Part 18

23 7 2
                                    

"Aku tahu kalau aku nggak secantik dia, tapi apa salahnya kamu hargain aku yang juga pacar kamu?"

Alesya Adeline Sungkar

🐾

Kata orang jatuh cinta dan sakit itu adalah saudara yang tak terpisahkan. Siap mencintai berarti siap untuk dilukai.

"Andrian, udah lama ya kita nggak kayak gini," ucap Alesya seraya terus melahap permen kapas yang ada di tangannya.

Saat ini mereka berdua, Andrian dan Alesya, tengah berada di pasar malam di pusat kota. Bagaimana bisa? Bukankah hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja?

Ini karena Alesya yang terus memaksa Andrian sampai-sampai di mana pun ada Andrian, di situ ada Alesya yang sedang merengek. Katakan Alesya manja, tapi apa salah jika itu ia lakukan?

Dan dengan terpaksa akhirnya Andrian menuruti permintaan Alesya dan lagi Alesya yang harus ekstra sabar, karena sedari tadi Andrian tidak menampilkan sebait senyum di bibirnya, hanya raut datar yang tampak.

Tapi bukan Alesya jika menyerah begitu saja, dengan tingkah konyolnya ia terus mencoba membuat Andrian menatap ke arahnya. Ia terus mengajak Andrian ke permainan yang menurutnya menarik dan menguji nyalinya.

Seperti sebelumnya, Alesya mengajak Andrian ke rumah hantu, dan apa yang terjadi? Alesya yang tampak biasa saja tapi Andrian yang terus berteriak histeris. Bahkan ia selalu menarik ujung kaus Alesya seperti anak kecil yang meminta es krim pada bundanya, bedanya ini Andrian yang meminta perlindungan pada Alesya.

Alesya cukup bahagia meskipun ada luka yang terus Andrian berikan pada Alesya. Entah dari perkataan atau perlakuan Andrian.

"Andrian aku mau boneka itu."

"Jangan ngelunjak, gue gamau capek-capekin tangan cuma buat ngambil boneka itu buat Lo."

"Andrian ayo kita foto berdua."

"Gue gak mau dan nggak akan pernah mau, Lo itu nggak cocok sama gue."

"Andrian, kita couple-an jaket yuk, itu di sana ada yang jual."

"Jangan mimpi! Gue nggak mau orang-orang tahu kalau Lo itu pacar gue."

"Sya, Lo kan udah tahu kalau gue cuma jadiin Lo bahan mainan. Kenapa Lo masih bertahan? Bahkan gue udah minta putus, gue cuma sayang sama Anna, Lo tahu kan? Jadi, please gue mohon," Alesya was-was mendengar kelanjutan dari ucapan Andrian, "gue mohon Lo pergi dari kehidupan gue."

Alesya terdiam, Alesya cukup paham untuk mengartikan ucapan Andrian, ia menyuruhnya untuk menjauh dan berhenti berjuang. Alesya menatap kosong ke arah depan, dan tanpa sadar air matanya mulai membasahi pipi.

"Kenapa harus sekarang? Aku bahkan belum ngerasain gimana rasanya berjuang."

"Lo udah cukup berjuang, tapi mau sekeras apa pun Lo berjuang, hati gue cuma buat Anna."

Alesya mengusap kedua pipinya kasar lalu menatap mata Andrian.

"Aku tahu aku nggak secantik dan sesempurna Anna, tapi aku mohon, kasih aku waktu dua bulan lagi. Setelah dua bulan nanti, terserah kamu mau gimana."

"Gabisa, Sya. Kenapa Lo seegois ini demi cinta?"

"Aku mohon," ucap Alesya yang sangat lirih dan penuh harap.

Andrian mengembuskan napasnya. "Okey, tapi kalau dalam waktu dua bulan hati gue tetep sama Anna, tolong Lo kubur perasaan Lo itu. Dan gue nggak bakal tanggungjawab kalau Lo terluka setiap ngelihat kedekatan gue sama Anna."

AlesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang