Syifa tergesa -gesa berjalan menuju kelasnya. Ia bahkan berlari terbirit-birit dari UKS menuju ruang kelasnya yang berada di lantai dua. Satu jam yang lalu, ia menghabiskan waktu di UKS, untuk mengobati luka di kepalanya, dan ia merasa sedikit pusing setelah peristiwa tadi pagi. Hari ini ia juga terlambat memasuki kelas, belum lagi guru yang mengajar saat ini adalah ibuk Feb. Guru killer yang mengajar mata pelajaran biologi ini akan masuk 10 menit lebih awal sebelum jam pembelajaran dimulai.
"Syifa! Kamu telat, silahkan berdiri di belakang selama jam pelajaran saya." To the point. Tanpa basa-basi. Tanpa ada sanggahan, Syifa langsung menuruti yang diperintahkan ibuk Feb.
Selang 10 menit setelah kedatangan Syifa, datang seoarang murid dengan nafas yang terengah-engah. Baju yang keluar, dasi tak di pasang, tak pakai ikat pingga, dan rambut yang sudah melebihi aturan sekolah. Keadaannya masih sama seperti tadi pagi dihukum di lapangan upacara.
"Kamu sekarang berdiri di samping Syifa selama jam pembelajaran saya!" Lanjut ibuk Feb saat melihat Raiyan memasuki kelas.
Dua jam pembelajaran telah dilalui, sisa satu jam lagi. Mereka berdua harus tetap sabar dalam menghadapi ujian ini. Bagi Syifa ini adalah suatu kesalahan yang tidak akan pernah diulanginya. Belajar dengan berdiri, dipojok bagian belakang, apalagi bersama anak nakal. Semuanya membuyarkan konsentrasi Syifa.
"Anak teladan, kok bisa telat? Pasti lo ngak shalat subuh ya? Yah payah, masak penampilang udah kayak ukhti tapi salatnya masih bolong-bolong. Tuhan itu menciptakan malam buat kita istirahat, untuk tidur. Makanya jangan keseringan begadang." Ujar Raiyan yang dari tadi tak henti-hentinya mengoceh, sesekali memutar-mutar kemoceng yang didapatkannya di belakang kelas.
"Diam! Jangan berisik!" tegur Syifa dengan nada bicara yang dipelankan.
"Ihhh! Lo kok galak sih."
Raiyan menggeser langkahnya, sehingga ia semakin dekat dengan Syifa. Refleks saja Syifa mendorong Raiyan, hingga tersungkur ke lantai.
"Jangan dekat-dekat!"
Seketika seluruh pasang mata melihat ke arah mereka. Begitu pun Ibuk Feb, beliau tampak begitu murka. Karna tingkah mereka berdua sedari tadi sudah membuat kacau proses belajar mengajar dikelas.
"KELUAR KALIAN!!"
~~~
Lapangan adalah tempat kedua murid ini menjalani hukuman dari guru baru killer. Ditemani cuaca yang panas, membuat keduanya menjadi gerah luar dalam. Mereka berdua harus membersihkan lapangan sekolah yang luar biasa luasnya.
"kerja yang bener! Cowok masak loyo." Syifa sudah tak bisa menahan emosi yang sudah ditahannya sedari tadi. Karena cowok ini Syifa harus dihukum keluar kelas.
"..."
Syifa merasa diacuhkan. Tadi cowok ini mepet-mepet mendekatinya, sekarang malah pasang wajah stay cool, sok berkarisma banget.
"Gue tau kalau gue ganteng. Ngak usah dipelototin terus."
Sontak perkataan Raiyan barusan membuat Syifa kaget.
"Aku bukan merhatiin ketampanan kamu yah! "
"Eh mau kemana kamu? Ini belum beres." tegur Syifa melihat Raiyan pergi begitu saja.
"Bukan urusan lo!" ketus Raiyan. Ia terus melangkah menampakkan punggungnya tanpa berhenti maupun menoleh.
"Emang bukan urusan aku. Tapi sekarang kamu harus jalanin dulu hukumannya. Selesain dulu, baru pergi! Jangan seenak jidat kamu doang. Gini-gini aku dihukum juga karna kamu yah!" protes Syifa tak terima.
