastikan.

"Iya. Bi! Tolong beresin meja makannya ya," ujar Mira pada Bi Lastri.

Bi Lastri adalah asisten rumah tangga di rumah Zidan. Hanya saja, Mira tidak mau kalau Bi Lastri yang masak untuk malam ini. Karena bagi Mira, malam ini adalah malam spesial karena dia kedatangan tamu seperti Zia. Karena dengan datangnya Zia, bisa mengurangi rasa rindunya pada seseorang.

CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang