Sinar matahari berkilauan diantara dedaunan, menuangkan cahaya kristal di tengah kehidupan disertai aroma alam murni yang begitu menyegarkan.
Burung-burung yang menghiasi langit pagi menemani aktivitas para manusia yang memiliki jadwal-nya tersendiri.
Dengan tekad mencari ilmu, pria manis yang sudah lengkap mengenakan seragamnya itu berjalan menuju kelas disertai wajah ramah seperti biasa.
Duduk di bangku yang belum ada penghuni-nya sama sekali lalu meletakkan satu buku di atas meja sembari menunggu teman sebangku-nya sampai.
Mata yang tidak henti-hentinya menatap pada setiap murid yang masuk, berharap kali ini Minho yang datang sembari melirik pada jam yang tersisa tiga puluh menit menuju bel berbunyi.
Kemana anak itu? Apa dia sudah mengerjakan tugas yang di berikan Kim Ssaem.
"Jisung, kau sudah mengerjakan tugas matematika?"
Menoleh kesamping saat dirasa tubuhnya ditepuk oleh seseorang lalu mendapati Felix yang sedang berdiri sembari melirik ke arah buku tulis yang sengaja ia letak 'kan diatas meja.
"Sudah," jawaban singkat dengan mata yang menatap pada sesosok pria berwajah tampan disusul hembusan nafas lega karena akhirnya yang ditunggu-tunggu telah sampai.
"Boleh aku pinjam?"
Melihat tangan Felix yang sudah bersiap untuk meraih buku-nya langsung ia tahan sembari menatap pada Minho yang baru saja mendaratkan bokongnya.
"Nanti dulu, ada yang perlu aku koreksi." Mendongak ke arah Felix yang terlihat pasrah lalu terkekeh canggung setelahnya.
"Kalau selesai, aku lihat"
Memberikan anggukan pada temannya itu lalu menatap pada Minho dan juga buku tulisnya secara bergantian.
"Apa?" Pria yang memiliki rahang tegas itu menatap pada Jisung dan juga buku tulis yang kini berada di hadapannya. Mengerlingkan bola mata saat tersadar maksud dari pria manis disebelahnya lantas mengeluarkan buku tulis dari dalam tas.
'Tak
Jisung menatap pada buku yang baru saja Minho letakan dihadapannya, membuka tiap lembar buku tersebut lalu membulatkan bola matanya terkejut.
Soal, rumus, dan juga jawaban sudah tertata rapi diatas kertas putih milih Minho. Melihat bagaimana caranya pria tersebut menjawab lalu mengalihkan atensinya pada Minho.
"Aku malas mendengar celotehanmu, jadi lebih baik kukerjakan sebelum mulutmu mengeluarkan kata-kata yang menyebalkan"
"Aku senang, akhirnya kau menjadi anak rajin" menarik kedua pipi Minho dengan gemas hingga tepisan menghentikan kegemasan-nya.
"Tidak, aku tetap orang yang malas–
Menyingkirkan buku Jisung yang berada di atas meja nya lalu meraih buku tulisnya sendiri.
–malas mendengar celotehanmu, contohnya." Lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan kedua lengan yang dijadikan alas.
Jisung mendengus lalu tersenyum setelahnya. Melihat Minho yang sudah memiliki perubahan sikap membuat dirinya merasa berhasil. Keputusan untuk mendekati pria yang katanya dingin itu tidaklah salah. Jisung yakin, masih banyak tentang Minho yang belum diketahuinya sama sekali.
"Ah iya, Felix!" Gumam Jisung begitu tersadar bahwa Felix hendak melihat pekerjaan rumahnya.
"Suruh dia mengerjakan-nya sendiri!"
Mulut yang hendak terbuka untuk memanggil Felix pun terhenti, kepala yang sedang menoleh pada teman-nya itu kini beralih pada pria yang entah sejak kapan sudah menegak 'kan tubuhnya.
Menatap pada tangan Minho yang meraih buku pr-nya lalu beralih pada wajah datar tersebut.
"Sepelit itu?"
"Bukan pelit, itu supaya dia tidak menyepelekan pr-nya" jawab Minho seakan lupa dengan dirinya yang dulu.
"Dulu kau bagaimana?"
"Kau mau aku terus seperti itu, ya?"
"Kenapa masih sandwich? Bukan-nya kemarin kau menawarkan Omelette jika aku tidak membawa kendaraan?" Protes Minho begitu melihat kotak bekal yang lagi-lagi berisi sandwich.
"Makan saja, kemarin aku pun batal mendapatkan Cheese Cake gratis karenamu!"
Mendekatkan sandwich tersebut ke arah Minho sembari mengingat hari kemarin saat dimana dirinya merelakan calon Cheese Cake-nya begitu saja.
Awalnya menolak, membiarkan teman sebangkunya itu hingga saat jam pulang sekolah tiba Minho menarik-narik lengan-nya bagaikan anak kecil yang sedang menginginkan sesuatu.
Dengan ekspresi langka yang ditunjukan oleh pria tersebut, mau tidak mau ia merelakan calon Cheese cake-nya begitu saja dan pulang bersama Minho yang katanya tidak akan membawa kendaraan lagi.
Memang benar pria tersebut menepati kata-katanya, tapi kenapa masih menagih omelette yang jelas-jelas sudah ditolaknya.
"Besok aku ingin omelette, bawakan dan aku tidak menerima alasan apapun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
28 Days [2/2] - Minsung✓
FanfictionHanya kisah seorang Han Jisung si pembaca kematian. . . . Collaboration with @m4tryoshka