Raiyan seakan tuli, ia tetap pergi meningalkan Syifa sendiri. Baru beberapa langkah, Raiyan membalikan tubuhnya menghadap Syifa.
"Oh iya, nama gue Raiyan Alamsyah, anak dari dokter Gunawan seorang dokter ahli beda saraf, mama gue seorang dosen di universitas ternama di Indonesia. Gue anak ke dua dari dua bersaudara." Ujar Raiyan setelah beberapa langkah.
"Itu ngak penting. Buka urusan aku!"
"Ini penting. Lo harus tau tentang keluarga gue." Ujar Raiyan yang masih berdiri di tempat.
"kenapa?"
"Karna gue bakal jadi suami lo." Setelah mengucapkan kalimat barusan, Raiyan melanjutkan langkahnya, dan terkekeh kecil.
Syifa tak terlalu ambil pusing dengan perkataan Raiyan barusan. Terserah dia mau bilang apa. Toh dia bukan tuhan, yang mampu mengatur takdir kehidupan orang.
Mau tidak mau suka tidak suka Syifa harus membersihkan lapangan ini. Ia tidak mau membuat masalah lagi. Bisa rusak citra dan image baik yang telah dibangunnya selama ini.Akhirnya Syifa bisa menyelesaikan hukumannya. Letih, lelah, lemah, lesu itulah yang dirasakannya sekarang. Setelah satu jam lamanya ia bekerja membersihkan lapangan tanpa henti, sendirian!
"Nih" seseorang memberikan botol air mineral kedepan wajah Syifa yang terduduk lemas tak berdaya di kursi kantin.
"Makasih. Tapi saya bawa tumbler. Kepedulian kamu datang disaat yang tidak tepat!" Syifa pergi begitu saja meninggalkan Raiyan yang baru saja menduduki bokongnya dikursi.
"Masya Allah ukhti." Azan yang baru datang geleng-geleng kepala setelah mendengar kalimat yang Syifa ucapkan barusan.
"Ngak usah sok ngucap lo. Sok benar aja lo peke geleng-geleng segala. Udah bosan lo pake kepala? Mau gue bantu copotin?" tanya Raiyan.
"Dasar psikopat."
"Lo dari tadi keman Rai, niatan bener lo bolos sampe gak masuk kelas dari pagi." Celetuk Zaid mengahlikan topik. Karna setelah tiga jam pembelajaran Biologi, Raiyan masih belum memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
"Tau nih si bocah. Dasar anak ngak tau diuntung. Ngak tau apa orang tuanya kerja banting tulang buat bayar uang sekolah."
"Kayak lo aja manusia paling bener." Raiyan memberikan jitakan di kepala
Azan."Justru kelakuan lo lebih jelek daripada gue." Elak Riayan tak terima dirinya dikatai begitu saja.
Hening beberapa saat, sampai Raiyan membuka pertanyaan usai mencerna peerkataan Zaid barusan.
"Lo berdua dari tadi kemana aja, emang gak tau gue diusir keluar sama Ibuk Feb?" tanya Riayan.
"Kita tidur dikelas. Sebelum lo masuk kelas." Cengir Azan.
"Tapi akhirnya ketahuan juga sama Ibuk Feb, terus diusir deh. Makanya kita ngak tau kalau lo juga di hukum, gue kira lo cabut." Lanjut Zaid.
"Kok bisa?" tanya Raiyan.
"Ya bisalah! Ini tuh gara-gara singa betina!"
Raiyan sedikit terkejut melihat aksi bar-bar Azan. "Lo santai dong. Ngegas bat! Ini air liur lo muncrat, bangsat!"
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Selamat malam.Apa kabar readers? Semoga sehat yaa :')
Jangan lupa vote, comment, and share.
Ig: @hanifahadha7
Wattpad: HanifahAdha
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
De TodoKetika jalan hidupku telah diatur oleh-Nya. Aku hanya mampu menjalinanya. Slalu berdo'a untuk baik-baik saja kedepannya. Namun mengapa sekarang semuanya berubah menjadi rumit? Rabu, 25 Maret 2020