Day 28

3K 474 183
                                    


Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela, memancarkan cahayanya pada ruangan bernuansa gelap, lalu membangunkan seonggok pria yang masih bergelung di dalam selimut.

Sosok itu membuka mata secara perlahan, meraih sebuah ponsel yang terletak di atas nakas lalu mengernyit heran saat menyadari ponsel yang ia pegang saat ini bukanlah miliknya, melainkan milik sang kekasih.

Ah, Jisung baru sadar kalau ia sedang menginap dirumah pria tersebut.

Membuka mata secara utuh, melihat jam yang menunjukkan angka 6. 15 di ponsel tersebut lalu terbangun sembari mencari kehadiran sang pemilik rumah.

Dirasa tidak melihat Minho didalam kamar, Jisung segera beranjak dari sana, mencari kehadiran pria tersebut dengan tangan yang masih memegang ponsel milik sang kekasih, lalu terhenti begitu melihat pria yang sedang berkutat dengan alat dapur.

"Sudah bangun?"

Si manis mengangguk, berjalan mendekat ke arah Minho lalu menatap pria tersebut dengan raut terkejut.

Bola mata yang melebar serta mulut terbuka menggambarkan betapa terkejutnya Jisung saat ini.

Begitu melihat Minho, angka kematian yang rasanya selalu ingin ia hindari kini tidak lagi terlihat.

Kosong.

Tidak ada apapun ketika ia melihat pria yang sedang sibuk membuat sarapan itu.

"Kenapa terkejut begitu? Cepat pergi ke kamar mandi dan bersihkan dirimu, hari ini kita harus pergi ke Sekolah."

Bagaikan angin yang tak terlihat, Jisung tidak menyahuti ucapan pria tersebut. Mendekat ke arahnya lalu memegang rahang tegas sang kekasih dengan mata berbinar.

Sungguh suatu keajaiban baginya.

"Kenapa, hm?" Minho menyentuh tangan si manis yang sedang memegang wajahnya. Menatap Jisung dengan begitu lembut hingga menyadarkan sang empu dari segala pikirannya.

"T-tidak, hanya saja.... Selamat pagi."

"Hm, selamat pagi. Omong-omong kenapa ponselku ada padamu?" Tanya Minho sembari melihat ke arah ponsel yang Jisung pegang.

"Terbawa, hehe."




























































































Setelah menghabiskan sarapan yang dibuat oleh Minho, keduanya memastikan bahwa barang bawaannya tidak ada yang tertinggal. Dengan sepatu yang sudah terpasang di kaki masing-masing, si manis menunggu Minho di depan Pintu. Menanti pria yang sedang mencari kunci motornya itu dengan tas di punggungnya lalu tersenyum singkat ketika melihat yang ditunggu menghampirinya.

"Benar tidak apa?"

Si manis mengangguk, membiarkan Minho mengendarai kendaraannya lantaran percaya bahwa pria dihadapannya ini benar-benar sudah terbebas dari hari kematiannya.

Jisung sendiri tidak mempercayai hal itu, ia sempat menoleh ke luar, melihat orang yang berjalan melewati rumah sang kekasih dan menghela nafas lega ketika dirinya masih dapat melihat angka kematian orang tersebut.

Berarti Minho sudah terbebas dari ajalnya 'kan? Terbukti dari apa yang tidak dapat ia lihat pada pria tersebut.

"Berangkat sekarang?"

Jisung kembali mengangguk sebagai jawaban, mengikuti langkah kecil sang kekasih lalu naik pada motor yang sempat ia larang untuk di gunakan.

Tidak perlu diajarkan kembali, Jisung langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Minho. Mencari posisi ternyaman dengan kepala yang ia sandarkan pada punggung tersebut.

Begitu kendaraan beroda dua tersebut berjalan, Jisung memejamkan mata, menghirup udara pagi yang terasa lebih segar dari biasanya sembari menikmati aroma tubuh sang kekasih.

Hatinya terasa lega, sungguh. Ia tidak pernah merasa seberuntung ini dalam hidupnya.








TIN



TIN





Mata yang semula tertutup kini kembali terbuka, membulatkan bola matanya terkejut begitu melihat sebuah truk yang sudah berada dihadapannya, lantas—












BRAK!











Seketika waktunya terasa lambat. Truk yang tiba-tiba muncul di pertigaan, tubuhnya yang terasa melayang diudara, dan disusul oleh benturan keras pada tubuhnya.

Jisung mengerjap beberapa kali, berusaha mempertahankan kesadarannya sembari melihat ke arah sebuah motor besar yang telah hancur sebagian.

"M-minho...."

Nafasnya tercekat, kepalanya terasa pening disertai suara bising yang menganggu pendengarannya.

Matanya terasa berat, berusaha mempertahankan kesadarannya lalu terpejam setelah melihat seorang pria bangkit dari jatuhnya dengan kepala yang dilumuri banyak darah.


Syukurlah.


Melihat pria yang disayanginya masih hidup, Jisung tersenyum simpul bersamaan dengan kesadarannya yang perlahan menghilang.



























































End.

.

.

.

m4tryoshka & Leehalq

Ciye End :') terimakasih buat kalian yang udah ngikutin cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ciye End :') terimakasih buat kalian yang udah ngikutin cerita ini.
Wait for Bonchap [0/2].

28 Days [2/2] - Minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang