Part 12

20 8 1
                                    

"Aku pergi bukan untuk menyerah, aku pergi karena aku tak sanggup jatuh terlalu dalam. Tenang saja, tidak akan lama, aku akan datang kembali dengan hati yang baik-baik saja."

Alesya Adeline Sungkar

»»»

Mentari pagi mengusik tidur ketiga gadis yang sedang berpelukan dengan iler di sekitar kedua pipinya.

Beruntung hari ini adalah hari libur sehingga mereka tidak perlu khawatir terlambat sekolah. Pasalnya baru jam 03:00 pagi mereka mengistirahatkan otak mereka setelah diajak maraton drakor semalam suntuk.

Cewek pecinta oppa jika sudah bertemu dengan yang satu spesies sudah bisa ditebak bukan akhirnya seperti apa?

Kringgg...kringgg

"Eungh, Ale matiin alarmnya tolong," ucap Mira dengan kedua mata yang tertutup rapat dan tangan yang meraba-raba muka Retha.

"Mira, ih," Retha menyentakkan tangan Mira, ia tidak suka saat tidur dan ada yang menyentuh badannya. Margaretha Imanuel, gadis blasteran Sunda dengan Medan yang sangat membenci keributan saat dirinya tidur. Ia juga membenci sentuhan, dan ia tidak pernah mau tidur dengan orang lain karena saat mereka menyentuh tubuhnya seujung kuku pun sudah pasti ia akan marah. Tapi, lain kali ini, ia harus menerima paksaan Mira untuk menginap.

Retha bangkit dan mematikan alarm serta membuka tirai kamar Mira. Alesya yang terusik tidurnya pun ikut bangun, cahaya mentari pagi menyilaukan kedua pelupuk mata Ale dan memaksanya untuk bangun.

"Mira, bangun, udah pagi. Jogging, yuk!" Alesya menggoyangkan badan Mira sambil menepuk-nepuk pipi Mira.

"Aduh, masih pagi Le. Lo aja sana, gue mau tidur, ngantuk."

Alesya pun menyerah, ia langsung ngacir ke kamar mandi. Saat ia keluar, Mira masih bergulat dengan selimut dan gulingnya.

"Retha, aku pergi dulu ya. Mau jogging bentar."

"Lo mau jogging jam sembilan? Apa nggak kesiangan?"

Ale terdiam, ia mencoba mencerna kata demi kata yang baru saja Retha ucapkan.

"MIRAAA!" Alesya berteriak sambil kembali menaiki tangga. Ia membawa kemoceng yang kebetulan ada di sampingnya.

Retha menggelengkan kepala melihat tingkah Alesya. Bagaimana bisa orang-orang di sekitarnya mempunyai tingkah yang unik? Apa cuma dia yang waras di sini.

"MIRAAA! BANGUN KEBO, BANGUN!"

"Aish Ale! Balikin selimut gue, dingin tau. Keluar sana lo ah, ganggu! Gue masih mau tidur."

"Bangun! Bangun! Bangun! Bisa-bisanya kamu bikin alarm jam setengah sembilan sih. Gara-gara kamu, di hari libur aku nggak bisa jogging. Rasain nih, rasain."

"Aw aw Ale sakit ih. Jauhin kemoceng lo atau lo mau gue bunuh!? Ale sakit semua woy badan gue, udah!"

"Biarin aja, biar tau rasa kamu."

"Aih, ganggu tidur gue lo mah!"

"Tuh anak dua kenapa bar-bar semua sih. Pusing kalau gini terus," dumal Retha sambil memakan nasi goreng spesial dengan telur mata sapi dan sosis buatannya.

'Mending gue makan, kenyang, daripada ikutan mereka bisa-bisa gue nggak waras kayak mereka,' batin Retha.

***

"Le, bagusan yang ini. Yang itu norak banget."

"Ih enggak Mira, ini tuh lucu banget, liat deh ada pitanya manis banget. Apalagi warnanya, soft banget."

AlesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang