18.Hitam yang mencekam

4.5K 739 80
                                    

"Sedari awal warna hitam itu mengerikan tapi bukan berarti tak ada yang menyukainya"

*************

Siang itu langit tampak kelabu, awan awan berwarna abu abu menghiasi langit ibu kota yang maish ramai dengan aktivitas kendaraan.

Di sebuah kedai es krim terbuka, Samudra dan Jovan menghabiskan waktu. Hanya memesan beberapa es krim sembari memakan beberapa camilan sebagai teman. Keduanya mengobrol ringan, sesekali tertawa dan mengabaikan bising kendaraan di sekitar.

Ada getar pesan yang masuk di ponsel Samudra. Anak itu melihatnya sebentar, ternyata ada yang menandainya dalam sebuah postingan di platform sekolah.

Ada rasa ragu yang menyambangi perasaannya kala melihat notifikasi itu. Bukan apa apa, pasalnya ia mengalami hari yang buruk saat terakhir kali seseorang memposting tentang dirinya.

Jovan sedikit mengernyit, kemudian melirik ke arah layar ponsel Samudra. Dengan cepat Jovan membuka ponsel miliknya dan melihat apa yang sedang dibicarakan oleh siswa di sekolahnya.

Jari Jovan terasa kaku kala ada sebuah video singkat tentang acara kejutan kemarin. Sangat singkat, hanya menunjukkan penampilan sempurna Samudra dan Angkasa sampai Ardi tiba tiba datang, menarik lengan Arini kemudian mulai berteriak.

Hanya sampai disitu, tapi respon anak anak bahkan jauh lebih mengerikan. Mereka ramai ramai mengeluarkan presepsi buruk yang membuat Jovan saja merasa kesal setengah mati.

Netranya bergerak menatap Samudra dan berniat merebut ponsel anak itu, tapi terlambat. Samudra sudah membacanya, dan sebuah senyuman sinis terpatri di paras manisnya.

"Skenario mereka keren juga," ujar Samudra pelan sembari memasukkan satu sendok kecil es krim ke dalam mulutnya.

"Heran deh gue Yo. Dapet darimana mereka video video ginian." Jovan mengepalkan tangannya, kentara sekali ia terlihat jauh lebih emosi daripada Samudra.

Atau Samudra saja yang begitu pintar menyembunyikan seperti apa perasaannya sekarang.

"Ada bagusnya juga lo ngajak gue bolos, mau gue traktir apa?"

Dahi Jovan mengernyit seiring dengan kepalanya yang menggeleng cepat, "lo masih kaku aja si anjir. Males gue."

Samudra memukul kepala Jovan saat sahabatnya itu merengut berpura-pura marah dengan ekspresi yang dibuat semenggemaskan mungkin. Sialnya Samudra benar benar merinding melihat raut wajah sahabatnya itu.

"Gue ngambek ini malah lo hantam pala gue."

Samudra memakan kentang gorengnya tanpa minat, "Lo kalau mau gue pukul lagi ngomong aja. Nggak usah sok imut gitu."

"Tapi seriusan Yo. Jangan sungkan sama gue, lo kalau mau ke rumah numpang boker juga ngomong aja."

Samudra hendak kembali memukul Jovan, tapi anak itu lebih duku bangkit, "Pukul coba sini, mana sampe. Orang lo kecil kayak biji ketumbar."

"Sialan!" Samudra ikut bangkit, tapi mau bagaimana lagi. Yang dibicarakan Jovan memang benar. Ia terlampau kecil jika dibandingkan dengan tinggi Jovan yang mungkin hampir melebihi tinggi kakaknya.

Samudra Sang Angkasa [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang