“Eh. Astaughfirullah. Bikin kaget aja.”
“Ngapain lo disini?” tanyanya dengan pertanyaan yang sama.
Syifa melihat ke kanan dan kekiri, apakah pemuda yang berada didepannya saat ini sedang bertanya kepadanya?
“Mau makanlah. Ngak liat digerobaknya mang Joko ada tulisan ‘Warung kaki lima Mang Joko’ atau ngak bisa baca?”
Jujur Syifa masih kesal kepada Raiyan yang membiarkan syifa sendiri saat dihukum membersihkan lapangan.“Sensi amat!” ketus Raiyan.
“Lo cewek ngapain makan di luar malem-malem begini. Digangguin om-om mau, lo?” sambung Raiyan.
Syifa hanya diam. Ia tengah memakan makanannya yang baru saja datang.
“Eh gue lagi ngomong sama lo. Bisa ngehargain orang ngak sih.”
Syifa mulai jengah, kenapa makhluk ini harus datang disaat yang tidak tepat. Ia tidak suka saat sedang makan ada orang yang mengusiknya, tidak nafsu makan jadinya.
“Kamu ngak tau, kalau makan ngak boleh bicara!” ujar Syifa tak kalah ketus.
Akhirnya Raiyan diam juga. Namun tak berlangsung lama ketenang Syifa saat sedang makan langsung hilang saat telinganya tidak sengaja mendengar suara yang begitu familiar. Refleks mata Syifa melihat ke sumber suara.
“Eh lo kenapa bengong, itu nasi lo dianggurin dimulut, jorok banget sih jadi cewek!” Raiyan berusaha
membangunkan Syifa dari pikirannya, tapi malah tidak kunjung di respond. Ia memukul pelan bahu Syifa untuk menyadarkannya.“Eh jangan pegang-pengang! Uhukkk..............uhuk.” Seketika makanan yang masih belum dikunyah oleh Syifa muncret kemana-kemana. Termasuk mengenai jaket yang tengah dikenakan Raiyan.
“Ihhhhh! Lo jorok banget sih jadi cewek!” Nada bicara Raiyan meninggi, sontak seluruh pengunjung warung mang joko melihat kearah mereka berdua. Syifa dibuat salah tingkah jadinya, antara malu, takut, dan ngeri juga liat Riayan sedang marah.
“Ma,,af. Aku ngak sengaja.” Ujar syifa gugup.
“Lo liat apaan sih, sampe ngak sadar kalau ada nasi di mulut lo yang belum di kunyah. Liat malaikat apa setan?” Tanyanya.
Refleks Syifa melihat kearah pemuda tadi. Untung seseorang yang dicapnya sebagai jodoh itu sudah pergi dan tak melihat adegan yang memalukan saat ini, dimarahi Raiyan ditempat umum.
“Eng...gak liat apa-apa.”
“Nih, lo cuciin jaket gue sampe bersih, harus wangi! Besok pagi jaket gue harus udah bersih dan wangi.” Raiyan menyodorkan jaketnya kepada Syifa lalu pergi begitu saja.
Syifa berusaha mencerna perkataan Raiyan barusan. “Apa besok pagi? Dan sekarang sudah jam delapan malam.”
Secepat mungkin Syifa berangkat kerumah omahnya.
---------
Pukul 07.15 wib. Pertandanya 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Syifa melajukan motornya secepat mungkin. Satu persatu mobil dan motor yanng berada didepannya ia selip. Bahkan Syifa hampir saja menabrak penyebrang jalan. Sungguh terlalu bar-bar untuk seorang perempuan yang berpakaian muslimah seperti Syifa.Sesampainya disekolah jam menunjukkan pukul 07.25 WIB. Syifa menarik nafasnya lega, syukurlah ia tidak terlambat.
Ternyata nasib buruk belum usai menghampiri Syifa, sesampai dikelas ia harus duduk dibelakang bersama Raiyan.
Apa? Tidak adakah yang lebih baik dari ini. Lebih baik Syifa duduk sendiri dibelakang daripada duduk bersama Raiyan. Lalu apa yang harus Syifa lakukan, mengeluh kepada Khaira karna tidak menandainya tempat duduk disamping khaira? Arghhh semuanya terlihat menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir
RandomKetika jalan hidupku telah diatur oleh-Nya. Aku hanya mampu menjalinanya. Slalu berdo'a untuk baik-baik saja kedepannya. Namun mengapa sekarang semuanya berubah menjadi rumit? Rabu, 25 Maret 2020