Part 11

18 8 0
                                    

"Rasa sakit ini bukanlah perkara besar yang mampu membuatku ragu kepadamu, karena aku akan menganggap semua ini sebagai pembuktian bahwa cinta tak sebercanda itu."

Alesya Adeline Sungkar

••••

"Loh? Kamu darimana aja? Dari toilet kok baru balik sih?"

Alesya tidak menjawab pertanyaan Andrian, ia hanya tersenyum dan langsung menuju ke tempat duduknya.

Andrian ingin mengikuti Alesya, tapi sialnya guru matematika terlanjur memasuki kelas. Akhirnya ia mengurungkan niatnya dan memilih kembali ke tempat duduknya.

Sedangkan Alesya hanya melamun memperhatikan guru di depan sana yang sedang menjelaskan materi tentang logaritma. Biasanya Ale paling bersemangat kalau pelajaran matematika, tapi sekarang ia hanya diam mematung. Dan itu membuat Mira curiga.

"Stt woy, lo kenapa?" bisik Mira sambil menyenggol lengan Alesya.

"Ah!? Gapapa kok."

"Tumben lo diem doang daritadi, biasanya lo paling nggak bisa diem kalau udah pelajaran matematika."

"Aku gapapa, Mir. Cuma ngantuk aja."

"Kalau lo ada masalah lo bisa cerita sama gue. Gue nggak terbebani, itu gunanya sahabat," desak Mira karena ia gemas pada Ale yang suka memendam masalahnya sendirian.

Keterbukaan itu sangat penting dalam sebuah hubungan, entah itu persahabatan ataupun percintaan. Keterbukaan adalah tanda seberapa percayanya kita pada orang terdekat kita. Dan bila kamu belum percaya, sudah pasti kamu lebih memilih untuk menyembunyikan.

"Nanti aja pulang sekolah aku cerita sama kamu, tapi aku numpang ya pulangnya." Alesya menampilkan senyum tak berdosanya pada Mira.

"Nggak bareng sama pangeran lo?"

"Enggak, dia mau ke rumah Anna." Alesya menenggelamkan kepalanya di atas meja setelah mengucap nama Anna.

"Anna? Anna siapa?"

"Oh iya aku belum cerita, ya. Anna itu anak kelas XI MIPA 4. Nah dia itu ternyata sepupunya Andrian, gitu sih katanya."

"Wait setau gue orangtua Anna tuh anak tunggal deh, gue tau karena dia temen mamah gue. Tapi kok bisa sepupuan sama Andrian?"

"Ya kan bisa aja dari ayahnya."

Mira mengerutkan keningnya, setahu dia ayah Andrian itu anak tunggal. Secara dia kan pewaris dari keluarga Narendra.

'Kok aneh ya,' batin Mira lalu menatap Andrian penuh selidik. Andrian yang merasa diawasi pun menyapu pandangannya ke semua penjuru kelas. Dan berakhir pada Mira, ia bergidik ngeri melihat Mira yang menatapnya dengan intens.

"Oh ya, Le-."

"Amira Dewantara, Bapak perhatikan sedari tadi kamu mengajak Alesya mengobrol. Obrolan apa yang lebih menarik dibandingkan pelajaran Bapak!?"

"Em anu, Pak. Saya cuma mau menanyakan berapa anak kucing Ale sekarang. Soalnya tadi dia bilang kucingnya baru melahirkan."

Alesya membulatkan matanya mendengar alibi yang diungkapkan Mira.

"Kamu ini mau menipu saya?"

"Enggak, coba Bapak tanya sama Ale."

"ALESYA, apa benar kucing kamu melahirkan?"

"Em anu Pak, itu."

Mira menyenggol tangan Ale sedikit kencang, ia berharap semoga Ale mampu menyelamatkannya kali ini.

AlesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang