"Jangan lupa kumpulkan hasil kerja kalian besok pagi di meja saya. Sekian dan hati-hati dijalan."
Semua murid serentak menyahuti ucapan sang guru, ada yang berteriak sembari mengenakan tas-nya dan ada pula yang hanya menyahuti dengan anggukan singkat.
Lain hal dengan Minho yang tidak memberikan reaksi apapun, ia hanya fokus merapikan barang-barangnya lalu beralih pada Jisung yang sudah berdiri terlebih dahulu.
Mendongakkan kepala, menatap wajah pria manis tersebut, lalu berdiri tanpa mengeluarkan sepatah katapun lantaran menunggu ucapan yang akan dilontarkan oleh si manis.
Ya, Minho paham bahwa pria dihadapannya hendak mengatakan sesuatu.
Sejak kejadian kemarin, Jisung tidak lagi diam seperti biasanya, walau masih terasa canggung tapi setidaknya pria tersebut tidak banyak diam seperti yang sudah-sudah.
"Hari ini..... Kita kerjakan dirumahmu saja"
Menatap tangan si manis yang meremat tali tasnya lalu menghela nafas lantaran Jisung yang lagi-lagi terlihat enggan menatap wajahnya ketika sedang berbicara.
Ya, walau si manis sudah tidak berdiam diri lagi, akan tetapi setiap sedang berbincang, pria tersebut selalu menunduk, menghindari kontak mata dengannya seakan-akan ada sesuatu yang begitu menakutkan.
Minho tidak paham apa yang membuat pria manis tersebut tiba-tiba mendadak seperti seorang introvert.
Dengan bicara seperlunya, bahkan enggan menatap setiap lawan bicaranya— ah tidak, hanya pada dirinya Jisung enggan bersitatap.
Membuat Minho berpikir bahwa ini semua berasal dari dirinya.
"Kalau tidak mau, maka biarkan aku yang mengerjakannya sendirian dirumah."
Menghela nafas panjang begitu mendengar ucapan Jisung, lantas membawa tangan si manis ke dalam genggamannya.
"Mau. Ayo kita kerjakan dirumahku!"
Jisung menatap pada kamar teman sebangkunya yang terlihat rapi, dengan nuansa sedikit gelap yang nampak begitu tenang membuat pikiran kamar pria sepertinya tidak mungkin rapi terbuang begitu saja.
Dituntun langsung menuju kamar tanpa melihat kehadiran orang tua pria tersebut membuat Jisung bertanya-tanya dalam hati.
Namun, akan terasa canggung jika ia menanyakan tentang keberadaan orang tua dari pria tersebut ketika mereka sedang berada di dalam kamar.
"Kuambilkan minum sebentar." Minho beranjak, hendak membuka pintu yang ternyata sudah terbuka terlebih dahulu sebelum pria tersebut menarik knop pintu nya.
"Minho, eomma pul— oh, kau kedatangan tamu?" Seorang wanita dengan pakaian rapi serta tas yang dipegangnya membuat Jisung yakin bahwa wanita tersebut adalah ibu dari Minho yang baru saja kembali dari tempat kerja. Dengan senyum serta garis hidung yang sama membuat Jisung tidak meragukan hal tersebut.
Ia berdiri, membungkuk hormat pada wanita tersebut lalu tersenyum canggung setelahnya, membuat kekehan terlontar dari wanita itu dan tersenyum dengan begitu menawannya.
"Kau teman pertama yang Minho ajak kemari."
Mendengar hal tersebut membuat hati Jisung bergemuruh. Ia senang bukan main saat mengetahui sebuah fakta bahwa dirinya adalah teman pertama yang datang ke rumah Minho.
Berjalan mendekat kearah mereka lalu kembali membungkuk hormat sembari memperkenalkan diri.
"Namaku Han Jisung, teman dekat Minho dikelas." Tersenyum cerah lalu dibalas dengan anggukkan kepala dari wanita itu.
Sikapnya berubah begitu saja, terlihat ceria dihadapan ibu dari teman sebangkunya itu dan mengabaikan tatapan malas yang sudah diperlihatkan Minho sedari tadi.
"Eomma bisa beristirahat, biar aku yang urus tamu ini." Minho mendorong tubuh sang ibu agar segera keluar dari kamar lalu memberi tatapan ke arah si manis dengan isyarat agar diam didalam saat pria tersebut hendak mengambilkan air.
Jisung menurut, ia kembali mendudukkan dirinya di tepi ranjang sembari memandangi seisi kamar. Sekarang ia tahu dari mana wajah tampan itu berasal.
Rasanya belum lima menit Minho meninggalkan dirinya didalam kamar, pintu pun kembali terbuka.
Minho yang berjalan mendekat dengan tangan kosong langsung menarik pergelangan tangannya, membuat si manis berdiri lantas menatap heran pada pria berhidung mancung tersebut.
"Kita kerjakan di luar saja."
Namun Jisung menahan diri begitu Minho menariknya secara paksa, membuat pria tersebut berbalik dan menatap Jisung dengan tatapan memohon.
"Kenapa?" Si manis penasaran, dengan tatapan yang jarang sekali Minho tujukan membuat Jisung merasa aneh.
Pria yang memiliki senyum menawan itu tidak juga menjawab pertanyaannya, yang ada malah kembali menarik diri hingga keduanya benar-benar berada didepan pintu.
'PRANG
Suara pecah belah memasuki indra pendengaran-nya. Membuat Minho mengurungkan niat untuk membuka pintu yang malah mengunci pintu tersebut lalu kembali membawa si manis untuk terduduk di tepi ranjang.
"Suara ap—
"BUKANKAH SUDAH KUBILANG KALAU TERUS SEPERTI INI LEBIH BAIK KITA BERPISAH?!"
Teriakan seorang pria dengan suara yang cukup berat membuat perkataan Jisung terhenti.
Suara yang berasal dari luar itu membuat Jisung terdiam dengan Minho yang terlihat sedang mencari sesuatu pada tasnya.
"Ingin mendengarkan sebuah lagu?" Pria tersebut mendekat, mendaratkan bokongnya disebelah si manis lalu memasangkan earphone pada kedua telinganya.
Jisung paham, Minho tidak mau ia mendengar pertengkaran yang sedang terjadi.
Salah dirinya juga yang malah menahan diri ketika Minho mengajaknya keluar.
Dengan begitu, ia pun merapatkan diri pada Minho lalu menyandarkan kepalanya pada bahu pria tersebut.
"Aku mengantuk, biarkan aku tertidur sebentar." Lalu memejamkan mata dengan segala pikirannya yang sedang tertuju pada Minho.
Apa ini yang membuat pria disebelahnya nampak malas hidup?
KAMU SEDANG MEMBACA
28 Days [2/2] - Minsung✓
FanfictionHanya kisah seorang Han Jisung si pembaca kematian. . . . Collaboration with @m4tryoshka