6. Grub Kelas 1/2

13 3 0
                                    

Grub 10 Mipa 1/2

Azan : "Ciee elah yang baru celebekan."

Raiyan : "@Azan. Paan sih lo-_"

Zaid : "Celebekan? Kalau ngetik yang bener dong. @Azan"

Doni : "Masak lo ngak tau berita terHOT news sih?"

Raiyan : "Gue ngak balikan ya sama Rani!"

Tio : "Nah empunya sendiri yang ngaku."

Riski: "Hahahah."

Azan : "@Raiyan. Masak SIHHHH. Gengsian lo jadi cowok. Tadi waktu Rani minta balikan lo langsung mesem-mesem gak jelas."

Khaira : "BERISIKKK!!"

Zaid : "@Khaira. Lo kali yang berisik, mulut kayak toa masjid."

Aura : "2."

Justin : "3."

Bella : "4."

Khaira : "@Justin bibir, lo ngapain ikutan ngebully gue? Mau gue operasi wajah lo biar kayak bule beneran?"

Zaid : "Tau tuh! Alay banget sih lo, sok-sokan pake nama bule segala."

Justin : "Kenapa selalu aku yang tersakiti :'(

Zaid : "Lebay."

Khaira : "Alay."

Zaid : "Sadboy."

Khaira : "Kenapa pada diem? Sok sibuk banget sih lo pada!"

Tio : "Diem salah berisik salah -_"

Khaira : "@SyifaHumairah lo kenapa jadi pembaca gelap?"

Riska : "@RaiyanAlamsyah lo juga kenapa jadi pembaca gelap?"

Zain : "Uuhuuukk.....uhuuuuuk."

Alana : "@Zaid dasar lelaki jorok. Ogah gue mah jadi bini lo."

Zaid : "Idiihhhh, siapa juga yang mau jadi husband looo."

Khaira : "Diem lo pada! @SyifaHumairah lo tau gak CLBK itu apaan?"

Syifa : "CLBK? Huruf c, l , b, dan k."

Bella : "Sumpah polos bat luuuu Faaaa."

Tio : "Uggghh ukhtea😍, cocok bener jadi istri idaman. Sholehah, bening, pinter, gak tau sama yang begituan🤗"

Alana : "@Tio Jodoh cerminan diri, ngaca dulu lo sebelum ngomong!"

Azan : "@Tio. Jijiq gue liet emot lu!"

Khaira : "Iii bukan itu maksud gue Fa, sejak kapan sih lo lemot kek dugong gini."

Aura : "Perasaan yang lemot siput deh Ai, bukan dugong. Lo jangan fitnah dungong dong Aii. Kasian bangsa dugongnya terdzolimi."

Zaid : "Pffthhhhahahah. Teman lo pada polos semua Aii."

Tio : "2 hhahahah"

Riska : "3 whahaha"

Khaira left grub

Zaid add khaira

Raiyan left grub

Zaid : "Lah, kok pada keluar kayak gini?"

Zaid add Raiyan.

Raiyan mengubah posisinya dari rebahan menjadi duduk diatas kasur. Entah mengapa tiba-tiba saja Raiyan menjadi bimbang. Tadi sewaktu Rani mengajaknya balikan malah tersenyum, seakan ia menyetujui permintaan dari Rani. Tetapi sekarang hatinya malah gelisah, seperti tidak ada tanda-tanda kebahagiaan. Bukankah selama ini ia mengharapkan bisa kembali menjalin hubungan dengan Rani.

"Ternyata lo cewek polos beneran" Pikirnya sambil tersenyum.
~~~~~~

"Ya ampun Syifa! Bunda nyuruh kamu cuci piring bukan mecahin piring. Kamu ini gimana sih!" dari dapur terdengar suara teriakan seorang perempuan paru baya yang tengah memarahi anaknya.

"Maaf bun, Syifa ngak sengaja."

"Ngak sengaja kamu bilang? Pasti kamu ngak ikhlas bantuin bunda, makanya piringnya sampai pecah! Kamu ini perempuan, masak nyuci piring aja ngak becus. kamu tau Laura, dia selalu bantuin orang tuanya bersihin rumah, bahkan mamanya sampai ngak ikut beresin rumah. Untung sekarang kamu masih tinggal sama bunda, gimana kalau besok tinggal dirumah mertua, pasti kamu--"

Syifa pergi begitu saja. Matanya sudah tak mampu menahan air yang sedari tadi ditahannya. Apakah mungkin dirinya adalah anak kandung dari keluarga Erlangga. Kenapa bunda selalu saja membandingkannya dengan anak orang lain. Kenapa bunda selalu saja menyuruhnya bekerja ini dan itu, padahal syifa juga lelah setelah seharian penuh belajar di sekolah, ditambah lagi tugas yang begitu banyak yang harus diselesaikannya.

Kenapa hanya syifa yang bekerja. Mengapa kakak perempuannya tidak pernah disuruh untuk membantu bunda membersihkan rumah. Kenyataan ini sungguh aneh, dan pahit untuk dirasakan. Dan syifa benci semua ini.

"Mau kemana Syifa?" tanya seseorang pria paru baya yang tengah duduk di sofa ditemani segelas kopi ditangannya.

"Syifa pamit kerumah omah." Ujar syifa sambil berlalu begitu saja meninggalkan Ayahnya.

Syifa tau tindakannya barusan adalah hal yang tidak sopan. Tapi mau bagaiamana lagi, rasa kekesalan yang mendominasi dirinya membuatnya enggan untuk melakukan hal tersebut. Bukankah pepatah mengatakan 'anda sopan kami pun segan'. Lalu apakah salah jika syifa bertindak demikian sementara orang tuanya saja tak menghargai keadaannya. Seakan orang tunya malah menyudutkannnya, dan membuat syifa selalu dalam keadaan yang serba salah.

Syifa mangendarai motornya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia bersenandung untuk mengusir kesedihan yang tengah membaluti hatinya. Syifa memberhentikan motornya di waraung pecel lele yang terdapat dipinggir jalan.

"Eh neng syifa." Sapa mang Joko. Sudah menjadi kebiasaan syifa untuk makan disini. Setiap hatinya merasa terlukai maka syifa akan pergi ke rumah omahnya, namun sebelum itu syifa mampir dulu di warung Mang Joko untuk mengisi perutnya. Agar tidak merepotkan oma, katanya.

"Iya, pecal ayam satu mang." Ujar syifa yang diangguki oleh mang joko.

Selama menunggu pesanannya syifa memainkan ponselnya. Warung pecal ayam mang Joko memiliki banyak pelanggan. Setelah bosan dengan ponselnya, Syifa memerhatikan keadaan sekita.

"Rame." Batinnya. Lalu tersenyum.

"Ngapain lo disini?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja sudah duduk tepat didepan syifa yang tersekat oleh meja makan.

"Eeh? Astuaghfirullah"

****

Kira-kira siapa ya yang bingin Syifa jadi kaget.
Nantikan di part selanjutnya.

Assalamu'alaikum semuanya.
Semoga selalu sehat ya :)
Selamat menjalankan ibadah puasa. Jangan lupa #DiRumahAja
Jangan lupa vote, comment, and share

Minggu, 26 April 2020.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang