Entah kenapa perhatian kecil darimu membuatku seperti orang gila. Terbukti karena aku mampu tersenyum saat mengingatnya kembali.
Alesya Adeline Sungkar💞
°°°
BINGUNG. Satu kata yang mendefinisikan perasaan Alesya sekarang. Saat ini ia tengah di kantin sendirian dan menikmati segelas jus alpukat kesukaannnya. Entah mengapa, ia sangat kesal dengan cewek-cewek yang mendekati Andrian. Bukan ini yang Alesya mau, bukan dia jika seperti ini.
"Ck, lo gue cariin daritadi ternyata di kantin. Gue baru tau kalo toilet itu kantin."
"Ih itu kan minumanku, balikin! Kamu bisa beli sendiri." Alesya berusaha menggapai minuman yang berada di tangan Andrian. Berjinjit dan melompat seperti kelinci tapi percuma, menyentuh gelasnya saja gabisa. Jadi yang salah tubuh Alesya yang terlalu pendek atau Andrian yang seperti tiang?
Melihat tingkah Alesya membuat tawa Andrian pecah. "Makanya minum hailo biar cepet tinggi," cibir Andrian.
Alesya kesal melihatnya, dia sudah tidak memikirkan sedang menjadi bahan tontonan, yang ia pikirkan adalah merebut jus alpukat itu dari tangan Andrian.
"Andrian! Balikin aku bilang ih." Bukannya mengembalikan jus itu, Andrian justru berlari mengelilingi meja mereka sambil terus meminumnya.
"Kayak film india aja kejar-kejaran, norak banget."
"Ih itu si cupu centil banget sih."
"Aduh jadi pengin kejar-kejaran sama cogan baru."
"Aduh ampun, meleleh gue liat ketawanya Andrian."
"ANDRIAN I LOVE YOU!"
Bisikan rumput tetangga mulai terdengar oleh Alesya. Bukannya mendapatkan pujian, malah cibiran yang ditujukan untuknya.
"Hah ... hah ... gue capek, istirahat bentar." Andrian menduduki kursi di depannya diikuti Alesya. Keduanya bercucuran keringat dengan napas yang tidak teratur.
"Ih tuh kan minum aku habis, Andrian beliin yang baru buruan," rengek Alesya dengan airmata sudah di pelupuk, satu kedipan saja akan banjir.
"Heh! Ngapain lo nyuruh gue, ingat ya kemarin lo ngelempar sepatu dan kena kepala gue. Jadi lo harus menebus kesalahan lo. Sekarang, beliin gue air dingin, cepat!" Alesya sedikit gemetar mendengar bentakan Andrian, dia segera beranjak menuju Mang Alex.
Terbesit rasa bersalah di hati Andrian, tidak seharusnya dia membentak. Tapi mungkin hanya seperti itu yang membuat Alesya nurut padanya dan dekat padanya.
Katakan dia egois, dia pecundang atau pengecut karena membentak seorang gadis. Akan tetapi, dalam perjuangan cinta, cara itu halal dan berlabel MUI.
Alesya kembali ke meja di mana Andrian berada, lalu menaruh air dingin itu di depannya. "Nih, minumnya."
"Pulang sekolah lo harus ikut sama gue."
"Tap-."
"Gak ada penolakan, itu pernyataaan bukan pertanyaan." Setelah mengucapkan itu Andrian pergi meninggalkan kantin.
Alesya menangis, sebut saja lebay. Dia pun juga tidak tahu, dia tidak suka saat Andrian membentaknya. Segera ia menghapus airmatanya dan meninggalkan kantin.
Saat ini Alesya di toilet untuk membersihkan wajahnya. Saat ingin keluar, ia dihadang oleh tiga orang cewek. Dia adalah Natalie, Siska, dan Mega.
Natalie berjalan ke arah Alesya dengan tangan bersedekap di depan dada dan melangkah dengan gaya angkuhnya. Sedangkan dua dayangnya tengah mengunci pintu toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesya
Teen Fiction'Tentang sebuah hubungan, tentang lara yang tak kasatmata, tentang rasa yang tak pernah ada' Selama ini hidup Alesya biasa saja, tidak ada yang menonjol terkecuali penampilannya. Sebelumnya kehidupannya, dirinya, dan rasanya tidak ada yang luar bias...