11. Ada Rasa

1 0 0
                                    

Terkadang orang lebih menganggap matahari lebih bermakna dibandingkan bulan. Padahal di saat malam yang gelap bulan lah yang memberikan cahaya yang menenangkan. Meski cahaya itu tak seindah matahari. Percayalah Allah swt tidak akanmeciptakan sesuatu kecuali sesuatu itu adalah hal yang bermanfaat. Tak akan ada ciptaanNya yang sia-sia.
Kasih sayang anak mungkin belum bisa membalas kasih sayang yang diberikan oleh orang tuanya. Kemarahan orang tua tidak sebera dengan kasih sayang kepada anaknya. Bukanka orang tua marah kepada anaknya adalah salah bentuk kasih sayangnya.
“Badan bunda panas. Syifa ambil kompresan dulu ya, bun.” Syifa meninggalkan bundanya –bunda sarah di kamar.
Tak lama setelah itu Syifa kembali sambil membawa kompresan, sepiring nasi dan air yang telah disiapkannya untuk bunda.”
“Makan dulu ya,bun. Setelah itu baru dikompres.” Ujar Syifa lembut sambil menyuapkan sesuap nasi untuk bundanya.
“Apakah ini gadis kecilku yang dulu? Aku telah menyia-nyiakan waktu selama ini untuk urusan pribadiku, tanpa mendampingi putri kecilku yang kini telah tumbuh menjadi remaja cantik dan sholehah. Semoga kamu tidak seperti bundamu ini, nak.”
“Bunda menangis?” tanya Syifa.
Bunda Sarah menggeleng dan menyeka air matanya.
“Ya sudah kalau begitu, bunda tidur biar Syifa kompre.” Ujarnya masih dengan nada yang lembut.
“Bunda, Syifa pamit ke apotek. Kalau ada apa-apa sebeum Syifa pulang bunda panggil bi Asih, iya.”
“Tapi diluar hari hujan.” Ujar bunda sarah. Nadanya terdengar dingin, namun terselip kekhawatiran.
Syifa tersenyum mendengarnya, “Tidak apa-apa, bunda. Syifa sudah biasa hujan-hujanan.”
“Baru kali ini bunda mengkhawatirkanku.  Biasanya saat aku ingin pergi ke rumah omah di malam hari, dan sedang hujan pun tak ada yang benar-benar peduli.” Gumamnya di dalam hati.
Masih dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Saat hendak membuka pintu rumah, ternyata ada kakaknya, dan Raiyan.
“Syifa, mau kemana kamu, dek?” tanya Rani.
“Syifa mau beli obat bunda, kak.” Ujarnya.
“Tapi sekarang hujan. Dirumah ngak ada mobil, nanti kamu sakit.” Ujar Rani berusaha meyakinkan adiknya untuk tidak terlalu sering hujan-hujanan.
Syifa menoleh ke arah Rani, disertai senyuman, “Tidak apa-apa, kak. Syifa sudah biasa hujan-hujanan.”
Dan senyuman syifa barusan menggetarkan hati pemuda yang sedang menatapnya lekat saat ini tanpa sepengetahuan syifa.
Rani mengelus pucuk kepala Syifa, “Kakak bangga sama kamu.” Ujarnya disertai senyuman.
“Ehem.” Suara seseorang memecah kesyahduhan yang terjadi barusan.
“Syifa, kenalin ini pacarnya kakak.” Rani tersenyum, sambil memegang lengan Raiyan.
Syifa hanya melihat lalu kembali mengakhilikan pemandangannya.
“Astaughfirullah.” Batin Syifa. Syifa memang pernah memegang pundak kak Naufal, Syifa juga pernah pulang dibonceng  kak Naufal saat insiden bocornya ban sepeda motor Syifa, dan Syifa juga pernah menatap kak  Naufal. Namun Syifa masih tau batasan. Ia tidak seperti perempuan lainnya yang agresif kepada yang bukan mahrom. Syifa tau dirinya masih banyak kekurangan, namun yang dilakukan kak Rani dan Raiyan tentu akan mengundang murkanya Allah.
“Astaughfirullah, Syifa kamu ini apa-apaan sih. Ngak baik menjudge seseorang. Kamu tidak tahu tingkat keimanan seseorang. Kamu tidak boleh merasa lebih baik dari orang lain. Sekarang fokus saja memperbaiki dirimu. Kembali Syifa beristighfar atas perbuatannya.
“Kalau gitu Syifa duluan ya, kak. Permisi. Assalamu’alaikum.
“Wa’alaikumussalam.”
“Rai, kamu mau masuk dulu?” tanya Rani.
“Makasih tawarannya, aku langsung pulang aja ya. kasian mama nungguin dirumah.” Pamit Raiyan.
~~~~
Fokus Raiyan saat mengendarai mobil terbagi. Ia tak konsentrasi saat mengemudi mobilnya sendiri. Oleh sebab itu, ia memilih membawa mobil dengan kecepatan sedang tak terlalu ternuru-buru.
“Jadi dugaan gue benar, kalau Syifa adiknya Rani.” Monolognya (part khusus sdt pandag Raiyan)
“Tadi kenapa Syifa ngak mau liat gue ya? Syifa cemburu? Ya ngak mungkin lah! atau Syifaa.....ngak-ngak mungkin!”
“ini kenapa malah kepikiran Syifa sih!” ujarnya lalu mengusap wajahnya kasar.
“Oh iya, tadi Syifa kan mau beli obat di apotek. Keadaannya sekarang gimana ya? hujan makin deras lagi. Apalagi tuh cewek gak bawa jaket, ataupun jas hujan.” Gue harus mastiin Syifa ngak kenapa-napa.
Selang 10 menit ia mencari keberadaan Syifa di apotek yang dijumpainya. Kali ini matanya menangkap seorang perempuan memakai hujab syar’i berwarna biru yang senada dengan gamis yang dipakai, tak lupa kaus kaki yang berwarna biru muda.
Raiyan menatapnya dari dalam mobil yang dihentikannya diseberang jalan apotek. Setelah keluar dari apotek, gadis itu menghampiri seorang pedangan yang berusia sekitar 50 tahun. Kakek itu terus mendorong gerobak dagangannya ditengah guyuran hujan tanpa memakai apa pun, kecuali baju kaus lusuhnya.
Setelah berbicara beberapa saat, Syifa nampak pergi ke tokoh yang menjual jas hujan, dan ke sebuah kafe yang tak jauh dari apotek. Sementara kakek tadi memilih berteduh di bawah pohon yang berada di tepi jalan.
Tak lama kemudian, Syifa datang membawakan sebuah jas hujan,dan makanan. Kakek tersebut tampak meneteskan air mata, dan berterima kasih pada Syifa. Lalu tak lama Syifa pergi meninggalkan kakek, dengan wajah yang berseri.
“Lo benar Zaid, inner beuty itu lebih penting dari pada cantik tapi Cuma di cover-nya doang.” Gumamnya, ada kekaguman yang Raiyan pancarkan dari matanya.
~~~~
q. s . az zalzalah ; 9
kita tidak pernah tau amalan mana yang mampu membawa kita ke surga. Apakah dengan bersedekah? Shalat? Atau amalan-amalan yang lain. Yang kita tahu, teruslah berbuat kebaikan, karna apapun kebaikan yang kita kerjakan akan dihadiahi pahala oleh Allah swt.
Bukankah menacari pahala itu mudah? Kita tidak harus membangun masjid untuk mendapatkan  pahala. Kadang hal kecil yang mampu mendatangkan pahala seringkali terlewatkan. Seperti : membuang paku dijalanan  ke tempat sampah, mengambil batu di tengah jalan yang bisa mencelaikai orang, menjalin dan menjaga silturrahim, dll. Tanpa kita sadari hal sekecil itu mampu mendatangkan pahala.
Besar atau kecilnya pahala yang kita daptkan tentu hal itu menjadi urusan-Nya. Namun yang penting, yang perlu kita tahu adalah keikhlasan dalam diri sendiri saat berbuat kebaikan. Ikhlas melakukannya karna Allah semata,bukan untuk mendapat pujian manusia. jangan sampai berujung riya yang mampu menghabiskan pahala.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang