02.Samudra

7.2K 996 77
                                    

"Samudra tak pernah mengerti mana yang lebih mudah. Mengerti kakaknya, atau mengerti dirinya sendiri?"

********

06.45

Saat alarmnya berbunyi dengan keras berkali kali, Samudra hanya mengerang kesal. Menolak bangkit atau membuka matanya dan hanya berdiam diri dibawah selimut. Wajah menggemaskan bocah itu benar benar terlihat kesal, kejadian semalam masih membayangi ingatannya.

Kesialan yang membuat ia harus terlambat tidur dan mengantuk di pagi hari. Kalian ingat bukan jika Samudra harus mencarikan Indomie rasa seblak untuk persyaratan ospek kakaknya? Dan ternyata memang benar. Benda itu sulit dicari. Ia berkeliling sampai pukul 2 pagi dan menemukannya di sebuah toserba 24 jam yang cukup jauh dari rumah.

"Aksa sialan!"

Anak itu menyerah, dengan mata berat ia bangkit dan membersihkan dirinya. Tak lebih dari 10 menit. Persetan dengan kerapian, Samudra bahkan tak memakai dasinya yang hilang entah kemana. Ia lupa untuk memakai sepatu hitam sesuai peraturan di hari senin. Setelah memakai hoodie berwarna abu abu, Samudra berlari keluar dan mendapati Angkasa masih disana bersama sang Ibu.

Arini memukul bahunya pelan. "Cio, udah jam berapa bunda tanya?"

"Ngomelnya nanti aja ya Bun. Cio berangkat dulu. Assalamualaikum." Samudra melesak masuk ke dalam mobil kakaknya.

"Lo tau nggak gue mesti kumpul jam berapa?" sambutan Angkasa yang cukup dingin itu membuat Samudra mendengus.

"Lo lupa orang bego mana yang nyuruh gue muter muter nyari mie instan semalem."

Angkasa yang terlihat fokus pada jalanan itu berdecih. "Siapa suruh lo makan mie punya gue semalem."

"Besok besok labelin yang gedhe kalo ngga lo simpen. Orang pinter macem apa yang naruh properti ospek bareng makanan!"

Selanjutnya kembali hening, Samudra tau kakaknya itu kepalang panik. Sementara dirinya juga sedikit khawatir, terlambat di hari pertama taun ajaran baru bukanlah ide Bagus.

Masa hukumannya akan jauh lebih panjang. Ia bisa tertinggal banyak pelajaran. Nilainya bisa turun dan Angkasa akan menertawakannya.

Begitu sampai, gerbang sekolah Samudra sudah tertutup. "Telat lo."

"Majuin dikit."

"Apaan?"

"Mobilnya." Angkasa hanya menurut, mobilnya kemudian berhenti tepat di dekat tembok samping sekolah.

"Mau ngapain?"

Samudra menatap kakaknya itu sekilas "Manjat."

Dahi Angkasa berkerut, dengan cepat sosok jangkung itu melepaskan seatbeltnya dan ikut keluar dari mobil. Samudra melemparkan tas dan juga sepatunya sampai melewati tembok dengan tinggi 2,5 meter itu.

"Naik sini." Angkasa berjongkok di dekat Samudra membuat anak itu mengernyit.

"Ngapain si lo?"

Si sulung menatapnya tajam "Tinggal naik aja bacot bener. Buruan!"

Netra bulat si bungsu menatap sekeliling lalu berpijak pada kedua bahunya kakaknya. Angkasa berdiri dengan cukup perlahan, ya perlu Angkasa akui tubuh Samudra itu ringan. Selaras dengan tinggi badannya yang bisa dikatakan kecil.

Samudra Sang Angkasa [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang