Hari demi hari sudah ia lewati dengan perasaan hampa. ia merasa ada yang kurang
Saat ini Guerra sedang menunggu angkutan umum. ia tidak pulang dengan Tania karena ia ada urusan mendadak, jam menunjukan pukul 2 siang, terik matahari membuat sang empu kepanasan
ponsel nya mati, ia tidak bisa memesan kendaraan online untuk mengantarkanya pulang.
sambil menunduk, mengayunkan kedua kakinya yang menggantung, mengecek jam, dan tiba-tiba ada seseorang yang duduk disampingnya.
"kenapa belum pulang?" tanya Revan sambil tersenyum
Guerra hanya terdiam. tentu ia tidak mau merespon Revan karena ia takut akan terkena masalah dengan Cania
sebenarnya Guerra tidak terlalu takut, tapi ia tidak suka mencari masalah. ia lebih suka mengalah
diam lebih baik, daripada melawan akan membuat masalah semakin rumit.
Revan menatap gerak-gerik Guerra yang tidak nyaman, seakan akan Revan tidak ada disampingnya.
"Gausah takut, masalah Cania dia udah gak suka sama gue"
Guerra mendongak, menatap Revan dengan tatapan bingung, alisnya menaut.
"Iya gue tau semuanya Ra"
"Aku masih tidak mengerti" ucap Guerra seadanya.
Revan senyum terpaksa, kemudian matanya mengarah pada jalanan yang tampak sepi, dan ia mengingat kejadian dirinya dengan Cania. serta menceritakanya kepada Guerra
Flasback on.
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu menggema di rumah besar bernuansa eropa tersebut.
tok tok tok
seorang laki-laki sedang terbaring di kasur king size nya ia menggeliat karena tidurnya terasa terusik. suara ketukan itu sangat berisik. mau tidak mau ia turun kebawah dengan penampilan acak-acakanya, dengan langkah gontai ia turun tangga menuju pintu utama.
ceklek
"Lo ngapain sih disini?" Ucap Revan marah, bagaimana tidak? sedang enak-enak tidurnya. membayangkan dirinya dengan Guerra menikah, malah terusik oleh kedatangan sosok Cania.
"gue cuma mau ngomong" balasnya dengan senyum yang merekah
Revan menatap nya dengan tatapan datar, tangan dilipat didepan dada, menunggu gadis itu melanjutkan bicaranya.
"gue tau lo gak bakal suka sama gue, karena sikap gue yang suka seenaknya, egois, dan gue yakin kalo lo itu ilfeel sama gue karena gue terlalu terobsesi sama lo"
"bahkan gue rela nyerahin harga diri gue buat dapetin lo van, gila gak sih?" Ucap Cania dengan menahan tangisnya.
"baru nyadar lo?" jawab Revan dengan senyum mengejeknya. membuat hati Cania teriris.
"sekarang gue sadar, lo itu sayang nya cuma sama Guerra"
"sebenernya lo tu kenapa sih?" tanya Revan penasaran, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba seorang Cania Putri Bilion berbicara seperti itu. aneh bukan?
Mata Cania berkaca-kaca ia tidak mampu menahanya lagi. hal itu tidak luput dari pandangan Revan, ia juga merasakan kesedihan yang ada pada diri Cania.
"Nyokap gue meninggal karena dapet perlakuan kekerasan dari bokap gue. dia nyiksa mamah gue sama persis kek gue nyiksa Guerra di gudang sekolah"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMISTAD√
Teen FictionBagaimana kisah tentang dua orang bersahabat yang berbeda dimensi? Tania yang pemberani mempunyai sifat psikopat bagaikan iblis dan Paula sosok gadis yang lemah, serta wajah yang selalu pucat mereka saling melindungi namun, dibalik persahabatanya te...