Berasal dari sebuah keluarga yang kaya ataupun miskin bukanlah sebuah pilihan. Namun itu adalah takdir. Takdir kehidupan. Jika mampu memilih, maka semua orang akan menginginkan hidup yang penuh kebahagiaan, tak akan ada yang mau hidupnya diisi dengan kesengsaraan dan kesedihan. Lalu apalah daya kita? Kita hanyalah manusia yang hanya mampu menjalani semua yang telah diatur oleh-NYA. Tiada daya dan upaya selain berserah kepada-Nya.
Raiyan Alamsyah, sosok yang tampak sempurna di hadapan dunia. Berasal dari keluarga kaya, tampan, cerdas,serta tumbuh dan berkembang dengan penuh kasih sayang kedua orang tua. Ia tak meminta semua hal itu menjadi miliknya, namun sang khaliq menitipkan semua itu padanya.
Motor kebanggan Raiyan telah memasuki perkarangan sekolahnya, tempat parkir lebih tepatnya. Sma Cendikia, Sma favorit di huni oleh siswa siswi cerdas dan berprestasi, memiliki akhlak dan karakter yang bagus tentunya. Namun tak semua muridnya memenuhi kategori diatas, bisa bersekolah di sini tanpa tes, dan tak harus menjadi murid yang patuh terhadap peraturan, tak harus punya otak cerdas, tanpa memasuki jalur prestasi. Tetapi mereka memakai jalur 'orang dalam', namanya. Siapa itu orang dalam? Tentu tak harus dijabarkan disini. Sudah menjadi rahasia umum mengenai orang dalam tersebut.
"Oiiii bro!" Azan Wijaya namanya, biasa dipanggil Udin oleh teman-temannya.
"Haiii!!" sapa Raiyan sambil melambaikan tangannya pada seorang gadis berambut panjang yang masih berdiri didepan gerbang sekolah.
Azan yang merasa diabaikan malampiaskan kekesalan dan kekecewaannnya dengan menendang kaleng minuman kosong ke sembarangan arah, dan itu tepat mengenai kepala seseorang.
"Arghh" Lirihnya sambil memegangi kepalanya yang ditutupi kerudung berwarna putih.
"Astagaaaa, sial banget gue hari ini." Azan tersedar kaleng yang di tendang ke sembarang arah mengenai kepala seseorang. Tetapi ia tak peduli, Azan tidak meminta maaf, ia malah pergi melongos begitu saja.
-------
Sepanjang koridor dua orang remaja tengah berjalan dengan tergesa-gesa.
"Rani! Tunggu, kamu kenapa sih?" Raiyan berjalan mendahului Rani. Tangannya memegang pergelangan tangan Rani.
"kamu kenapa?" ulangnya sekali lagi.
Netra mata Raiyan menantap bola mata coklat milik Rani. Remaja perempuan berambut panjang sebahu, kulit putih mulus dan bersih, bibir merah tipis nan merah, serta hidung mancung yang dimilikinya, membuat siapa pun yang melihatnya akan memuji cipataan Sang Khaliq.
"Kita udahan aja." Lirihnya tanpa sanggup membalas tatapan Raiyan.
"Udahan? Hei kamu lihat aku, tatap mata aku Rani. Aku cinta sama kamu. Kamu bisa mata aku, apakah kamu menemukan setitik kebohongan disana?"
Rani memang tak menemukan setitik pun kebohongan disana, yang ditemukannya betapa tulusnya tatapan mata itu mencintainya, tak ada kebohongan yang disembunyikan, dan sekarang apa yang Rani lakukan, ia malah membuat pemilik mata itu mengeluarkan air kesedihan. Kenapa Rani terlalu egois, memutuskan sendiri tanpa berdiskusi terlebih dahulu.
"A...aku.." Rani menghentikan perkataannya ketika tubuhnya merasakan pelukan yang hangat, pelukan yang menenangkan baginya. Bahu itulah yang menjadi saksi suka duka kehidupannya. Bahu itulah yang menjadi sandaran tangisan dan kebahagiaannya selama ini. Dan tangan yang mengelus puncak kepalanya saat ini. Tangan itulah yang siap merangkul disaat dunia menyingkirkannya, tangan itulah yang akan menggenggam jari jemarinya di saat orang lain tak sudi untuk bersentuhan dengannnya. Ya Rani sudah egois karna telah menyakiti seseorang yang selalu bersamanya selama satu tahun ini.
"Aku sayang kamu. Tapi kita harus tetap putus!" Hanya itu yang mampu Rani ucapkan.
~~~~
Senin hari dimana setiap sekolah akan mengadakan upacara bendera, yang bertujuan untuk mengenang jasa para pahlawan. Bagaimanapun juga yang menjadi peserta upacara adalah manusia. Makhluk yang terkadang tak mampu menghargai perjuangan orang lain. Makhluk yang egois, terlalu mementingkan kebahagiaannya sendiri. Contohnya saja beberapa orang remaja yang telah berdiri dilapangan saat ini. Baju yang dikeluarkan, tidak memakai dasi. Dari penampilannya saja sudah amburadul.
"Kenapa kalian tidak mengikuti upacara?" tanya pak Arsil selaku wakil kesisiwaan.
"Kaki saya gak kuat berdiri lama-lama pak. Lagian ngapain juga pake upacara segala, buang-buang waktu dan tenaga. Katanya waktu adalah uang, kalau gitu kenapa harus buang-buang waktu untuk berdiri panas-panasan dilapangan." Ujar Azan
Mendengar ucapan muridnya barusan. Pak Arsil masih berusaha untuk sabar. Ia pikir, dirinya harus mengubah konsep pemikiran muridnya ini yang mengatakan bahwa upacara hanyalah buang-buang waktu.
"Upacara itu bertujuan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi bangsa ini bukan hanya sekedar berdiri dilapangan saja. Ada makna dibalik semuanya."
"Ya elah pak, orang yang udah ngak ada itu ngak usah dikenang. Kalau udah mati ya mati aja. Ngapain harus diungkit-ungkit lagi. Sekarang itu seharusnya kita menatap masa depan, gak usah balik lagi kebelakang. Seperti lagu dangdut
"Masa lalu biarlah masa lalu
Jangan kau ungkit jangan ingatkan aku...."
Seluruh murid yang telah selesai melaksanakan upcara, tertawa mendengar ucapan Zaid barusan. Seketika gelak tawa itu berubah menjadi hening saat ketiganya, mendapatkan tamparan yang amat keras di wajah mereka.
Plak
"Kenapa saya ditampar pak? dari tadi saya dari tadi hanya diam." Protes Raiyan yang tak terima ketika mendapatkan perlakuan tak mengenakan, apalagi ini terjadi didepan umum.
"Itu hukuman karena kamu tidak mengikuti upacara! Kamu Azan dan Zaid sekarang ke ruang BK setelah itu hormat bendera sampai istirahat pertama, dan kamu Raiyan hormat bendera selama satu jam pembelajaran."
~~~Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Eaa karna author baik hati, sekarang langsung up 2 part.
Happy reading❤
Jangan lupa vote, comment, and share sama teman-teman kalian untuk baca GARIS TAKDIR.IG : @hanifahadha7
Watppad : @HanifahAdha
Selasa, 31 maret 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
DiversosKetika jalan hidupku telah diatur oleh-Nya. Aku hanya mampu menjalinanya. Slalu berdo'a untuk baik-baik saja kedepannya. Namun mengapa sekarang semuanya berubah menjadi rumit? Rabu, 25 Maret 2020