10.Promise?

4.3K 746 136
                                    

"Karena sebuah janji tak akan pernah terucap jika sedari awal ada rasa saling percaya"

*************

Ardi dan Arini pulang ke rumah nyaris bersamaan. Saat Ardi masih meminum segelas air di dapur, Arini pulang berniat menyimpan beberapa bahan makanan di almari pendingin.

Pintu kembali terbuka dengan sosok Angkasa yang datang dengan langkah cukup pelan.

Arini tersenyum. "Juna baru pulang sayang? Bunda bawa buah apel kamu mau?"

Angkasa menatap Ayah dan Bundanya kemudian tersenyum kecil. "Besok aja Bun, Juna capek"

"Yaudah kamu istirahat"

Ardi meletakkan gelasnya di atas meja sembari mengernyit heran. "Juna kenapa?"

"Bunda juga baru pulang Ayah. Mungkin capek sama tugas kampusnya"

Sepasang orang tua itu kembali mendengar pintu utama terbuka. Kali ini Samudra melangkah begitu cepat tanpa memberi kesempatan bagi Ardi maupun Arini menanyakan sesuatu.

"Samudra masih marah dari tadi pagi?"

Arini menghela nafas pelan. "Tadi Samudra dateng ke tempat Bunda"

"Tadi Samudra juga dateng ke kantor"

Arini mendudukkan dirinya di salah satu kursi kemudian menatap Ardi lamat lamat. "Samudra ada ngasih sesuatu?"

"Undangan buat turnamen dia minggu depan. Kamu dikasih juga?"

Arini mengangguk. "Ayah bisa dateng kan?"

"Semua jadwalku udah diatur Arini. Nggak bisa main cancel gitu aja. Aku mesti ke Surabaya minggu depan"

"Aku juga nggak bisa Yah, ada acara fashion week yang harus aku datengin untuk nyari suntikan dana"

Ardi menahan nafasnya untuk beberapa detik. "Rini, bisa kamu stop nyari suntikan dana disana sini, hutang kamu udah banyak dan keuangan perusahaan aku juga lagi nggak Bagus. Mending kanu dateng ke acaranya Samudra"

"Aku nggak akan pernah nyerah Mas. Biar aku yang ngomong sama Samudra, dia pasti ngerti"

"Terserah kamu"

Angkasa mendengarnya dari ambang pintu. Ia berniat untuk ke dapur mengambil segelas air untuk berjaga jaga jika ia terbangun dan merasa haus.

Tapi kini ia kembali mendengar sebuah bukti dari perkataan Samudra. Sekecil apapun lomba yang ia ikuti kedua orang tuanya pasti datang. Rela menghentikan kegiatan mereka hari itu hanya untuk dirinya.

Tapi kenapa hal ini tidak berlaku untuk Samudra. Kenapa Ibunya berkata kalau Samudra bisa mengerti.  Bagaimana mungkin ia berpikir kalau Samudra tak akan kecewa?

Angkasa melangkah cepat menaiki anak tangga menuju lantai dua. Mengabaikan keinginannya untuk segelas air dan berakhir berdiri di depan pintu kamar Samudra yang tertutup rapat.

Kepalan tangannya terangkat berniat mengetuk pintu kamar itu beberapa kali namun yang terjadi, kepalan tangan itu hanya tergantung di udara.

Samudra Sang Angkasa [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang