06.Setitik Hujan

5K 839 42
                                    

"Seseorang tak pernah membenci sesuatu tanpa alasan"

************

Pagi itu hujan, Samudra hanya menatap titik demi titiknya yang semakin menderas dari balik jendela kamarnya yang tertutup rapat.

Netranya berpendar malas sembari menatap jam yang ada di atas nakasnya untuk memastikan waktu. Sudah jam 6 lebih 15 menit, dan ia bahkan belum berniat untuk membersihkan diri dan bersiap ke sekolah.

Hujan seakan akan membuat semua rasa semangat Samudra lenyap entah kemana. Belum lagi Bunda dan Ayahnya juga tak pulang sejak kemarin. Tak ada makanan, ia bahkan sudah tak memakan nasi sama sekali akibat soto babat sialan milik Angkasa yang mungkin masih tersisa sampai hari ini.

Samudra menyeret langkahnya menuruni tangga menuju dapur dan mendapati sosok jangkung kakaknya sedang bergulat di depan kompor. Ia tau Angkasa pandai memasak, tapi laki laki itu bahkan terlalu sibuk untuk memikirkan waktu makannya sendiri. Dan saat ia memiliki waktu untuk memasak, ia akan memasak untuk dirinya sendiri.

Jadi Samudra tak terlalu berharap bahwa Angkasa memasakkannya sesuatu.

"Mandi dulu sono. Masih kucel gitu ngapain masuk dapur" Angkasa mneghardiknya kala ia melihat lihat bahan makanan di dalam kulkas.

"Udah lo masak aja. Jangan liatin gue"

Angkasa mengangkat spatula nya "Mandi nggak lo?"

"Apa si Sa? Gue mau masak. Laper!"

Samudra bersungut sungut sembari kembali melihat apa yang mungkin bisa ia masak untuk menu sarapan.

"Dibilangin mandi aja sono. Udah gue masakin semur tahu sama telur"

Si bungsu itu mengintip masakan sang kakak yang sudah nyaris matang kemudian tersenyum manis. "Tumbenan lo baik sama gue? Mau babuin gue ya lo? Ogah!"

"Suudzon bener jadi adek. Udah lo mandi sana abis itu makan terus berangkat. Ujan ujan gini perjalanan bakal makin lama"

Samudra hanya bergumam sedikit heran sembari menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya. Mungkin Angkasa sedang terkena serangan hujan, biasanya jika hujan turun Angkasa akan menjadi seseorang yang lebih baik. Entah apa hubungannya, yang pasti itu selalu terjadi.

Si bungsu itu kembali turun dalam balutan seragam lengkap dan sebuah ransel di bahu kanannya. Nasi putih hangat terlihat mengeluarkan asap panas sama dengan semur tahu telur buatan Angkasa.

Kakaknya itu duduk dengan sembari meneguk susunya perlahan. "Bunda kapan pulang?"

Angkasa mengendikkan bahu tak tau menau. "Kalo Ayah?"

Lagi lagi Angkasa mengangkat kedua bahunya. "Terus yang lo tau apaan?"

"Cara masak yang bener. Supaya lo bisa makan!" ujaran sarkas Angkasa membuat Samudra mendengus.

Si bungsu itu memakan sarapannya dalam diam. Berharap intensitas waktu berduanya dengan Angkasa akan segera berakhir.

Pintu rumah di ketuk dua kali. Angkasa bangkit bahkan setengah berlari tergesa untuk membukakan pintu bagi seseorang itu. Dahi Samudra berkerut, apa Angkasa punya pacar?

Samudra Sang Angkasa [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang