Zia membuka matanya perlahan. Sial, sepertinya ia terseret ke dimensi lain lagi. Gadis ini menghela napas kasar. Kali ini, kejadian apa lagi yang akan ia lihat?
Saat ini Zia berada di supermarket dekat rumah Ara. Sepertinya Ara baru pulang sekolah karena masih menggunakan seragam. Zia melihat kalau Ara sedang membeli beberapa makanan ringan. Setelah semua urusan pembayaran beres, Ara keluar dan mengendarai mobilnya.
Mobil Ara melaju dengan kecepatan normal. Tapi ketika melewati perempatan jalan, ada sebuah truk besar yang menabrak mobil Ara dari arah kanan.
Kecelakaan tak bisa dihindari. Semua warga yang melihat kejadian tersebut langsung berkumpul mengelilingi mobil Ara. Mobil Ara remuk, dan truknya terguling. Beberapa dari mereka mengeluarkan badan Ara dari mobil dan menelpon polisi.
Salah satu dari warga tersebut kemudian memegang pergelangan tangan Ara untuk mengetahui masih ada atau tidaknya denyut nadi Ara. Beruntungnya, Ara masih hidup dan segera dibawa ke rumah sakit.
Pusing. Lagi-lagi Zia merasakan pusing yang teramat sangat. Zia memejamkan matanya untuk menetralisir rasa sakit tersebut. Tapi sebelum matanya benar-benar tertutup sempurna, lagi-lagi Zia melihat Silbi dengan seringai menyeramkannya.
Zia tersadar lalu membuka matanya. Gadis itu melihat sekeliling dan sadar kalau dia sudah berada di alam nyata. Pusing di kepalanya masih belum sepenuhnya hilang. Oleh karena itu, gadis itu mencoba untuk tidur dan berharap saat ia sudah bangun rasa pusing itu hilang.
***
Matahari bersinar terik. Sinarnya menembus gorden kamar Zia dan menyorot wajahnya. Terpaksa, gadis itu membuka matanya perlahan. Setelah nyawanya sudah benar-benar terkumpul, gadis itu melihat jam dinding. Sial, sudah jam setengah tujuh. Zia bisa terlambat kalau sudah begini.
Zia segera pergi ke kamar mandi sambil menggerutu. Gadis itu kesal karena tak ada seorang pun yang membangunkannya.
Tidak seperti biasanya, Zia hanya memerlukan waktu lima menit untuk mandi. Lima menit lagi untuk bersiap-siap dan sisanya untuk perjalanan.
Saat sampai di lantai bawah, Zia tidak menemukan seorang pun disana. Sepertinya Satya sudah pergi dan Bi Ijah pergi entah kemana.
Zia segera memesan ojek online agar tidak membuang waktu. Zia menunggu sampai sekitar sepuluh menit sampai abang ojeknya datang.
Sekarang waktu Zia tinggal sepuluh menit. Meski abang ojek sudah mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, tapi Zia tetap gelisah dan terus ngomel agar abang ojek lebih mempercepat motornya.
Setelah sampai di sekolahnya, Zia melihat gerbang sudah terkunci rapat. Sekarang gadis itu sudah benar-benar terlambat. Tak kehabisan akal, gadis itu pergi menuju gerbang belakang yang kebetulan tidak terkunci.
Zia membuka gerbang degan sangat hati-hati. Sesekali gadis itu melihat keadaan sekitar karena takut jika ada guru yang memergokinya.
Zia berjalan mengendap-endap menuju kelasnya. Tapi agaknya, semesta tak berpihak padanya karena gadis itu melihat Bu Wila sedang berjalan sambil mengawasi murid-muridnya. Sepertinya, Bu Wila memang sedang berjalan ke arah gerbang belakang untuk menguncinya.
Bukannya kabur, Zia malah mematung di tempat. Gadis itu tak tahu harus bersembunyi di mana. Sampai akhirnya Bu Wila semakin berjalan mendekat ke arahnya.
Nyaris saja Zia ketahuan. Untungnya, ada seseorang yang menyelamatkan gadis tersebut. Cowok itu menarik Zia dan membawanya untuk bersembunyi di balik tembok. Cowok itu juga membekap mulut Zia agar gadis itu tidak berteriak.
Karena penasaran, Zia memukul lengan cowok itu sampai akhirnya cowok itu berbalik dan membuat Zia melotot kaget.
Ya, siapa lagi kalau bukan Saga. Zia terus memukul lengan Saga agar cowok itu berhenti membekap mulut Zia. Terpaksa, Saga berhenti membekap mulut gadis bawel tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin
Teen FictionZia menemukan sebuah cermin tua saat gadis itu tersesat di hutan. Aneh, saat ia sedang bercermin, tubuhnya bagai terseret ke dimensi lain. Dari cermin itu ia bisa menatap masa depan, atau malah terseret ke masa lampau. Dan sepertinya, cermin ini bis...