19.Mediasi?

4.4K 771 120
                                    

"Menyelesaikan masalah dengan kepala dingin memang terdengar baik. Tapi kebanyakan masalah tak memiliki penyelesaian seindah itu"

*************

Ponsel Samudra bergetar beberapa kali pagi itu saat sang pemilik tengah sibuk mematri dirinya di depan cermin.

Samudra sedang memastikan bahwa ia memakai baju yang baik hari ini. Setelah 3 minggu berlalu, ia akan kembali bertemu dengan Ayah dan juga Bundanya.

Ia tak tau keadaan seperti apa yang akan mereka hadapi saat mediasi berlangsung. Yang pasti ia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Samudra hanya mengambil satu tablet hari ini dan meminumnya dengan segelas air. Setelah itu langkahnya di bawa mendekat ke arah tempat tidur, mengambil ponselnya yang masih bergetar.

"Apa Jov?"

"Sekolah aja yok sama gue"

Samudra tersenyum. Harusnya ia tau alasan sahabatnya itu menghubunginya. "Besok gue sekolah, ada lomba juga"

"Lo tau nggak sih Yo, dateng ke mediasi nyokap bokap lo sama kayak nyari penyakit."

Dalam hati Samudra membenarkan kata kata Jovan, tapi langkahnya sama sekali tak berniat untuk mundur.

"Gue udah biasa sama penyakit. Sekolah sana lo, jangan recokin gue!"

Klik

Samudra melangkah keluar dan mendapati Angkasa duduk diam di meja makan. Di hadapannya ada dua piring nasi goreng yang nampak tak tersentuh. Kakaknya itu menggenggam erat ujung garpu yang lumayan tajam membuat Samudra langsung berlari ke arahnya.

"Apa-apaan si lo." Samudra memukul tangan Angkasa kencang sehingga garpu yang ada di genggaman kakaknya itu terlepas.

Angkasa terlihat terkejut, ujung garpu itu menggores jari jarinya.

Kakaknya itu terlihat bingung harus berbicara seperti apa, jemarinya bergetar membuat Samudra merasa bingung sendiri harus bersikap seperti apa.

"Lo bego? Gila? Atau apa?"

Angkasa menekan bibir dalamnya kemudian menggelengkan kepala pelan. "Gue lagi banyak pikiran aja, itu tadi karena gue banyak ngelamun. Duduk gih, makan."

Samudra mendudukkan dirinya kemudian kembali menatap Angkasa yang tersenyum padanya. Dalam hati Samudra berpikir, apa yang membuat laki laki itu seperti ini? Padahal Ayah dan Bunda masih sering menghubunginya. Tidak melupakannya seperti mereka melupakan Samudra.

Dalam perjalanan, jantung Samudra terus berdetak tak karuan. Ada begitu banyak rasa takut dan juga kecewa yang tiba tiba menguar saat ia ingin bertemu dengan kedua orang tuanya.

Seakan akan Ardi dan Arini sudah menjadi trauma tersendiri untuk dirinya. Ini aneh, mengingat ia sudah meminum obat penenang seperti yang selalu ia lakukan, tapi rasa gelisah itu justru terasa semakin dominan.

Angkasa terlihat sedikit meremas kemudi saat mobil yang dikendarainya memasuki area Pengadilan.

Angkasa keluar terlebih dulu di susul oleh Samudra. Keduanya menghampiri Arini yang berdiri di dekat mobilnya bersama dengan kakek dan nenek mereka.

Samudra Sang Angkasa [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang