Hanya dentingan piring yang menemani sarapan keluarga ini. Semuanya terkesan membosankan, tak obrolan di sela-sela makan mereka. Hingga satu per satu orang pun selesai menyantap makanannya.
“Syifa pamit ke sekolah.” Ujar Syifa sambil menyalami kedua otang tuanya. Meski kelakuan orang tuanya terkesan menghakimi, dan tak mau peduli. Namun bagaimana pun juga mereka adalah orang tua Syifa yang telah membesarkannya.
Ayat al qur’an.
“Sekalian aja sama kakak Fa, diantar pak supir.” Tawar kakak perempuan Syifa yang usianya lebih tua dua tahun.
“Makasih, Kak. Tapi Syifa bawa motor aja.”
Gelak tawa terdengar dari dalam kelas Syifa. Sekarang sudah jam satu siang. Sangat tidak efektif dan efisien jika melanjutkan pelajaran. Apalagi cuaca yang panas membuat mereka semakin kelelahan. Seketika candaan itu berhenti saat seorang guru memasuki kelas mereka.
“Sekarang ibuk tidak masuk. Ibuk izin pulang duluan. Kalian jangan ada yang keluar kelas.” Perintah ibuk Dona, seorang guru seni budaya.
“Oke ibuk.”
Beberapa menit setelah kepergian Ibuk Dona, kelas 10 mia ½ ini kembali berisik.
“Woii gue baru liat kalender. Ternyata hari jum’at besok libur, hari sabtu sekolah, minggunya libur lagi.” Cerocor Zaid di depan kelas yang sedang duduk di meja guru.
“Yahh ngak asik nih kalender. Ngak ngak bisa diajak kompromi.” Sambung Tio dari tempat duduknya
“Lo oon, goblok, atau pe’a. Mana ada orang kompromi sama benda mati!” ujar Raiyan yang berada di samping Zaid.
“Maka dari itu, mari kita kompromi bersama-sama. Jadi gini, karena jum’at besok HARPIKNAS alias Hari Terjepit Nasional, gimana kalau kita meliburkan diri satu kelas?” ujar Zain semangat.
“Males ah kalau libur percuma juga palingan cuma rebahan.”
“Gue setuju sama Rizka. Parahnya ntar gue di marahin emak. Kata emak gue : KENAPA LO NGAK SEKOLAH, LO KIRA SEKOLAH ITU GRATIS, PERCUMA MAK NGELUARIN DUIT BUAT BAYAR SPP LO.” Curhat Doni.
“Sadis bener emak lo, Don.” Ujar Justin prihatin.
“Maka dari itu, gue mau ngajak kalian liburan weekend” Ujar Zaid.
“Sok-sokan lo ngajak anak orang liburan! Palingan juga lo ajak kita ke sawah, ntar kita disuruh menanam padi!” Sewot Khaira.
“Kalem neng, kalem.” Tutur Alana di samping Khaira.
“So’udzon mulu lo sama gue. Belajar noh sama Syifa, gimana supaya jadi cewek sejati.” Ujar Zaid dari depan kelas, sambil menunjuk Syifa yang berada di samping Alana.
“Menurut lo gue bukan cewek sejati? HAAA?!!”
“Emang bukan.” Ujarnya santai.
“Sabar Ai. Tenang dulu, kita lagi bahas liburan nih.” Mohon Jusrin selaku ketua kelas.
“Jadi gini, kita bakalan masak dan makan dirumah gue, setelah itu kita pergi turing pake motor.” Ujar Zaid.
“Ogah gua mah! Lo pikir kita anak jalanan pake acara turing segala.” Khaira
“Bener. Sceencare gue mahal yaa. Seenak jidat lo ngajakin kita turing.” Cerocos Bella.
“Ribet bener lo jadi cewek. Yang penting itu inner beauty, kayak Syifa. Iyakan Syifa?” Lirik Zaid sambil menaik turunkan alisnya.
Syifa yang sedari tadi hanya fokus membaca buku bacaanya, mengangkat wajahnya karna merasa terpanggil. Netra matanya bertemu dengan Raiyan.
Satu detik
Dua detik
Segera Syifa mengahlikan pandangan dan beristighfar sebanyak mungkin “Astaughfirullah.” ujar syifa didalam hatinya.
“Tuh kan mata Raiyan aja sampai gak berkedip liatin Syifa.” Goda Azan yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua
Karna kesal Raiyan memukul wajah Azan dengan buku catatan yang digunakannya sebagai kipas angin.
“Jadi gimana nih? Gimana kalau hari jum’at kita makan-ma, hari sabtu ke kebun binatang, dan minggunya waktu untuk keluarga.” Ujar Zain.
“Trus kita izin apa ke sekolah hari jum’at? Gue ngak mau ya ntar di tangkap satpol pp.” Rizki.
“Izin meliburkan diri aja. Biar hari senin dihukum sekelas. Jadinya pelajaran sama omah di skip.” Usul Farel. Omah yang mereka maksud adalah guru killer yang mengajar pelajaran matematika.
“Picik juga otak lo.” Kekeh Dina.
“Gimana setuju gak?” tanya Bella.
“Setujuuuuuu.”
“Karna mayoritas disini setuju, untuk yang mayoritas kalau kalian nekat sekolah. Siap-siap aja besok kalian jadi korban bullyian gue.” Ujar Chelsea sambil tersenyum jahat ke arah Syifa.
“Ngapain lo lirik-lirik gue?! Mau ikut atau enggak, terserah lah. Punya hak apa lo sampai ngelarang-larang orang segala. Sebelum lo bully mereka yang ngak ikut, gue pastiin lo duluan yang dibully sekolah, sekalian di drop out !” bentak Khaira.
“Awas lo!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
RandomKetika jalan hidupku telah diatur oleh-Nya. Aku hanya mampu menjalinanya. Slalu berdo'a untuk baik-baik saja kedepannya. Namun mengapa sekarang semuanya berubah menjadi rumit? Rabu, 25 Maret 2020