🌜: Takdir yang Buruk

45 7 10
                                    

Happy Reading!





××××××

Dengan tubuh yang sudah lelah, Vera berjalan masuk kedalam mansion mewah bercat putih megah milik papanya. Kalau kalian pikir, Vera akan dijemput oleh supir pribadi dengan mobil bermerk mahal? kalian salah besar. Nyatanya, Vera memilih menggunakan kendaraan umum untuk pulang ke rumahnya.

Gak mungkin kan dia mengacaukan semua rencananya hanya karena jemputan supir pribadi dengan mobil mewah?

"Gue denger lo masuk kelas XI MIPA 2?"

Langkah Vera menuju kamarnya terhenti ketika suara berat serak khas saudara kembarnya itu terdengar menggema. Lalu Vera membalikan badannya. Mendapati Vero yang tengah duduk diatas pantry sambil memakan sebuah apel ditangannya.

"Terus? Urusannya sama elo kenapa?" Jawab Vera dengan wajah malas.

"Lo pasti udah denger tentang gue tadi siang." Ucap Vero yang kini berjalan mendekati Vera. Mereka sekarang berdiri berhadapan. Dari sini kita bisa melihat perbedaan yang sangat kontras. Dimana, Vero yang sudah mengganti baju seragamnya dengan baju santai sedangkan Vera masih dengan seragam berantakannya.

"Jelas. Lo kan ter-ke-nal. Gak mungkin gak ada yang ngomongin elo."

"Gue juga tahu lo lagi ngerahasiain jati diri lo. Kenapa? Kenapa lo nyembunyiin fakta kalau lo itu saudara kembar gue?"

Tangan Vera mengepal di bawah sana. Ia sangat membenci sifat Vero yang satu ini. Selalu saja mencampuri urusannya, padahal sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan urusan masing-masing dan Vera gak pernah mencampuri urusan Vero. Tetapi Vero malah selalu bertingkah sebaliknya.

"Urusannya di elo tuh apa sih sebenarnya?! Bisa gak sih, gak usah ikut campur? Gue aja gak pernah ngusik hidup lo, kok!"

Suasana keduanya mendadak memanas. Ditambah cuaca diluar yang sedang panas dan sekarang harus berdebat dengan Vero yang membuat emosinya makin memuncakan. Tak ingin berdebat lebih lanjut dan berakhir disalahkan lagi oleh Papa nya, akhirnya Vera memilih mengakhiri perdebatan itu terlebih dahulu dengan melanjutkan langkahnya kembali ke kamar.

"Jangan pernah deket-deket sama Wira."

Vera berhenti. Enggak sudi menoleh kembali ke arah Vero. Namun, dalam hati sebenarnya ia ingin bertanya apa alasannya. Wira mana yang dimaksud Vero? apakah Wira teman sebangku nya yang sama sekali belum ia tahu rupanya itu atau ada Wira yang lain? Tapi karena sudah terlanjur emosi jadi Vera memilih mengabaikan ucapan Vero.

"Terserah lo! "

××××××

Hari selanjutnya sudah berganti. Kehidupan mansion mewah itu terdengar sunyi karena keadaannya, orang orang didalam sana tidak pernah terlihat bahagia. Pagi ini, mereka semua tengah sarapan bersama, percakapan anak dan Ayah pun terjadi. Namun Vera merasa sama sekali tidak dianggap disini karena papanya hanya berbincang dengan Vero, saudara kembarnya itu sedari tadi.

Vera sih gak pernah protes. Bahkan gak pernah meminta untuk mendapatkan perhatian yang sama. Karena dia tahu diri. Ia sudah tahu pasti alasan Papanya itu membencinya. Iya, karena ia dianggap sebagai penyebab kematian ibunya. Padahal kalau Vera dengar-dengar ibunya tiada setelah ia berumur satu hari. Entah kenapa Papa nya selalu melayangkan tuduhan itu kepadanya.

Meet JouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang