01

35 6 0
                                    

Gadis dengan rambut sebahu itu menghela napas pelan menatap gerbang sekolahnya yang telah di kunci, hari ini dia telat.

"Sialan."

Gadis itu menoleh kesebelahnya, bukan dia yang barusan mengumpat, di sebelahnya seorang pria juga nampak sama sepertinya.

"Eh?" ucap lelaki itu ketika menyadari ada seorang gadis disebelahnya,

"Na Jena?" tanyanya ketika melihat name tag perempuan itu, Jena buru-buru menutupi name tagnya.

"Udah kebaca kali, hehehe" katanya terkekeh.

"Murid baru ya? Masuk aja, bilang ke Pak Mamat kalo lu murid baru." katanya lagi.

"Aku bukan murid baru." ucap Jena untuk pertama kalinya.

"Oh ya? Yaudah, kenalin, Lee Haechan." ucap Haechan senyum sambil ngulurin tangannya, Jena cuma natap tangan Haechan.

"A-ah. gue ga pernah ngeliat lu," ucap Haechan lagi, Jena cuma diem aja.

Akhirnya mereka diem-dieman, Haechan yang dasarnya ga suka sunyi berusaha nyari topik.

"Telat ya?" tanya Haechan

"Iya" jawab Jena seadanya, Haechan lagi-lagi tersenyum.

"Mau lewat belakang?" tawar Haechan, Jena melotot kaget, Haechan jadi bingung sendiri.

"Kenapa?" tanya Haechan.

"Emang boleh ya?" jawabnya polos

"Emang lu mau disini terus?" Jena cuma ngegelengin kepalanya pelan, Haechan langsung narik tangan jena ke belakang.

"Ini gapapa, Chan?" tanya Jena ragu

"Gapapa lah?" jawab Haechan gemes.

"Kalo ketauan gimana?"

"Ya semoga ga ketauan," Jena natap Haechan males, sedangkan Haechan cuma ketawa.

"Ayo, lu duluan sana naik," Jena natap horor dinding yang lumayan tinggi didepannya.

"Takut?" tanya Haechan

"Kamu tutup mata ya, jangan ngeliatin aku." kata Jena, Haechan ketawa terus nganggukin kepalanya.

"Iya, gih sana."

Jena melihat Haechan sudah menutup matanya, mulai menaiki tembok. Namun roknya yang pendek membuat ia ragu untuk menaikinya.

"Kok gak naik?"

"Ish kan aku suruh tutup mata!"

Haechan terkekeh lalu menutup matanya,

"Udah nih!" serunya, Jena tersenyum.

"Jangan dibuka ya??" tanyanya

"Iya iya"

Setelah selesai acara manjat-manjatnya, Jena berniat pergi, padahal Haechan belum sampe.

"Haechan, aku duluan ya! Makasih," teriaknya pelan lalu pergi.

"Eh??? Kok ninggalin sih?" kesal Haechan.

[ ツ ]

Haechan masuk ke kelas dengan selamat, sayangnya dia cuma melamun, ngebuat Mark, temen sebangkunya bingung.

"Woi, kenapa si lu?"

"Bodoh banget gua.." lirihnya, malah ngebuat Mark ketawa, Haechan kesel dong.

"Apaan si anjir, malah ketawa."

"Lu si barusan ngaku lu itu bodoh," kata Mark lanjut ketawa lagi, Haechan udah bodoamat.

"Kenapasih, cerita coba?" kata Mark serius.

"Jadi gini.."

"Kenapa?"

"Tadi kan gua telat ya"

"Iya terus terus?"

"Diem dulu, jangan ngomong!" kesal Haechan.

"Nah gua tuh ketemu cewek, Mark." sambung Haechan sambil senyum.

"Woi, respon kek." lanjut Haechan ngeliat Mark cuma diem,

"Heh jing, lu nyuruh gua diem ya!" Haechan cuma ketawa.

"Lanjut nih, tuh cewek polos banget ngomong pake aku-kamu, namanya Na Jena, eh dia langsung ninggalin gua aja pas udah selesai manjat" Mark tertawa mendengarnya, membuat Haechan melotot kesel.

"Terus? kenapa lu melamun?" tanya Mark.

"Gua gapernah ngeliat Jena
sebelumnya,"

"Murid baru kali.." jawab Mark.

"Bukan! Tadi gua udah nanya"

"Loh?" sekarang Mark bingung sendiri,

"Kelas mana?" tanya Mark

"Nah itu Mark Lee. Gobloknya gua lupa nanya!" jawab Haechan dramatis.

Mark ikut sedih dengernya, tapi dia juga penasaran sama Na Jena.

"Yaudahlah, ntar juga ketemu lagi. Masih satu sekolah ini," kata Mark ngehibur Haechan.

"Gua sekolah disini mau tiga tahun aja baru ketemu, Markkk" rengeknya

"Iya sih.." nahkan, bingung Mark jadinya.

"Entar gua bantu cari deh" kata Mark, Haechan yang ngedenger otomatis senyum terus siap-siap meluk Mark, Mark bergedik ngeri.

"Makasiihhhh banyak Mark Lee!"

[ツ]

Dilain tempat, Jena lagi ngobrol sama Rivana di kelasnya, temen sebangkunya, atau temen satu-satunya ya?

"Jadi, kok kamu bisa masuk kesekolah?" tanya Rivana penasaran.

"Aku lewat belakang," jawab Jena pelan.

"HAH?! Kok bisa? Ga ketahuan?" hebohnya.

"Aku dibantuin.." jawab Jena

"Sama siapa?" tanya Rivana kepo

"Sama Lee Haechan?" jawab Jena ragu, inget Haechan dia jadi ngerasa bersalah juga ninggalin Haechan.

"HAH?? Lee Haechan?!!!"

"Ih jangan teriak teriak. Emang kenapa sih Haechan tuh?" kesal Jena.

"Ihhhh Jena, Haechan kan anak band sekolah tauuu!!" heboh Rivana lagi.

"Ya terus?" bingungnya.

"Ah kamu mah ga asik, seneng dong harusnya"

"Kan aku ga kenal dia," jawab Jena.

"Sekarang udah kenal kan?"

"Gatau. udah ah, aku mau ke perpustakaan, mumpung Pak Kyungsoo gak masuk." pamit Jena berjalan keluar kelas.

"Kantin aja yuk??" teriak Rivana, Jena cuma senyum terus pergi ke perpustakaan.

[ツ]

Jena masuk kedalam perpustakaan, tidak terlalu rame, Jena berjalan menyusuri rak mencari buku yang ia mau.

Jena menatap buku dengan cover piano didepannya, matanya berbinar, tangannya bergerak untuk mengambilnya.

"S-sorry." ucap seseorang ketika tangannya tepat mendarat di atas tangan Jena.

"Eh? Iya gapapa." jawab Jena gak kalah kaku, Jena berbalik hendak pergi.

"Eum.. lu bisa ambil bukunya." kata pria itu, Jena mengurungkan niatnya pergi.

"Gapapa nih?" tanyanya senang.

"Iya gapapa," ucap sang pria sambil senyum, matanya tak sengaja melirik name tag sang lawan bicara.

"Na jena?" gumamnya, tapi Jena mampu mendengarnya.

"Kenapa sih sama Na Jena?" batin Jena

"Eh, kenalin, gue Mark Lee." kata Mark sambil senyum.







Voment uhuy💚
chyunskk

Sorry | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang